Part 45

3.2K 401 86
                                    

Tetesan gerimis yang menetes,
dikelamnya langit senja terlihat hilang dibalik awan mendung.
Dia mengumpulkan rindu diujung senja yang tak terlihat.

Raut bayangan wajah cantik dan manja, tergambar ditiap sudut yang sepi.
Dia menghembuskan namanya didalam kenang suaranya yang berharap.

Lengkungan tujuh warna warni,
menghiasi langit usai hujan.
bagai bentang selendang bidadari
bertuliskan rindunya.

Kepalanya menengadah menatap langit yang masih mendung namun sudah tidak hujan "Veranda aku merindukanmu" Ucap Kinal begitu lirih.

Rasa rindu itu perpaduan antara ambisi dan ketidak mampuan diri pada kenyataan, kerinduan itu perjuangan yang telah selesai tapi masih terngiang.

Tanganya terangkat menunggu suara lembut menjawab panggilannya.

"Halo sayang"

Kini Suara bidadari yang dia rindukan memenuhi telinga nya, getaran dalam dadanya bergemuruh hebat wajahnya begitu sendu, dia ingin lebih dari sekedar mendengar suaranya, rasanya rindu nya ingin dia lepaskan lebih dari ini.

"Kinal?"

"Sayang?"

Sapaan Veranda lagi membuat nya hanya diam, ntah kenapa sore ini dia begitu melankolis, rasa rindu mampu membuat dia uring-uringan.

"Kok diem, Kinal?"

"Ya?" Jawab Kinal akhirnya menimpali sapaan Veranda disebrang sana.

"Kamu kenapa kok lemes banget? Sakit?"

Kinal menggeleng walau sebenarnya Veranda tak bisa melihat dia menggelengkan kepalanya.

"Gapapa Ve" Lanjut Kinal lagi masih dengan suara yang sama.

"Hm Nal"

"Ya?"

"Besok jemput aku di bandara ya"

Dia menegakan tubuhnya, tangannya memencet penambahan volume suara.

"Hah? Gmana?" Tanyanya memastikan apa yang dia dengar.

"Jemput aku di bandara sayang"

Suara Veranda yang memang lembut terdengar semakin lembut terasa hingga hatinya.

"Ve??"

"Ya?"

"Kamu pulang?"

"Iya hehe"

"Aaaah Verandaaargh"

Ucap Kinal sedikit berteriak mungkin disebrang sana Veranda menjauhkan hapenya.

"Jam 10 pagi ya jangan telat, oke"

"Siap, bidadariku"

"Hahahaha"

Tawa mereka berdua, setelah ucapan Kinal yang begitu berlebihan.


Senja diujung November telah terbenam, tinggalkan jingga yang hilang. Kini Bulan Desember datang menyapa, duapuluhempat bulan kisah merahasia bersenandung merdu pada hidup nya.

Senyumnya mengembang membayangkan hari esok bisa memeluk sosok yang dia rindukan, rasanya ingin cepat memejamkan mata dan terbuka setelah matahari menaik tanda pagi.

Desember, apapun yang akan terjadi pada masamu, biarkan cinta mereka berkembang dan tak berujung.
Biarlah menjadi sebuah catatan dalam tiap lembar kehidupannya.
Sebagai kisah yang akan dikenang


KINAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang