Fiona tak habis pikir pada selembar pengumuman yang ditempel di mading sekolah. Yang jelas, hal itu membuat ia gelisah.
Tangannya bersedekap dan yang lain menggigiti jari-jemarinya. Ia tak bisa menghentikan salah satu kakinya yang tak bisa diam. Sesekali, ia melirik pintu masuk kamar mandi putri di dekatnya.
"Kenapa, Fi?"
Fiona spontan berbalik memunggungi mading.
Fiona khawatir melihat sahabatnya Sinta. Hari ini ia tampak lebih lesu dari biasanya, nafsu makannya berkurang drastis dan ia terus bulak-balik ke kamar mandi. Sekarang, gadis itu muncul seraya menyentuh perutnya.
"Kau yakin baik-baik saja? Perlu kuantar sampai rumah?"
Sinta tak tahu kenapa hari ini mendadak pencernaannya terganggu. Ia baru saja memuntahkan seluruh sarapan dan makan siangnya.
Padahal ia tak mengkonsumsi makanan yang aneh-aneh, mungkinkah karena pikirannya yang sedang kacau?
"Tidak usah. Fi. Aku akan pulang sendiri."
Fiona mengerti, Sinta gak bisa di paksa. Ia mengembalikan tas Sinta yang sedari tadi ia jinjing.
Sinta menerimanya sambil berterimakasih. "Ngomong-ngomong, apa yang kau baca di mading?"
Fiona menggeleng. "Ah tidak. Tidak ada. Ayo pulang!"
"Sudah tahu siapa yang akan tampil di turnamen nanti?"
"Kudengar ada anggota baru yang main, siapa dia?"
Percakapan dua orang siswi yang melintas diantara Sinta dan Fiona mengerutkan dahi Sinta sampai ketengah. Kenapa ia tak tahu?
Ia melirik Fiona yang menegang, lantas menarik lengan gadis itu menghindar dari mading.
Sebuah pemberitahuan resmi dari tim basket yang ditanda-tangani pembina serta ketua panitia. Sinta membelalak, terdiam beberapa saat kemudian menderap meninggalkan Fiona tanpa sepatah kata.
"Ah, mereka akan bertengkar lagi." Ia melirik mading. "Kenapa juga Sinta tak Bisma masukkan kedalam turnamen nanti? Padahal ia sudah berlatih keras."
***
"Kau berhutang penjelasan padaku."
Sinta melangkah cepat hampir berlari menghampiri Bisma di lapangan basket kompleks yang sepi. Terik matahari membuat kepalanya pening dan berkunang-kunang. Ia memangkas jarak, berdiri dihadapan Bisma yang bercucuran keringat dengan berkacak pinggang. Menahan emosinya.
"Katakan, kenapa kau tidak menyertakanku pada turnamen? Apa ini lelucon!?"
Hal yang sungguh ingin ia lakukan setelah keluar dari rumah sakit ialah bertanding di turnamen basket sekolahnya.
Ia berlatih sedikit lebih diluar kebiasaan agar permainannya maksimal, ia rela mendapat omelan Dr. Jo dan meminum dosis obat lebih tinggi. Ia terus menerus memberikan mama-nya pengertian agar tak terlalu khawatir.
Bisma berbalik, terpaksa menghentikan permainannya dengan jengah. "Kau datang di panas terik begini hanya untuk menanyakan hal itu?"
![](https://img.wattpad.com/cover/109547477-288-k745048.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate In You (COMPLETED)
Любовные романы[#3 in Sad Romance 16012019] Berawal dari sebuah tragedi yang terjadi di suatu senja yang berawan. Sinta Dahsa Sanjaya, pemain basket tebaik dalam team sekolahnya harus rela memiliki satu ginjal ditubuhnya, seumur hidup. Setelah ia bangun dari kom...