Part 59

2.5K 375 46
                                    

Suara musik klasik mengalun senada dengan olesan selai stawbery yang asam.
Suara sendok yang beradu dengan gelas cangkir menambah riuh suara dipagi ini. Dari atas sana terdengar suara langkah kaki yang semakin jelas.

Dengan senyum khas bidadari, Veranda turun dari singgah sana nya eh dari kamarnya yang memang berada di lantai dua. Dia menyapa mamah dan papahnya.

"Pagi Pah. Mah" ucapnya mengecup kedua pipi kedua orang tuanya.

"Pagi sayang, semangat banget kayanya." Sapa mamahnya.

"Iya dong semangat, sebentar lagi aku kan lulus." tanganya menarik kursi untuk duduk, berhadapan dengan kedua orang tuanya.

"Emang bakal pasti di acc skripsi mu itu?" Tanya papahnya menyeruput kopi panas secara perlahan.

Veranda tersenyum. Menelan rotinya. "Papah gak percaya sama aku? Gak tau ya anaknya pinter"

"Duh sombongnya, anak siapa ini?"

Mamahnya menggeleng melihat obrolan manis antara anak dan suaminya. "Udah-udah, yuk makan nanti kalian telat loh"


.
.
.




Suasan kantin yang ramai membuat Veranda cukup sulit mencari sosok yang dia cari. Matanya berhenti pada bangku yang hanya berisi Melody, Lidya, Jeje dan Gaby. Kemana Kinal?

Dia berjalan mendekat, bermaksud menanyakan keberadaan Kinal.

"Eh ada ka bidadari, eh ka Veranda" ucap Lidya cengengesan saat matanya menagkap sosok Ve yang berdiri dan tersenyum.

"Kinal mana?"

"Duh pagi-pagi cari yang gak ada, yang ada ajalah ka Ve"  lanjut Lidya lagi tersenyum penuh arti menampakan lesung pipinya.

Melody yang berada disampingnya hanya memutar bola matanya malas melihat kelakuan Lidya.

"Kinal belum dateng, duduk aja dulu" Melody menggeser tubuhnya memberi tempat untuk Veranda duduk.

"Mau mesen apa ka? Biar gw pesenin"

"Gw sekalian dong Je!" Ucap Lidya menjawab pertanyaan Jeje yang sebenarnya bukan bertanya padanya.

"Gaby juga ya Je. Hehe"

Jeje menghela nafasnya pasrah, mau tidak mau mengikuti kemauan sahabatnya.

"Gw gak deh Je, udah makan"

Jeje mengangguk mendengar penuturan Veranda dan hendak melangkah kan kakinya.

"Eh Je-sekalian pesenin juga buat kanjeng ratu, Melodutsku"

"Najis Lid!" Jeje berlalu pergi tak menggubris ucapan Lidya lagi.

Lidya hanya cengengesan karna berhasil membuat sahabatnya kesal.

Veranda menatap Lidya dan Melody secara bergantian. Menaikan sebelah alisnya. "Kalian, pacaran? Sejak kapan?"

"Enggak ka, kita cuman sedang mencoba saling membahagiakan"

"Ya kan ka?" Lidya merangkul tubuh kecil Melody.

Melody hanya mengangguk mengiyakan ucapan Lidya.

Setengah jam berlalu yang ditunggu tak kunjung datang, dan rasanya sudah bosan juga hanya mendengarkan semua celotehan dan lawakan garing dari Lidya dan Jeje ini tidak buruk sebenarnya namun tetap terasa membosankan kalau yang di rindukan tidak ada.

Dia meilirik jam ditanganya, waktu sudah menujukan pukul 9 pagi dan beberpa menit lagi dia harus segera ke kelas.

"Eh, semuanya gw duluan ya, ada kelas nih."

KINAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang