Part 34

3.8K 430 37
                                    

Dia diam beberapa detik menatapnya.
Lidahnya keluh dalam keheningan,
Kulitnya tak rasakan kehangatan mentari lagi.
Dia kini dapat rasakan hangatnya menyentuhnya.

Tangannya kini berhasil menggenggam pergelangan tangannya "Aku bisa jelasin Ve"

Dia tak tau apa yang dia rasakan saat ini.
semua terjadi begitu saja.
semua berlalu dengan cepat.

Setelah Dia hancurkan semua.
semua cintanya, dan harapannya.
Dan mungkin ini memang takdir nya,
takdir mereka yang tak mungkin pernah bisa bersatu

"Apa yang sedang kamu bicarakan?
Gak ada yang perlu dijelasin"

Biarkanlah ini semua menjadi suatu kenangan termanis untuknya
dan biarkan dia kenang semua ini untuk dirinya sendiri.

"Kamu lupa kalau kita udah gak ada hubungan apa-apa?"

Matanya terpejam, tanganya mengendur melepaskan cengkraman pada tangan bidadari nya itu. Dia melupakan satu hal kalau dia sudah tak mempunyai hubungan apa-apa dengan dia, lantas untuk apa dia berlari dan mengejar Veranda?  Menjelaskan semuanya kalau yang dia lihat hanya salah paham, untuk apa Kinal?

Kinal diam matanya menatap nanar ke arah Veranda, tatapan yang sulit diartikan. Yang ditatap hanya menampakan wajah innocent nya, berpura-pura tak perduli, meredam rasa cemburu dalam dadanya sendiri.

Kaki jenjang itu melangkahkan kakinya lagi angkuh meninggalkan sosok lemah yang hanya diam menatapnya.

"Dia siapa? "
"Apa aku udah ngelakuin hal yang salah? "

Kinal menggeleng menjawab pertanyaan Yona, matanya tetap menatap kosong Veranda yang kini hilang di ujung koridor Fakultasnya.

"Gw yang salah"
"Gw yang bodoh"

Gadis yang baru saja memasuki kuliahnya hari pertama ini hanya mengerutkan dahinya bingung, dia hanya menatap wajah tegas Kinal dari ujung matanya.

"Apa yang terjadi?"
"Apa aku boleh tau?"

Kinal menolehkan kepalanya tersenyum kepada Yona seakan dia mengatakan kalau dia baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dia khawatirkan.

**

Sesungguhnya dia tak pernah menyangka dia melakukan ini pada Kinal. Dia menangis dibalik buku tebal yang sedang ia baca,
dia akan selalu mencintainya.
Hingga mata terpejam,
Nafas berhenti,
Jiwa meninggalkan raga, Kinal akan selalu di hatinya.

Selamanya akan memmbekas luka dalam hatinya,
berkecamuk rasa tak menentu
dicintai salah,mencintaipun juga salah.
terkadang ingin bebas,lepas dan terhempas,
di mana tidak ada penderitaan, dimana tidak ada kedilemaan seperti ini,  kenapa harus sesulit ini? Kenapa harus seperti? Bisakah seperti dulu yang hanya tertawa bahagia tanpa memikirkan cinta yang membuat sakit.

Kini dunianya penuh dengan penyesalan.
tetesan air mata akan kekejaman,
tempat dimana dia menyayangi orang yang begitu dia cintai
kini dia sendiri yang meninggalkannya dengan kehidupannya yang tak pernah terlihat bahagia.

Seandainya malam itu tidak pernah terjadi, malam di mana Naomi mengajaknya dan meinggalkannya begitu saja, mungkin tidak akan serumit ini.

"Naomi.... "

Otaknya seakan memutar kejadian beberapa minggu lalu, semenjak kejadian itu dia tak pernah melihat Naomi, kenapa harus sebodoh ini? Kenapa dia tidak pernah menanyakan ini kepada Naomi?

Dia tutup bukunya, memasuk nya kedalam tas, masa bodo dengan tugas prakteknya hari ini, dia tidak peduli, langkahnya tergesa beradu dengan lantai kampus yang dingin.

KINAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang