Part 8

5.8K 486 21
                                    

Hujan masih mengguyur kota jakarta begitu deras, angin yang begitu kencang menambah kesan menyeramkan untuk hujan sore ini.

Kinal sudah mengobati sedikit luka lebamnya dibantu oleh Veranda, dengan drama yang begitu mendramatisir, kinal yang menjerit-jerit saat Veranda menyentuh ujung bibir nya, badan saja seperti satpam kampus luka sedikit saja reaksinya seperti orang mau mati.

"Lebay banget sih lo"

"Sakit ka" ucap Kinal meringis.

"Lagian salah lo sendiri cari masalah sama Ghaida"

"Kan bcanda, ka Ghaida nya aja yang baperan, asal mukul aja lagi"

"Yaudah terima aja emang nasib lo gitu kali"
Ucap Ve pergi menartuh kotak p3k yang selesai digunakan.

Kinal menghela nafasnya, rasanya ingin sekali mengacak-acak Veranda, mulutnya itu tidak bisa manis sedikit.

Kinal membuka buku tugasnya, karna dia tidak tau kapan akan pulang hujan diluar sana begitu deras dia rasanya menyerah mengharapkan hujan yang akan reda dalam waktu dekat.

Veranda memasuki kamarnya lagi membawa sebuah cake dan coklat hangat.


Hanya untuk dirinya sendiri.

Kinal melirik Ve yang sedang memakan kuehnya dengan begitu anggun tak mempedulikannya.

"Apa?" Ucap Ve memandang Kinal.

"Gak" ucap Kinal kembali fokus ke bukunya.

"Kalau mau ambil sendiri, gw bukan babu disini" ucap Ve santai.

"Cih" Kinal berdecak kesal.

"Apa lo" ucap Ve lagi saat mengetahui Kinal mencuri pandang kepadanya.

Kinal hanya bergidik ngeri menatap Veranda seperti menatap setan yang begitu menyeramkan.

Rasanya lapar hilang begitu saja melihat muka seram Ve, hatinya mengerut takut, cemen sekali.

"Ah gimana sih, gitu aja jatoh bego banget"

"Ah satu lap lagi malah kesalib"

"Ini bego banget stiknya mati apa ya"

"Ah sialan"

Veranda trus merancau sendiri sibuk dengan game yang sedang ia mainkan, tak memperdulikan Kinal yang sedari tadi frutasi mendengarkan suaranya, padahal Kinal sedang membutuhkan konsentrasi untuk mengerjakan tugasnya.

Kinal mengerang frustasi akan tingkah bidadari bumi ini yang kelakuannya tak mencerminkan sama sekali seperti bidadari. Arukan, ngomong seenaknya, tak punya perasaan.

Ya sebenarnya tak jauh berbeda dengan Kinal.

"Ah bego" ucap Ve membanting stik gamenya.

Kinal menatap Ve begitu tajam, rasanya ingin menarik dia dan membekam mulutnya agar diam.

"Ka Ve, bisa diem gak sih, gw pusing dengernya" ucap Kinal mengacak-acak rambutnya.

"Apa ha?!" ucap Ve melotot.

Kinal menghela nafasnya pasrah lagi-lagi dia yang harus mengalah, tak menjawab lagi ucapan Ve.

Kinal membereskan barang-barangnya memasukannya dalam tas nya, ia berniat untuk pulang ke kosaanya, waktu sudah cukup malam, dia tak mungkin menunggu hujan reda dengan tingkah laku Veranda yang membuatnya pusing ia sudah tak tahan.

"Ka gw mau pulang"

"Ya pulang aja" ucap Ve yang masih fokus dengan gamenya.

"Iya" ucap Kinal berjalan gontai.

KINAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang