Part 23

4.9K 508 40
                                    

Aku merebahkan tubuhku, menatap langit-langit kamarku.
Aku baru saja tiba dikamar kosku. Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, tadi dia mengajakku makan terlebih dahulu.

Sebenarnya sampai sekarang aku masih tak habis fikir dengan dia, aku tidak menyangka, dia menyatakan cintanya kepadaku.

Ka Naomi mencintaiku.

Jadi sekarang apa yang harus ku lakukan?
Sebenanrnya tadi aku ingin mengungkapkan kalau aku sudah berpacaran dengan Veranda, namun rasanya tenggorokan seperti tersekat oleh sesuatu susah sekali untuk mengatakannya, aku hanya diam menanggapi ucapan cintanya.

Dia memberikanku waktu untuk menjawabnya, oh tuhan rasanya otakku hampir pecah, aku tak ingin menyakiti hati siapapun, tapi mau bagaimana lagi aku tidak bisa menerimanya.

Apa aku harus mengatakannya kepada Veranda?

Bagaimana bisa kalau jadinya seperti ini? Bagaimana bisa kalau ka Naomi ternyata mencintaiku? Bertemu denganku saja sangat jarang walaupun kita satu Fakultas.

Tapi sebaiknya aku harus cepat memberikan jawaban kepadanya, aku akan omongkan ini dengam Veranda.

Rasanya begitu lelah hari ini, urusan Ghaida saja belum selesai eh timbul masalah baru. Ku yakin sikap Veranda tadi ada hubungannya dengan Ghaida.

Mataku berat, mungkin sebaiknya aku segera memejamkan mataku.


Tok tok tok...tok tok tok.

Baru saja ingin memejamkan mata, suara pintu kamarku terdengar oleh telingaku, mengganggu sekali.

Tok...tok...

"Heuh siapa sih, udah malem juga" gerutuku.

"Ve" ucap ku saat aku membuka pintu kamarku, ternyta sosok yang aku lihat adalah bidadariku, dia menangis dan sekarang dia memelukku.

Aku membawanya masuk kedalam kamarku, mendudukannya diranjang sempitku

"Kamu kenapa?" Ucapku sedikit panik.

"Melody Nal" ucapnya sambil sesenggukan.

"Ka Melody kenapa?"

Bukannya menjawab pertanyaanku dia malah semakin menangis, terisak begitu menyakitkan terdengar dalam telingaku, aku tak tega melihatnya menangis.

"Ka Melody kenapa Veranda?"

Dia menatapku begitu dalam, ku hapus air mata yang jatuh di pipi tebalnya, ku tangkup pipinya memberikan ketenangan kepadanya.

"Kenapa sayang?"

Dia membuka suaranya, mulai bercertia kepadaku, sesekali dia masih terlihat terisak.

"Aku gak tau harus gimana lagi" ucap Ve.

"Nanti aku bantu ngomong yah"

"Jangan nangis lagi"

"Aku gak suka liatnya"

Ku usap air matanya yang lagi-lagi jatuh di pipi yang selalu terlihat menggemaskan.

Dia bercerita kalau Melody marah kepadanya atas kejadian tadi pagi, kejadian dimana Ghaida tak sengaja memeluknya karna dia hampir saja terpleset dan Melody melihatnya.

"Kamu gak marah?" Tanya Ve.

"Kenapa harus marah hm?"

"Kan aku dipeluk Ghaida" ucapnya lagi kepadaku.

"Aku malah mau bilang makasih sama Ghaida, udah nolong bidadari aku"

"Kamu gak sengaja kan dipeluk dia?"

KINAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang