***
"Pagi tante. Bintang bawain ini jus manggis, katanya bagus untuk pemulihan Sinta tante."
Mary mengelap tangannya pada serbet di sisi wastafel, menghampiri Bintang yang baru tiba. ia mengambil alih jinjingan dari tangan anak muda itu. "Walah, pagi-pagi kok jadi repot-repot beliin kaya gini, makasih loh."
"Sama sekali gak kok, tante." Bintang melirik ke lantai atas. "Sinta gimana keadaannya? Hari ini absen dari sekolah kan?"
"Hari ini Sinta absen dulu, besok mungkin baru masuk sekolah."
Ponsel Mary berdering, ia bergegas mengangkatnya. "Sebentar ya, nak."
"Halo Bayu. Iya? Sinta sudah pulang tadi malam, ia hanya kelelahan." Mary tersenyum, "Begitu? Baiklah nanti aku sampaikan ke Sinta."
Panggilan selesai, tapi senyum Mary belum turun.
"Kalau begitu, Bintang permisi dulu ya tante."
"Gak ketemu Sinta dulu? Dia lagi ada di kamar tuh."
Mengetahui ia baik-baik saja, itu lebih dari cukup.
"Tidak usah tante, Sinta pasti butuh istirahat."
Bintang pergi dengan langkah pelan. Sekali lagi melirik pintu kamar Sinta yang tertutup. Tidak bisa kah ia bertemu dengannya sekali lagi saja? Sadar Bintang! Pria itu harus menepati janjinya! Bintang berbalik-
"Lagi liat apa?"
Bintang mengerjap kaget dan mundur selangkah.
"Buat orang kaget aja." gumam Bintang pelan.
Sinta masih mengenakan piama disney-nya, wajahnya masih terlihat pucat. Bintang merasakan sebongkah batu di tenggorokannya. Dan semua persiapan dia untuk menjah dari Sinta gagal sudah ketika gadis itu menyimpul senyum.
"Aku ingin mencari udara segar. Keluar yuk."
Sinta memandang jalanan kompleks yang sepi, sangat. Matahari bersinar hangat dari timur. Waktu yang tepat sekali untuk berjemur. Ia mendongak, mengadahkan kepala ke arah datangnya rasa hangat yang menjalari kulit dinginnya.
Bintang terdiam disisi-nya, sinar lembut membelai kulit wajah Sinta, membuatnya bersinar, dan iris matanya menjadi warna coklat terang.
Tak disangka, ia akan terpesona pada gadis seperti Sinta, yang meskipun mengetahui perasaan Bintang padanya, ia tak berubah sama sekali.
Itu memang membuat Bintang frustasi dan euforia bersamaan.
"Kalungnya sangat cocok untukmu. Apa kau senang sudah menemukannya?"
Sinta menunduk, memainkan liontinnya. "Dari mana kau tahu?"
"Tante Mary menceritakannya padaku. Katanya kalung itu sangat berharga untukmu. Jadi apa ayahmu yang memberikannya?"
"Tidak. Sebenarnya aku dapatkan ini setelah perjuangan harga diri."
Bintang berkerut. Sinta memang berkata hal yang tak terduga, tapi ini aneh. "Harga diri?"
"Saat itu.. sepertinya aku masih berumur enam atau tujuh tahun, sudah lama memang. Aku berebut kalung ini dengan anak yang seumuran denganku. Ia bersikeras kalau ini kalungnya, dan aku juga tak mau kalah, karena aku pemiliknya. Kami bertengkar, dan dia malah mengangis dan mengadu pada orang tuanya. Ck..ck..ck aku ingin tahu dimana anak itu sekarang."
Bintang tersenyum mendengarkan cara Sinta bercerita dengan antusias. "Kupikir dia masih dendam padamu. Kalau bertemu, kalian pasti akan bertengkar lagi."
![](https://img.wattpad.com/cover/109547477-288-k745048.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate In You (COMPLETED)
Romance[#3 in Sad Romance 16012019] Berawal dari sebuah tragedi yang terjadi di suatu senja yang berawan. Sinta Dahsa Sanjaya, pemain basket tebaik dalam team sekolahnya harus rela memiliki satu ginjal ditubuhnya, seumur hidup. Setelah ia bangun dari kom...