Part 37

4.3K 425 25
                                    

Perasaan yang resah terlihat jelas di raut mukanya, ke khawatiran yang mendalam dia rasakan, memandang seseorang yang kini hanya diam menatap kosong didepannya seakan memunculkan perasaan tak tega pada dirinya "Kamu kenapa?". Ucap Veranda yang sekarang menggenggam tangan Kinal memastikan kalau kekasihnya baik-baik saja.

Kinal memalingkan wajahnya menatap Veranda tersenyum begitu manis "Aku gapapa, kamu tenang aja,ini kan demi kebaikan kamu". Lagi-lagi Kinal tersenyum di akhir ucapannya.

Veranda tau kalau Kinal tentu tidak dalam keadaan baik-baik saja,karna dia pun merasakan hal yang sama dengan Kinal. "Nanti kalau libur aku pasti pulang"

"Iya Ve, nanti aku juga gitu, udah ah gak usah sedih-sedih gini, mending sekarang kita makan" Ucap Kinal berdiri dan mengambil tangan Veranda untuk ia gandeng.

Matahari yang terang bersinar indah dihari rabu yang menyedihkan bagi Kinal dan Veranda, 2 minggu lagi Veranda akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Surabaya itu tandanya Kinal dan Veranda akan jauh, hanya jarak tapi ini sungguh membuat mereka berdua terlihat uring-uringan.

Mereka berjalan beriringan saling menggenggam tak memperdulikan pandangan mata yang melihat mereka dengan tatapan aneh. Terkadang mereka berdua terlihat bercanda, Kinal yang mengacak rambut Veranda, Veranda yang menyandarkan kepalanya pada bahu Kinal, ini semacam penebusan rindu yang selama ini mereka pendam.

Dari jauh ada mata yang menatap mereka dengan tajam, kakinya ia langkahkan dengan tergesa, tangannya mengepal tak trima dengan apa yang ia lihat.

Senyum Veranda seketika menghilang diganti dengan mimik wajah yang takut, lebih mengeratkan genggamannya pada tangan Kinal.Mata Kinal menatap tajam memancarkan kibaran bendera perang. "Jangan sentuh Veranda!" Tangan Kinal sigap menepis tangan Ghaida yang mencoba mengambil tangan Veranda. "Apa urusan lo?!  Veranda pacar gw!" Ucap Ghaida dengan percaya diri.

Kinal tersenyum kecut menatap remeh kepada Ghaida"Pacar Lo? Haha lo mimpi ha?!"

Veranda yang berada dibelakang punggung Kinal hanya menggenggam tangan Kinal dengan erat, ada perasaan takut dalam hatinya, perlakuan Ghaida selama ini membuat dia tak berani dengan Ghaida. "Gw gak ada urusan sama lo!" Tunjuk Ghaida kepada Kinal.
"Ikut gw! " Ghaida mengambil paksa tangan Ve dengan kasar. 

"Lepas Ghai, cukup!"


Bukk!!!!


Genggaman tangan Kinal yang sedari tadi mengepal kini melayang tepat di wajah Ghaida.
"ini buat lo yang udah nyakitin Ve"

Bukk!!


"Ini buat lo yang udah ganggu hubungan gw!"
"Dan ini buat lo yang udah nyakitin ka Melody!!" Kinal terus menghujani Ghaida dengan pukulannya, Ghaida hanya bisa tergletak pasrah akan serangan Kinal.

"Udah...Kinal, aku takut" Veranda memeluk tubuh Kinal mencoba meredam emosi Kinal, matanya memerah air bening jatuh di pipi mochi nya suaranya bergetar, dia benar-benar takut, dia tidak menyukai tatapan Kinal yang memancarkan kebencian, seperti bukan sosok Kinal yang ia kenal.

"Pecundang!" Ucap Kinal menghempaskan tubuh Ghaida dengan kasar, menghentikan pukulannya. Dia Menarik nafasnya menghembuskan nya secara perlahan, bisa saja Kinal benar-benar menghabiskan Ghaida, tapi dia tidak akan melakukan itu semua didepan Veranda.

"Maafin aku Ve, aku kebawa emosi, gak usah takut, ada aku disini" Kinal mengusap air mata yang membasahi pipi Veranda, ia menangkup pipi Ve memberikan ketenangan pada Veranda.






"Kinal.... Aaaw..as"

Prak!!!

"Aaah.." Erang Kinal saat sebuah fas bunga melayang indah di kepalanya.

KINAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang