Part 6

1.6K 103 10
                                    

"Hey, Bro! Menghilang kemana kau sebulan ini?"

Bintang duduk disebelah Nico. Hari ini, ia pergi ke kampusnya. Bukan untuk kuliah, tapi untuk menemui sahabatnya.

Baik Nico maupun Bintang, keduanya memiliki kesamaan, datang dari keluarga kaya yang berantakan. Karena persamaan nasib, mereka sudah bersahabat sejak kelas 2 SMA sampai ke universitas.

"Aku dapat masalah."

"Bintang Yang Hebat dalam masalah sekarang, kenapa?"
"Kuliah.. aku akan istirahat sekitar satu bulan.. atau lebih."

"Kenapa tiba-tiba seperti ini? Ada masalah apa? Bagaimana dengan nasib beasiswamu nanti? Tim penilai akan terus memantau sampai akhir semester ini, bukankah ini mimpimu? Dapat beasiswa dan pergi ke Seoul?" Bintang diberondong pertanyaan. "Apa jangan-jangan kau melakukannya untuk melupakan.. Indah?"

"Mimpi itu dibuat ketika aku bersama Indah, sekarang tidak lagi. Dan, bukan itu yang ingin kubicarakan.." Bintang ragu unutk melanjutkan.

"..sebenarnya aku telah membuat seseorang menderita, benar-benar menderita. Aku menabrak seorang anak SMA dan membuatnya kehilangan suatu hal yang sangat disukainya. Basket. Kudengar dia tak lagi bisa bermain basket.

Nico terperanjat. Keduanya diam pada keheningan yang cukup lama, sampai Nico menepuk bahunya.

"kau wajib merasa bersalah, dan sebagai pria bertanggungjawab, bantulah ia melewati itu semua, hibur ia ketika sedih. Gunakan otak jeniusmu itu untuk membuatnya bahagia. Itu saranku."

"Kalau gitu, aku ingin kita bertukar motor."

"Kenapa tiba-tiba? Motormu lebih bagus daripada punyaku."

"Tidak apa-apa. Hanya untuk satu bulan. Aku sungguh membutuhkannya."

Akhirnya Nico memberikan kunci motornya-dengan terpaksa. Bintang langsung beranjak

"Tap-Tapi.. kau langsung pergi? Aku belum mnegucapkan kata-kata perpisahan pada motorku, kau mau kemana?" pekiknya "Hei! Bintang jaga motorku baik-baik!!!"

***

Beberapa lembar kertas dengan tabel-tabel kecil dipenuhi angka terus ditatap Sinta sejak lima belas menit lalu. Mata dan pikirannya terfokus pada deretan angka yang harus ia rubah. Dibawahnya, berbaris-baris sub materi menantang dengan sombong.

"Jika lebih lama lagi, matamu akan keluar." celetuk Fiona teman sebangkunya.

Sinta menenggelamkan kepalanya di atas meja. Banyak sekali materi pelajaran yang harus ia kuasai, apalagi dengan waktu yang terbilang singkat.

Fiona mengambil kertas nilai Sinta, dan berdecak. "Ck.. Ck.. Kau benar-benar melewati materi-materi yang penting. Kau harus menyewa guru private."

Sinta langsung menegakkan badan, menggeleng cepat. Hal yang paling Sinta tak suka ialah belajar dengan guru private. Ia punya masa lalu kelam dengan seorang guru private yang Ibunya sewa.

"Kau masih trauma dengan guru private kejam dulu?Bagaimana kalau kau pinjam catatan saja?"

Sinta tertarik dengan usul itu. "Baiklah. Berarti nanti kupinjam catatan Bahasa Korea-mu itu, oke?"

"Kenapa aku?"

"Dikelas ini, yang mengambil lintas minat bahasa korea hanya kau dan aku. Menurutmu, siapa lagi yang bukunya kupinjam?"

Fiona menggaruk kepalanya. "Em, Sinta. Sebenarnya, aku sudah tak ikut pelajaran itu satu bulan lalu. Aku ingin mengajakmu ganti program lintas minat, tapi tak sempat karena kecelakaan itu."

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang