Part 9

1.2K 68 3
                                    

"Mau kemana?Sudah mau pulang?"

Bisma mencegat Sinta di depan pintu kelas. Sinta berlalu begitu saja namun Bisma menarik tangan Sinta membawanya kearah yang berlainan.

"Sekolah mengadakan turnamen basket sebentar lagi. Dan pelatih bilang, kalau kita akan bertanding dengan pemenang tahun lalu sebagai opening turnamen. Ini yang paling kau tunggu kan? bertemu dengan tim hebat dari sekolah lain?"

Sinta tersenyum tipis. Bisma nampak begitu bersemangat, ia melepas seragam sekolahnya, menggantinya dengan kaus tim dan mulai melakukan beberapa peregangan di depan Sinta. Dari semua anggota tim, Bisma-lah yang paling bersemangat latihan, itu juga yang membuatnya dipilih menjadi kapten.

"Kau tidak ganti baju?"

Tak sampai lima menit, Sinta sudah bergabung dengan Bisma yang sudah melakukan shot. Ia berlari-lari kecil dan melakukan beberapa peregangan.

"Wah, kau cantik kalau pakai kaus tim itu!Sinta semangat!!" seru Bisma dari sisi lain lapang.

Sinta tiba-tiba berhenti padahal ia baru saja memulainya. Satu hal yang ia sadari, ia tak sekuat dulu lagi, satu ginjal saja di tubuhnya, itu membuatnya lemah.

"Hanya satu putaran?Kemana Sinta yang lari sepuluh putaran seperti dulu?" tanya Bisma sambil mendekatinya. Butuh beberapa detik sampai Sinta menyadari pertanyaan Bisma.

"Jangan mengejekku!"

Bisma melempar bola basket kepada Sinta, yang langsung disambut cepat olehnya. Keduanya saling melempar dan menangkap bola sambil menunggu anggota lain datang.

"Tahun ini, banyak sekali sekolah yang mendaftar, jadi sepertinya kita akan kerja lebih keras dari tahun lalu." Bisma menjelaskan. "..tapi karena kau baru saja kembali, tenang saja aku tidak akan memberatkanmu. Kau hanya perlu bertanding di pembukaan acara saja."

Sinta tak melempar bola yang diberikan Bisma.
"Yang lain belum datang, bagaimana kalau kita melakukan permainan itu?"

Bisma berpikir sesaat, kemudian mengangguk setuju. Keduanya kerap melakukan permainan tersebut, masing-masing akan melakukan shooting dengan hanya satu kali kesempatan, dan yang kalah harus mengikuti satu permintaan dari pemenang.

"Tapi, kali ini sedikit berbeda." sela Sinta. "Hanya aku yang melakukan shooting. Jika aku gagal, kau tidak perlu mengabulkan permintaanku, kecuali aku berhasil. Dan kau tak perlu bertanya kenapa. Cukup kabulkan saja. Bagaimana?"

"Baiklah, aku akan mengabulkan apapun yang kau inginkan."

Sinta berjalan ke luar garis three point sambil menatap ring dengan fokus. Bisma tiba-tiba menyela,

"Eits, tunggu dulu. kau yakin melakukan shoting diluar garis itu? itu jauh sekali, ingat ya! Kalau kau gagal, aku tidak akan mengabulkan permintaanmu!"

Sinta tidak menghiraukan celotehan Bisma. Ditatapnya ring yang nampak begitu jauh dari tempat ia berdiri, jaraknya terlampau lebar untuk melakukan lemparan, tapi Sinta tetap melakukannya.

Ia menekuk lututnya dengan kaki kiri didepan. Lalu, ia lempar bola basket yang ia pegang erat-erat.

Hap! Bisma terpana, terlebih Sinta. Rekor! Belum pernah ia mencetak angka dari jarak sejauh ini. Bisma berseru sambil tepuk tangan.

"Wah! Hebat!Lihat tadi! Wah? Apa ada cctv disini? Orang lain harus melihatnya. Kurasa kau bisa dapat rekor muri lagi!" ia berseru heboh dan berlari ke Sinta. Gadis yang didatanginya masih belum sepenuhnya kembali dari rasa kaget. Cukup lama ia tak berlatih, tapi lemparannya tidak meleset.

"Kemampuanmu tidak berkurang walau tak menyentuh bola selama sebulan. Sepertinya kau punya keyakinan kuat atas permintaanmu itu ya? Baiklah, akan kukabulkan permintaanmu dengan sepenuh hati. Kau ingin apa?"

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang