Part 57

624 38 0
                                        

***

"Duduk."

Suara rendah Bintang membuat Sinta langsung mematuhi segala ucapannya. Bintang membuka kotak P3K, dan obat merah mengobati luka kecil di sikut Sinta. Ia tak bicara apa-apa, hanya sesekali menghela kesal. 

Sinta juga memilih bungkam, tak berani menatap wajah Bintang yang penuh amarah.

"Karena ini hari libur, UKS-nya tutup. Untung tim basket punya kotak P3K ya?" Ujar Sinta kemudian tertawa hambar, mengatakan hal yang tak berguna.

Bintang memijit tulang hidungnya kesal, lalu menggeram. "Lalu, kenapa kau malah membuat masalah? Sudah kubilang kan tetap disampingku. Siapa yang bilang kau boleh terluka, hah?"

Sinta menunduk. Bintang menutup kotak P3K dengan kasar, memasukkannya ke dalam salah satu loker di ruangan itu. Dan menutup pintu loker tak kalah keras. Ia menendang loker dengan keras. Sinta mengerjap, takut.

Bintang berkacak pinggang. "Lagian, kenapa tiba-tiba Rayhan begitu?"

"Akujuga gak tahu. Aku lagi duduk dengan Fiona, dia tiba-tiba datang menarik tanganku, ia bilang ada hal yang mau ia bicarakan. Tapi, aku tidak mau, dan ia memaksa."

"Memangnya karena kamu tidak ingin bicara dengannya itu membuatnya boleh melukaimu?"

Sinta mendongak. "Sudahlah, aku juga kan gak apa-apa. Hanya tergores sedikit."

Bintang berlutut di hadapan Sinta. menyentuh dagunya mendekat padanya, ia memastikan tak ada luka lain. Tapi, Sinta menatapnya tegang, takut-takut.

"Aku tidak akan berubah menyeramkan, Sinta. Aku juga tidak akan berkelahi, setidaknya tidak di hadapanmu." Katanya lembut. Sinta menyentuh tangan Bintang yang ada diwajahnya, dan pria itu melihat pergelangan tangan Sinta yang sangat kecil itu memerah. Ia menggeram kesal lagi, kali ini sambil menutup wajahnya. bintang benar-benar harus menahan kepalan tangannya.

"Sinta!" 

Tiba-tiba Fiona merangsek masuk ke dalam ruangan yang tertutup. 

"Kau baik-baik saja kan?" Ia melihat wajah Sinta yang tertunduk, lalu menoleh ngeri ke Bintang yang berwajah garang dengan rambut berantakan, ia bersumpah Bintang terlihat seperti pria frustasi yang nyaris gila.

Tak lama dari Fiona, Bisma dan Arga juga datang. Tetapi kali ini, ada yang berbeda dari Bisma, kalau sebelumnya sorot matanya menyeramkan penuh emosi yang menyala-nyala, sekarang yang Sinta lihat, ia layaknya kucing yang meringkuk di pojokan, ketakutan karena telah mencuri ikan sang majikan, ciut

Ketika Sinta meliriknya, Bisma makin menunduk, ia menutup punggung tangannya dengan tangan yang satunya, menyatukannya di depan tubuhnya.

Sinta kemudian berseru kesal, "Apa kamu melakukan kesalahan? Kenapa melihat kebawah terus!?"

"Itu.. Aku.."

Sinta berdecak, mengangkat tangannya ingin memukul Bisma, tapi ngilu disikutnya tiba-tiba menyergap sampai ke bahunya, Sinta meringis. 

Bintang langsung sigap mengecek keadaannya. Bisma juga tak kalah cepat, ia berlutut dan melihat sikut Sinta yang di perban, ia kembali emosi.

"Biar aku lihat! Tulangnya tidak bergeser kan? Ah! Harusnya aku membunuh keparat itu tadi!"

Sinta menyentil kening Bisma sekuat tenaga, sampai pria itu berseru nyaring sambil mengusap keningnya yang sakit. 

"Aw! Sakit! Kau memukulku dengan keras, lalu kenapa orang lain sampai memukulmu? Jangan biarkan sampai orang memukulmu! Makanya berhenti berurusan dengan pria jahat! Berhenti membuatku marah! Kau bertemu Daniel dan menangis karena preman sekolah itu, sekarang kau malah bertemu Rayhan dan—"

Duk! Sinta menendang tulang kering Bisma, tidak terlalu keras, tapi cukup membuat Bisma meringis kesakitan lagi. "Kalau kau bahas Daniel lagi, akan ku potong tubuhmu jadi delapan bagian!" pekik Sinta, tiba-tiba ia terdiam. Seperti shock akan sesuatu.

Arga dan Fiona menatap satu sama lain, lalu memandang Sinta. Bintang melakukan hal yang sama, ekspresi terkejut itu, Bintang rasa.. Sinta baru mengingat lagi masa lalunya.. dan orang itu.. Daniel? Apa orang yang sama yang Fiona bicarakan?

Bintang mengernyit tak suka. Tangannya terkepal. Menghadapi kenyataan bahwa ada pria yang dipikirkan Sinta membuatnya sangat muak. Ia butuh samsak, ia butuh menghajar seseorang, sasaran utamanya ialah, Daniel. Entah dimana pria itu berada sekarang, yang jelas, jangan sampai ia bertemu dengannya.

"Lupakan orang jahat ya? Yang penting semuanya baik-baik saja sekarang." Fiona berusaha membuat cair suasana. "Hari ini aku dan Arga sedang merayakan sesuatu, jadi kalian semua harus datang kerumahku, oke?"

"Ada apa? Bukankah anniversary kalian tiga hari lalu?"

"Tidak. Bukan itu! Pokoknya datang saja! Sinta, kau yang utama, kau sudah lama tidak pergi ke rumahku, semenjak libur juga kita tidak pergi bersama-sama. Ayolah, ya?"

"Latihan hari ini juga di batalkan oleh Pak Irman kok. Kalian pergilah dulu, aku masih ada keperluan dengan Pak Irman." Kata Bisma.

"Apa keperluan itu tentang masalah Rayhan hari ini? Kalau begitu aku ikut, aku pun terlibat." Sela Bintang.

"Tidak perlu. Akan lebih rumit kalau sampai bawa-bawa orang dari luar sekolah. Aku bisa menyelesaikannya. Kau jaga saja Sinta dengan baik jangan sampai bertemu dengan pria jahat yang lain, dan awasi dua orang ini jangan sampai melakukan hal-hal yang tidak-tidak dirumah Fiona."

Fiona, Arga bahkan Sinta langsung protes. Bisma tak peduli, ia menepuk bahu Bintang sesaat sebelum keluar.

Fiona dan Arga saling bertatapan, kenapa mereka jadi akur?

***

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang