Part 76

619 35 6
                                    

Helowww Reader-nim tercintah❤
Bintang dan Sinta kembali dengan lanjutan ceritanyaa..
Ditunggu lho komentar, kritik dan sarannya..
Ku selalu mengapresiasi keinginan kalian❤
Happy Reading!!

***

"Ah hujan! Fifi ayo!" Arga memepercepat larinya, tanpa meninggalkan Fiona.

Karena kendaraannya ia tinggal di parkir sekolah, Ia dan Fiona harus naik bus untuk sampai ke rumah sakit. Begitu keduanya sampai di halte, gerimis langsung mendera.
Untungnya, keduanya sudah sampai di area rumah sakit.

Fiona menepuk seragamnya yang setengah basah. Kemudian, Arga menghampirinya yang entah dari mana, membawa tissue ditangannya, kemudian, mengelap air hujan yang mengenai kepala dan tubuhnya.

"Kamu dapat tissue dari mana?"

"Dari ibu-ibu di sebelah sana." Kata Arga. Ia mengelap air dari lengannya. Kemudian, Arga melepas hoodie abu-abunya, dan memakaikannya pada Fiona. Gadis itu tersenyum lebar, nampak begitu berterimakasih.

"Tapi, bukannya gak boleh ya minta rekam medis pasien tanpa persetujuan yang bersangkutan? Kamu yakin mereka memberikannya?"

"Aku gak tahu." Jawab Fiona, sambil menarik resleting sampai ke dadanya. "Tapi gak salah buat coba kan? Lagipula, aku sudah kenal sama beberapa suster dan Dr. Jo sewaktu Sinta koma tempo hari."

"Oke kalau begitu, tapi Fi, sekarang aku mau ke kamar mandi, kamu duluan aja ya? Nanti aku langsung ke recepcionist."

Fiona menhampiri meja recepcionist dimana seorang petugas sedang menerima telepon, di dekatnya ada dua orang perawat yang sedang mengobrol.

"Selamat pagi, ada yang bisa kami bantu?" sapa nya ramah.

"Begini, apa saya boleh meminta daftar rekam medis teman saya? Dia pernah di rawat disini karena kecelakaan lalu lintas. Atas nama Sinta Dasha Sanjaya."

"Mohon maaf dik. Peraturan rumah sakit ini tidak mengizinkan siapapun untuk melihat rekam medis selain orang yang bersangkutan." Jawab petugas tersebut lembut.

"Dek Fiona?" sapa seseorang. Fiona dengan spontan menoleh begitu namanya di panggil. Seorang suster muda datang menghampirinya, wanita akhir dua puluhan itu adalah suster yang mengangani Sinta selama Sinta koma. Karena seringnya Fiona kemari waku itu, keduanya berkenalan dan mengobrol di beberapa kesempatan.

"Mau jenguk Sinta yang habis dialysis ya?"

Fiona terkejut. "Dialysis apa?"

Suster itu sama terkejutnya. "Bukankah Fiona kemari untuk melihat Sinta? Ia baru selesai dialysis dini hari tadi setelah dibawa ke rumah sakit karena pingsan kemarin sore." Jawab suster.

"Tunggu, apa?S-Sinta pingsan? kenapa ia harus melakukan dyalisis hanya karena pingsan?"

"Dek Fiona.. Sinta 'kan mengidap penyakit ginjal kronis—"

"Suster, tolong! Ada dua orang yang bertengkar di dekat ruang perawatan!" seru salah seorang perawat ke meja recepcionist. "Cepat panggil keamanan!"

***

Beberapa dokter berderap cepat melewati lorong dan masuk ke salah satu kamar. Dibelakangnya, beberapa suster membawa beberapa jarum suntik, dan benda-benda asing lain. Semerbak obat, bau khas rumah sakit yang menyesakkan menguasai indera penciuman.

Tidak disangka ia akan kembali lagi ke rumah sakit ini, karena orang yang sama. Beberapa waktu lalu, begitu pesawatnya sampai, ia langsung berlari ke tempat terkutuk ini, karena mendengar kabar paling mengerikan yang pernah ia dengar tentang sahabatnya.

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang