Part 62

2.8K 333 34
                                    

Rembulan menyingkir diganti dengan tetesan gerimis yang membuat malam semakin dingin. Yona bingung akan dibawa kemana dia, dia menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil mengamati setiap air yang turun meluruh pada kaca mobil.

Dia duduk di belakang dengan Kinal yang berada dikemudi dan tentu Veranda disampingnya. Dia tidak menyukai keaadan hening seperti ini, ini hanya membuatnya semakin larut pada luka yang dia rasakan.

Dia bingung dengan tingkah Veranda malam ini, seharusnya Veranda marah karna dia sudah mencintai kekasihnya, ini di luar dugaanya, Veranda sama sekali tidak menampakan wajah benci terhadapnya.

Dan dia semakin tidak mengerti, kenapa Veranda sangat mengetahui tentang gelang milikknya, dia tidak mau berfikir terlalu jauh. Dia hanya tidak ingin terlalu berharap.

Veranda terus memperhatikan Yona dari kaca, ntah harus mengekpresikannya seperti apa, mungkin jika ada kata yang lebih dari kata bahagia dia akan mengatakanya.

Siapa yang tidak bahagia, bertemu dengan adik kandungnya sendiri yang sudah hilang bertahun-tahun.  Veranda sangat yakin kalau Yona adalah adiknya.

"Kita mau kemana sih?" Tanya Yona dengan wajah bosan.

Veranda menoleh, tersenyum tipis."Pulang"

"Kekosaan?"

"Kerumah mamah" lanjut Ve kali ini tanpa menolehkan kepalanya.

Yona mengangkat sebelah alisnya menatap Veranda dari kaca mobil."Ini kita mau kebandung?"

Veranda menggeleng.

"Trus?"

"Ya pulang kerumah"

"Ah, terserahlah" Yona mendelik kan matanya malas menyandarkan kembali tubuhnya pasrah.

Hujan pun tak mau berhenti
Terus saja menari nari, Yona dengan segala pikiranya memilih diam menghitung tiap air yang jatuh.

Malam semakin gelap, hanya sunyi dan suara deru mobil milik Veranda yang terdengar, Kinal terus memfokuskan pada kemudinya, dia tak mau terlalu mencampuri urusan Veranda dan Yona, karna sebenarnya dia belum terlalu mengerti.

Langit pun terus saja berwarna hitam.
Seakan menggambarkan masa yang telah lalu, Yang penuh gambaran buram.

Yona meneggakan badannnya, menatap penuh curiga pada Kinal dan Veranda. "Jangan bilang kalian sedang berfikir untuk menghabisi nyawaku?"

"Hahahah" Kinal menggeleng kepalanya tertawa mendengar ucapan Yona yang terdengar konyol menurutnya.
"Pikiran lo bused dah patroli amat ." Lanjut Kinal lagi.

Veranda juga tersenyum gemas."Mungkin Kinal, aku sih enggak" kata Ve melirik Kinal.

"Heh! enak aja aku gak sejahat itu ya."

Yona menghempaskan lagi tubuhnya, dia baru menyadari satu hal sejak kapan Veranda menggunakan kata aku-kamu saat berbicara dengannya? Aneh sekali, pikirnya.

Mobil dengan merk aliran musik itu berhenti tepat di rumah yang tak terlalu besar.

Tetes hujan mendarat di daun daun. Mengaliri selokan bertumpukan sampah, mereka bertiga sedikit berlari menghindari hujan.

Veranda sedikit mengibaskan tangannya karna basah, kemudian matanya menatap Yona dan Kinal yang sedang melakukan hal yang sama dengannya. "Duduk disini, dulu ya." Lanjutnya lagi, sebelum dia meninggalkan mereka berdua.

Mata Yona berkeliling mengamati setiap sudut rumah Veranda yang baru saja ia masuki namun dalam hatinya tak terlalu asing. "Ini rumah Ve?"

"Heem, rumahmu juga." Jawab Kinal tanpa melihat Yona karna matanya dan tangannya sibuk.

KINAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang