Part 28

5K 425 59
                                    

Ada perasaan yang menganggu dihati Lidya, sikap Melody yang seketika berbeda saat dia meyinggung kedeketan Kinal dan Ve membuat banyak pertanyaan di otak Lidya.

Kini Melody pun terlihat lebih diam dibandingkan beberapa menit yang lalu.

Keduanya memang sudah berada dikantin, bergabung dengan yang lainnya. Dengan Veranda yang berada disamping Kinal, Jeje dan Gaby yang berhadapan langsung dengan Ve dan Kinal, Lidya yang berada disamping Veranda dan Melody yang duduk disamping Gaby.

"Bang, cepet dong gw laper nih lama amat" teriak Jeje kepada tukang bubur yang belum haji.

"Mulut lu Je, kantin berasa hutan ya" ucap Lidya.

"Emang Jeje kan orang utan Lid" tambah Kinal.

"Hampir punah dong lo Je" Kini Veranda pun mengeluarkan suaranya.

Awalnya memang kikuk berada di tengah sahabat Kinal yang otaknya hanya sepertiga sendok nyam-nyam, namun lama-lama terbiasa juga. Sifat Veranda yang ceplos ceplos dan apa adanya, itu juga yang membuat ia mudah bergaul dengan teman-teman Kinal.

"Elaaah kalau Bidadari yang ngomong mah udah dah kicep gw" ucap Jeje pasrah.

"Jangan gitu dong sama Jeje, dia kaya gini juga temen Gaby"
Ucap Gaby membela Jeje.

"Tuuh dengerin, uch Gaby tayang" ucap Jeje sambil merangkul lengan Gaby manja.

"Ih Jeje gak usah gini juga dong, ini tuh buat Jeje jadi makin mirip orang utan"

"Hahahahahah" tawa suara Kinal, Ve dan Lidya terlihat begitu puas saat dengan polosnya Gaby mengatakan hal yang tak mereka duga.

Mata Lidya melirik kearah Melody yang terlihat diam, dan fokus kepada layar hapenya.

"Lo kenapa dah Mel, diem aja?" Tanya Ve yang sadar kalau sedari tadi Melody hanya diam.

"Gapapa kok" jawab Melody.

"Yaelah, gapapa nya cewek tuh pasti ada apa-apanya" sambung Jeje.

"Bener tuh" ucap Kinal.

"Lagi sakit ka?" Ucap Kinal lagi.

Melody hanya tersenyum menggeleng menjawab ucapan Kinal.

"Bubur ayam datang untuk neng-neng geulis" ucap tukang bubur yang memakai topi dimiringkan bak seorang kabayan dengan logat khas sunda menaruh mangkuk bubur dihadapan mereka smua.

Suara lengkingan tukang bubur yang diketahui bernama wandy itu mampu membuat riuh suasana meja mereka yang beberapa menit lalu terlihat canggung. Lebih tepatnya hanya Melody dan perasaanya sih.

"Waaah makan-makan" ucap Jeje yang langsung mengambil bubur.

"Jeje, yang itu punya Gaby"

"Jeje kan pesennya gak pake kacang, itu ada kacangnya" ucap Gaby mengambil alih bubur yang hampir masuk kedalam mulut Jeje.

"Masa sih?" Ucap Jeje meneliti bubur yang berada dimangkoknya.

"Lah iya bener, ada kacangnya, maap ye yam gak keliatan abis kacangnya kecil, bukan salah gw kalau gak liat" Lanjut Jeje.

"Mata lunya aja yang emang rabun" sambung Kinal.

"Itu jelas kacang pada ngumpul gitu udah kek ibu-ibu komplek yang pada gosip dikata kaga keliatan" lanjut Kinal lagi.

"Ketutup daon bawang, paus" elak Jeje.

"Halah ngeles mulu lo kek guru aja"

"Loh kok guru? Biasanya bajaj Nal?" Ucap Ve.

KINAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang