Part 58

674 28 4
                                    

***

Mereka berempat sampai di rumah Fiona. Rumah megah dengan semua desain mewah-nya, guci, lukisan sampai ke miniatur dan replika mahal.

Rumah bernuansa putih dengan banyak pilar berdiri sombong di halaman depan, bergaya Yunani yang lebih mirip istana.

Siapapun yang berkunjung kemari pasti berpikir, rumah ini lebih cocok menjadi museum daripada tempat tinggal. Fiona mengajak tamunya menuju paviliun di bagian selatan rumah. Satu-satunya bangunan yang Fiona sukai, tempat dimana ia memiliki banyak cerita bersama mendiang ibunya.

Setelah di jamu oleh asisten rumah tangga, Bintang diajak berkeliling paviliun, menuju bagian barat,  terdapat sebuah kolam renang indoor berukuran 3mx5m.

Arga merebahkan diri di salah satu sofa dan beristirahat di susul Sinta di dekatnya, menunggu Fiona yang menyiapkan makanan untuk mereka. Sementara Bintang?

Pria jangkung itu larut dengan air, berenang seperti anak kecil dari tepi ke tepi kolam yang lain. Lihat, Bintang bahkan tak bisa diganggu karena kegiatan baru-nya.

Sinta mendekati kolam, “Hey, sudah cukup berenangnya! Kau sudah satu jam di dalam air, nanti kulitmu keriput semua. Lukamu bisa basah lagi, ssaem. Aku janji akan membawamu berenang lain kali, tapi kali ini sudah dulu.” Bujuk Sinta.

Bintang menggeleng,  menyentuh dinding kolam. “Kan ada kamu yang akan mengobati lukaku."

Sinta tak menanggapi, ia duduk di bibir kolam, kakinya masuk kedalam kolam yang dingin. Bintang menempatkan lengannya di sisi tubuh Sinta, mendongak memperhatikan wajah itu seksama.

“Ngomong-ngomong, bagaimana lukamu? Lihat!”

Sinta memperlihatkan sikunya. “Aku baik-baik aja kok. Luka ini sih kecil, cuma waktu kelas 10 tangan kananku pernah patah, jadi aku cukup kaget aja.”

Bintang menghela napas kasar. Lalu, ia melirik Sinta yang terdiam. Semenjak Bisma menyinggung soal pria yang bernama Daniel itu, air muka Sinta berubah, bahkan bertahan sampai saat ini. Wajahnya masam,

“Ada yang mengganggumu sejak tadi, lebih tepatnya setelah kalimatmu di ruang basket.”

“Hah? Kalimat apa?”

“Aku akan memotong tubuhmu menjadi delapan bagian. Aku yakin ada sesuatu dari kalimat itu. Ada hubungannya dengan orang yang bernama Daniel?”

Sinta cukup terkejut. Tapi tidak aneh, “Kau memang si jenius pembaca pikiran.”
Ujarnya sambil tersenyum tipis. “Nanti, ssaem. Nanti akan ku ceritakan.”

“Jangan. Kumohon jangan ceritakan apapun tentang pria lain langsung dari bibirmu. Aku membencinya.” Bintang tersenyum, “Biar aku cari tahu sendiri saja.”

Sinta hanya tersenyum tipis, lagi-lagi.

Ini tidak bisa dibiarkan, pikir Bintang. Tak boleh ada pria yang dipikirkan Sinta, tidak ada satupun! Augh!

Ia mengumpat dalam hati, dan memilih meninggalkan Sinta kemudian masuk kedalam air untuk beberapa saat, sejenak memenangkan diri.

Kepalanya mendidih, siapa pria brengsek bernama Daniel itu, ia benar-benar emosi dan tersiksa harus menahannya saat ini. Tapi, kenapa ia sekesal ini? Kenapa sisi posesifnya lahir sebesar ini pada sesuatu yang bukan miliknya?

Bintang muncul ke permukaan setelah beberapa saat, dan menghampiri Sinta yang masih duduk di tepi kolam.

Bintang menempatkan kedua tangannya lagi ke sisi tubuh Sinta dan mendongak,  “Wah ini tidak adil. Selama ini kau puas memandangi wajahku, sementara aku harus merunduk untuk agar bisa melihat wajahmu dengan jelas.”

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang