Part 16

5.8K 500 19
                                    

Seorang gadis diam memikirkan apa yang sedang ia pikirkan, pikirannya jauh menerawang menghambur dengan angin yang berhembus begitu kencang.

Deburan ombak yang menerjang karang-karang begitu terdengar, sesekali kaki mulusnya basah terkena air ombak yang datang ke tepi pantai.

Ia berjalan menelusuri pasir putih yang menenangkan, menghirup dalam udara dingin, memejamkan matanya, merasakan angin yang menjelajahi setiap inci wajah cantiknya.

Perjalanan cintanya baru saja di mulai, tapi seakan kepercayaanya di buat porak poranda dengan apa yang ia terima sekarang.

Melody sudah mendapatkan penjelasan oleh Veranda, Veranda menjelaskan dengan detail kejadian yang menimpanya, kini hatinya resah, ucapan siapa yang harus ia percayai?

Kekasihnya atau sahabatnya?

Tatapannya jauh menatap hamparan air biru yang terlihat gelap karna rembulan tak menampakan sinarnya.

Matanya menampakan kedilemaan yang begitu hebat, haruskah ia akhiri semuanya? Sedangkan cintanya baru saja di mulai.

"Patah hati, emang gak enak ya"

Melody menolehkan kepalanya sebentar, menatap kembali kedepan sana.

"Iya"

"Kenapa percaya itu sulit?" Ucap Melody.

"Tidak" ucap Lidya.

"Sulit"

"Tidak, kau cukup melihat apa yang kau lihat dan rasakan apa yang hatimu rasakan"

"Tidak semudah itu"

"Saat hati kita mempercayainya namun mata yang melihat tak sesuai apa yang hati kita rasakan"

"Jangan terlalu mempercayai apa yang kita rasakan"ucap Lidya lagi.

"Terkadang dalam cinta logika pun harus dipakai"

"Kita harus tetap membuka mata kita melihat apa yang ada didepan kita, jangan mau diperdaya oleh perasaan"

Melody menoleh menatap seseorang yang berdiri disampingnya.

"Kenapa?"

Melody menggeleng memberikan jawaban atas pertanyaan Lidya.

"Lo kaya khilal gibran, puitis"

"Ternyata dibalik gagahnya suara lo, lo punya kata-kata yang membuat gw sedikit berfikir"

Lidya hanya mendelik sebal ke arah Melody.

"Lo ikutin gw?"

"Hah?"

"Udah deh ngaku aja"

"Idih, pede banget lo"

Melody menaikan alisnya menatap curiga kearah Lidya.

"Dari pada disini sendiri, dan lo makin yakin buat bunuh diri, mending ikut gw"

"sialan, siapa yang mau bunuh diri?!"

"Ya lo lah"

Melody hanya mendelik malas kearah Lidya.

"Santai dong mukanya"

Melody semakin memberikan tatapan membunuhnya ke arah Lidya.

"Hehe"
Lidya memberikan cengirannya dan mengacungkan dua jarinya tanda damai.

"Lo pacaran sama ka Ghaida?"

"Iya"

"Yang kemaren ribut sama Kinal?"

KINAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang