Part 13

1.1K 53 4
                                    

Hai hai^^ happy reading^^

***

Akhir pekan, hal yang paling ditunggu semua orang, tak terkecuali remaja modern selayaknya Fiona. Mengabiskan hari libur dari kepadatan sepekan sebelumnya itu suatu keharusan bagi anak remaja.

Berbanding terbalik dengan Sinta yang lebih suka dirumah, Fiona akan menjelajahi tempat-tempat yang sudah berada dalam list liburan yang sudah disusun sebelumnya.

Namun, kali ini ia hanya pergi sendirian, tanpa Arga yang setia menemani apalagi Sinta. Meski tak masalah baginya, rasa sepi acap kali melanda kala berada ditengah kerumunan. Sekarang, bepergian tak menarik lagi. Namun daripada membatu di rumah, batinnya.

Hari ini, ia pergi ke tempat pemandian umum yang ramai pengunjung.

Gemericik air bercampur tawa dan teriakan orang meresap ke gendang telinganya. Ia berjalan disisi kolam yang airnya beriak keluar sampai menciprati kakinya. Kumpulan memori yang rapi dilaci kenangan mendadak muncul begitu dinginnya air mengenainya.

Fiona berlarian di tepi kolam berusaha menghindar dari kejaran Arga. Tapi, kakinya terpeleset dan ia jatuh. Arga langsung menghampirinya sambil tertawa terbahak-bahak. Fiona yang kesal mendorong pria itu kedalam kolam. Fiona tersenyum miris mengingat hal tersebut.

Suara teriakan heboh disusul kehebohan seorang pria gempal yang berlari dikejar kawannya, Fiona menoleh, namun terlambat karena orang tersebut keburu menyenggolnya sehingga ia kehilangan keseimbangan dan seketika jatuh kedalam kolam.

Byur! Fiona terkejut, sepersekian detik sebelumnya ia nyaris tercebur, tapi nyatanya ia masih berada diluar kolam dengan keadaan utuh. Belum sempat ia menyadari kemana larinya pria yang menyenggolnya tadi, seseorang keluar dari dalam kolam dengan senyum manis setelah tindakan 'pengorbanan'nya.
Fiona tercekat.

"Tak ada ucapan terimakasih?" retorika-nya membuat Fiona kaget.

Fiona mengerjapkan mata, "Arga, kenapa kau disini?"

Pria itu menatap Fiona, sungguh rasanya lain ketika Fiona bertanya acuh seperti itu.

"Bagaimana kalau latte?" tawar Arga. Lagi-lagi tersenyum.

***

"Sinta bangun! Sayang!"

Seketika itu juga gulungan kaset mimpi menjadi kusut berantakan. Namun, Sinta tak bergerak sedikit pun dari kasur. Mary masuk kamar, membuka gorden serta jendela lebar-lebar, sehinggga kamar gelap langsung disinari cahaya matahari.

"Bangun sayang! Waktunya minum obat dan sarapan. Ajak sekalian Bintang makan disini, dia pasti belum makan karena sedang berbenah. Sinta!"

Sinta melenguh. Padahal, hanya hari ini kesempatan dia untuk bangun siang. Sinta menurunkan selimut dengan malas begitu mamanya keluar. Tangannya meraba meja lampu dan meraih ponsel dalam keadaan setengah sadar.

"Hallo, Bintang."

"Kenapa suaramu seperti itu? Kau baru bangun tidur?"

"Ini juga karena kau! Datanglah kerumah. Mamaku ingin mengajak sarapan bersama. Dan katakan pada mamaku, jangan bangungkan aku sebelum matahari di atas kepala. "

Sinta membiarkan ponselnya menempel di pipi sambil lanjut berbicara.

"Em, baiklah." ujarnya setelah mendengar jawaban dari Bintang.

Sinta melanjutkan tidurnya dan tak peduli dengan posisi ponsel yang masih sama seperti sebelumnya. Tapi, Mamanya kembali datang dan mengganggu ulang tidurnya.

"Ya ampun Sinta, kenapa belum bangun juga?"

"Bintang bilang nanti merepotkan, Ma. Dia bisa makan diluar, katanya." jawab Sinta dengan mata terpejam. Ya Tuhan ia ngantuk sekali.

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang