Part 56

653 33 0
                                    

Setengah jam kemudian, semua anggota team basket sudah memulai latihan dan membentuk dua team dan bertanding.

Pak Irman—pelatih mereka mengontak Bisma, beliau akan telat satu jam karena ada urusan mendadak. Fiona masih setia menunggu di bangku penonton sambil fokus pada laptopnya, tiba-tiba Arga duduk disampingnya.

“Jadi alasanmu kemari itu bukan untuk melihatku latihan ya? Tapi numpang wifi sekolah?”

“Aku kan bisa lihat ratusan permainanmu nanti. Aku butuh wifi sekolah untuk les online ini karena wifi dirumah gak jalan.”

“Bukannya kau sudah ikut bimbel? Sekarang les online juga?”

“Aku harus seperti ini untuk diterima di fakultas kedokteran di universitas favorite-ku.”

“Yah, kalau kau sesibuk ini, bagaimana nanti? Kau pasti mengabaikanku.” Keluh Arga.

Fiona menoleh, “Kenapa kau berpikir seperti itu? tidakkah kamu punya mimpi untuk di raih? Kenapa tidak mengambil program beasiswa seperti Bisma saja?”

“Tidak. Basket hanya kesenanganku saja, aku lebih tertarik pada hal lain.” Arga diam sesaat sebelum melanjutkan. “Fi, apa aku cocok jadi model?”

“Hah?”

“Ingat tidak, orang dari majalah yang melakukan pemotretan denganmu sewaktu kita kelas sepuluh? Minggu lalu aku tak sengaja bertemu mereka, dan mereka memberiku kartu nama, katanya mereka menunggu telepon dariku.”

Fiona langsung menutup laptopnya dan menghadap Arga. Pria itu was-was sebab Fiona sendiri kurang menyukai dunia modelling.

“Aku tahu dulu kamu gak suka modelling karena photografernya buat kamu gak nyaman, tapi—“

“Tunggu apa lagi? Cepat telepon mereka!”

Arga terkejut. “K-kamu setuju?”

Fiona mengangguk semangat. “Tentu! Kalau kamu memang tertarik dengan modelling, teruskan! Mungkin bakat kamu memang disitu. Ku akui kamu terlihat sangat keren kalau sudah di depan kamera. Seperti saat kita kelas sebelas dulu, kau dipilih menjadi model untuk promosi sekolah.”

Arga tersenyum lebar, ia meraih pipi Fiona dan mencubitnya pelan.“Rasanya aku ingin memelukmu sekarang. Tapi kau pasti akan mengomel karena ini di sekolah, belum lagi kau akan meneriakiku pria mesum.”

Arga terkehkeh sendiri, dan mengelus rambut Fiona lembut. “Makasih Fi! Kamu selalu mendukungku. Tidak kusangka karena bola basket yang kulempar sampai membuatmu pingsan, itu jalan untuk bertemu gadis hebat sepertimu.”

Fiona menatapnya galak. Ia mendecak, tapi hatinya berdebar. “Kau ingin mati ya? Masih membahas itu?”

Fiona sebenarnya ingin tertawa, karena insiden itu ia bertemu dengan Arga, pria manis yang sangat menggemaskan dan penuh perhatian, tapi tetap saja, kepalanya jadi benjol dan bekas itu tak hilang dua minggu.

“Ngomong-ngomong, kamu tidak melanjutkan les online-nya?”

“Tidak. Kau jauh lebih penting. Aku sedang senang sekarang, karena itu kita harus merayakannya. Datang kerumahku setelah ini oke? ajak mereka sekalian!” ajak Fiona sambil melirik Sinta, Bintang dan Bsisma yang sedang bermain di tengah lapang.

Ketiga-nya asik bermain di lapang yang luas, disaat anggota tim basket yang lain sedang beristirahat.

Mereka saling memasukkan bola ke dalam ring. Tapi permainan—yang entah apa namanya berubah kacau setelah Sinta memeluk bola basket dan berlari menjauh. Dua pria itu mengejar Sinta, dan akhirnya mereka saling bersekongkol mengagalkan siapa saja yang berniat melempar bola.

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang