Part 60

647 33 0
                                    

Ayah..

Mata Sinta mengerjap. Berat dan perih.

Dinding bercat putih, glow in the dark kelap-kelip, dan pinggang yang berat tertahan sesuatu.

Meski kesadarannya baru separuh, ia yakin betul kalau ini bukanlah kamarnya. Dan, sesuatu yang menahan perutnya ialah.. tangan melingkar!

Sinta melotot, dan membalikkan badan. Ia meringis menyadari pemilik tangan yang melingkar di perut dan nyaman dalam genggamannya. Dengan hati-hati, ia melepas satu persatu jari-jari Bintang yang bertautan dengan jemarinya.

“Dasar bodoh! Bodoh! Bodoh!” Sinta menyumpahi lengannya sendiri.

Bintang melenguh pelan, kepalanya bergeser, membuat Sinta dapat dengan jelas melihat wajah tampannya dengan posisi matanya yang sejajar dengan bibir proporsionalnya.

Bintang menjadikan lengannya sendiri sebagai bantal, sementara separuh tubuhnya sampai bawah derada di lantai yang dingin.

Jadi dia tidur seperti ini semalaman? Untuk menjagaku?

***

Bintang melenguh dan mengangkat kepalanya yang berat.

Oh leherku!

Ia tertahan beberapa detik untuk menormalkan kembali otot-otot lehernya yang kaku karena salah posisi tidur.

Bintang menyadari tempat tidurnya sudah kosong dan selimut yang menutupi bahunya. Sinta sudah pergi? Begitu saja? Bintang mengacak poni rambutnya yang berantakan, kemudian menyadari benda asing menempel erat di rambutnya. Sebuah sticky note.

Terimakasih sudah menjagaku semalaman ^^

Bintang langsung keluar kamarnya meski dalam kondisi berantakan dan menuju rumah Sinta dengan tergesa.

Pintu rumahnya terbuka dan terdengar suara sayup-sayup dari dapur.

“Sinta! Sinta Dasha!”

Gadis itu menoleh, terkejut mendapati Bintang langsung masuk dengan penampilan yang acak-acakan.

“Kau sudah sehat? Tidak sakit lagi?” tanya Bintang cemas.

Bukannya menjawab pertanyaan Bintang, Sinta malah mendorong pria itu ke kamar mandi.

“Bersihkan dirimu. Sarapan akan siap lima menit lagi.”

Tak lama kemudian, Bintang keluar dengan wajah yang lebih segar. Sinta kembali menariknya untuk duduk sementara Sinta menyiapkan sarapan. Makanan yang sederhana, nasi goreng sosis.

“Aku tidak sepandai mama dalam memasak. Tapi, nikmati saja ya?” Sinta mencicipi masakannya sendiri, dan mengerutkan dahi, "ini asin."

Bintang mengikuti setiap gerak-gerik Sinta lewat mata hitamnya.

Ia menyadari gadis itu menghindari matanya sedari tadi.

Ia menghampiri Sinta, menempatkan dirinya di belakang tubuh Sinta. aroma shampoo itu menyegarkan indera penciumannya.

Ia mengulurkan tangan di sisi tubuh Sinta sampai menyentuh tepi meja makan. Membuat Sinta terkunci dalam kungkungannya.

Sinta membalikkan badan, dan wajah Bintang berada tepat dihadapannya. Ia bisa merasakan kedua lengan pria itu bersentuhkan dengan sikunya.

Bintang benar-benar menyukai posisi ini, memberikan akses penuh pada dirinya untuk melihat wajah itu dengan radius ini.

Bodohnya, Sinta malah mundur, pinggangnya menyentuh meja makan. Bintang membungkukkan punggung, dan menyetarakan wajahnya makin sejajar dengan Sinta.

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang