END

1.5K 66 16
                                    

Akhirnya, setelah sekian lama, Fate In You update dengan part terakhir, semoga berkenan dengan akhir ceritanya ya..
jangan lupa komentar, kritik dan saran untuk part ini yaa..

Happy Reading cintakuu!!❤

***

Pada dasarnya, Sinta adalah anak yang tidak bisa diam. Ia cenderung aktif dan menyukai kegiatan yang berhubungan dengan fisik. Maka, berbaring saja tanpa melakukan apapun diatas bangsal bukan hal yang bisa Sinta lakukan. Sejak lima belas menit yang lalu, ia berusaha turun dari bangsal ke kursi roda dengan susah payah sebab luka jahitnya belum kering.

"Hey, mau kemana malam-malam begini?"

Sinta mendongak dan tersenyum lebar. "Ssaem! Bantu aku dorong sini, aku gak tahu cara pakai kursi rodanya."

Bintang yang baru datang menurut saja, mendorong kursi roda Sinta menuju ambang pintu. Sinta girang bukan main karena ia akan melihat dunia luar.
Tetapi tiba-tiba Bintang merubah arah kursi rodanya, menjauh dari pintu. Sinta langsung protes.

Bitnang berjongkok dihadapan Sinta. "Jangan berpikir kau bisa pergi. Dokter kan belum mengizinkanmu keluar dari kamar."

Sinta mendesah kecewa, mukanya berlipat-lipat kesal. "Kenapa? Aku sangat bosan disini."

Bintang mengulurkan tangan, dan menyelipkan rambut Sinta kebelakang telinganya. Alis Sinta yang berkerut kesal perlahan turun, heran karena Bintang hanya tersenyum memandanginya.

"Kenapa? Ada yang salah diwajahku?"

"Aku merindukanmu." Katanya pelan.

Sinta mendecakkan lidah lalu menundukkan wajahnya sambil bergumam, "Jangan begitu dong. Kalau kau katakan itu sekali lagi, mungkin aku akan mengatakan hal yang sama juga."

"Sinta Dasha Sanjaya, aku merindukanmu.." Bintang berseru gemas.

Sinta berdeham, dan cepat menghindar dengan menjauhkan kursi rodanya sampai kedekat bangsal tempatanya berbaring. "Menyebalkan." jengkelnya.

Dengan tangan-tangan kecilnya, sekuat tenaga ia berusaha memindahkan tubuhnya dari kursi roda ke tempat tidur. Tapi, Perbedaan tinggi antara kursi roda dan bangsal membuatnya kesulitan.

"Yaking tidak butuh bantuanku nona Sanjaya?"

Sinta akhirnya menyerah setelah beberapa saat. Ia mengulurkan kedua tangannya ke arah Bintang sambil memasang wajah malas yang menurut Bintang sangat menggemaskan. Bintang mengangkat tubuh Sinta dan memindahkannya ke atas bangsal.

"Makasih." Gumam Sinta pelan.

"Selama dirumah sakit, kau tidak menyisir apa gimana? Rambutmu berantakan begini." Bintang menambil sisir di atas nakas, mengambil posisi di belakang Sinta, dan mulai menyisirnya.

"Ssaem, gak perlu seperti itu. aku bisa sendiri."

Bukan Bintang namanya kalau menerima penolakan begitu saja. Ia bersikukuh menyisir rambut Sinta yang panjang, lalu memberikan sekotak wafer coklat kiriman Fiona kemarin.

"Makan saja ini. Ngomong-ngomog, rambut panjangmu ini, apa gak gerah?"

"Gak kok." Ujar Sinta sambil mengunyah wafernya. "Rambutku gak pernah lebih pendek dari sekarang."

Bintang menyisir rambut hitam Sinta perlahan. Takut-takut Sinta kesakitan karena terlalu keras menariknya. Rambut Sinta terasa lembut di telapak tangannya, aroma shampoo-nya yang khas selalu memikat hatinya.

"Mau wafer?" Sambil melahap satu wafer yang panjang, ia juga menawari Bintang lewat tangannya kebelakang.

"Tidak perlu. Aku punya acara lain kok untuk memakan wafernya."

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang