Part 9

5.6K 510 34
                                    

Sebaiknya sekarang aku mengisi perutku, dari semalam peliharaan dari perutku tak mendapatkan asupan gizi.

Aku berjalan menuju kantin Fakultasku, sesampainya di kantin aku melihat Ka Naomi sedang duduk sendirian dengan tatapan yang begitu serius menatap laptopnya.

Jangan heran kalau dia berada di kantin Fakultasku, kan sudah ku bilang dia satu fakultas denganku.

Ah lebih baik aku menghampirinya, sayang sekali kan wanita sexy seperti dia, aku biarkan sendiri.

Aku duduk didepannya dengan membawa semangkok soto dan minumanku, aku menikmati makananku dengan santai, aku tau dari tadi dia melirikku tapi ku biarkan saja, toh ini tempat umum kan jadi aku bebas duduk dimanapun aku mau, tidak ada alasan untuk dia mengusirku.

Dia terus saja menatapku lewat sudut matanya, ah aku rasa benar dia sudah terpesona akan kecantikanku.

"Awas matanya jereng Ka" ucapku yang masih fokus memakan makananku.

Ku dengar dia berdecak kesal, dia mengalihkan pandangannya tak lagi melihatku.

"Lagi ngerjain apa ka, kok sendirian aja?" Ucapku sok kenal sok deket.

Dia hanya diam saja, ku rasa dia ada sedikit masalah dengan telinganya. Cantik-cantik kok budeg sayang sekali.

"Kaka lupa bawa telinga, apa lagi sariawan?" Ucapku lagi.

Kini dia menatapku begitu tajam, aku hanya memberika cengiran menawanku biar dia semakin terpesona olehku.

"Gak usah sok kenal" Ucapnya ketus.

Heleh dasar sok jual mahal, ku yakin 3 hari lagi dia akan menarik ucapannya yang tadi.

Aku tak menanggapinya lagi, biar saja kini aku memfokuskan diriku memakan makananku, biar lebih cepat juga bisa memfokuskan diriku kepada ka Naomi hehe.

"Lo abis ke cebur got dimana?" Ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya terhadap laptopnya itu.

Aku belaga bodoh menengok kesana kemari dan menunjuk diriku hanya memastikan dia berbicara kepadaku atau bukan.

"Ngomong ama gw?"

"Yang jelas gw ngomong ama manusia, kalau lo gak merasa kalau diri lo manusia, yaudah diem"

Sialan, enteng sekali ucapanya, aku hanya mencabik bibirku memonyongkan semonyong mungkin yang membuat diriku semakin terlihat lucu.

Aku terus menatapnya yang terlihat lebih cantik jika diam seperti ini. Ya kecantikannya tidak kalah dengan kecantikan ka Veranda.

"Lo bukannya ada kelas, ngapain dikantin?"

"Kaka nanya?"

"Menurut lo?"

"Mau tau banget ka?"

Kini ku lihat dia menatapku, seakan ingin membunuhku, seram sekali.

"Hehe bcanda ka" ucapku memberikan dua jariku tanda damai.

"Gw kesiangan jadi gak bisa masuk"

"Kelas pak Dedi kok main-main" ucapnya yang terus memfokuskan matanya pada laptopnya itu.

"Ya gimana lagi, namanya kesiangan" ucapku cemberut.

"Trus kenapa jaket lo basah?"

"Kemaren pas pulang ke ujanan"

"Lo miskin banget? Sampe jaket aja punya satu?"

Kini ku lihat pandangannya memandangku seakan sedang meneliti setiap hal yang ada pada diriku, kurang ajar sekali dia mengatakan kalau aku miskin, dia tak tau saja, kedua orang tuaku adalah pengusaha peuyeum terbesar dibandung.

KINAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang