Ingin rasanya berlalu menembus waktu tanpa harus ada masa dimana harus saling berpisah.
Berlalu dibawa angin pagi yang sendu.Berlalu bersama daun-daun tua yang melayu.
Takkan mau rasanya terpisah walau hanya dalam mimpi.Angin seakan kembali merayu nya, hembusan nya begitu membuat dia memejam kan matanya enggan melangkah lebih jauh.
Merayu untuk tetap disini.Redam kan segala rasa sesak, tak ingin diri nya lenyap begitu saja hanya karna jarak dan suasana.
Lenyap bersama matahari yang masih sama namun senyap.Waktu berjalan seakan begitu cepat hari ini, tepatnya pagi ini dia berjalan begitu gontai menyeret koper yang seakan enggan pergi juga.
Di tak mampu berkutik.
Hanya terdiam bersama cinta yang terpaku.
Terpaku dan tak berubah sehingga dia lemah.Dia mencoba langkahkan kakinya lagi sedang disana, gadis yang menjadi alasannya hanya tersenyum dengan deretan gigi dan gingsul nya.
"Euhhh" Veranda menghembuskan nafasnya, saat kakinya sudah tepat berada didepan Kinal, dia memandang Kinal dengan tatapan tak rela nya, sedang kan Kinal hanya mencangkup pipi Veranda yang sudah sangat menggemaskan menurutnya.
"Senyum dong sayaang" Ucap Kinal dengan tangan yang masih bertahan memainkan pipi Ve.
"Nanti kalau aku kangen gimana?"
Veranda kini berada dalam fase manja nya. Memeluk Kinal begitu erat dengan kepala yang ia dongakan menatap wajah Kinal yang menurutnya terlihat baik-baik saja."Nanti aku samperin hehe" Senyum bodoh itu malah semakin membuat Veranda menggembungkan pipinya lebih dari biasanya. Bibir tipis itu seakan enggan melengkungkan senyumnya, membuat Kinal harus berfikir harus berkata apa lagi untuk membuat Veranda tersenyum.
"Boong"
"Kalau aku libur, aku kesana, aku janji" Jari kelingking Kinal terarah berada didepan wajah Veranda dengan senyum yang menyakinkan, dia begitu ingin menghibur bidadari nya, dia hanya ingin menyakinkan kalau tidak ada yang perlu dia khawatirkan, walau sebenarnya dalam hatinya sendiri enggan untuk jauh dari kekasihnya itu.
Pandangan mata Veranda begitu ragu menatap jari itu walau pada akhirnya ia menautkan juga jarinya, kemudian berikutnya dia tersenyum menenggelamkan kepalanya pada tubuh Kinal.
Suara langkah kaki yang terdengar rapih mendekat kearah mereka, detik itu juga Veranda melepaskan pelukan nya dari Kinal, sedangkan Kinal terlihat salah tingkah dengan detakan jantung yang sudah tak beraturan. Dia hanya takut kalau kedua orang tua Ve melihat itu semua.
"Yuk, jalan, kamu yang bawa mobil ya, Nal?"
"Eh iya om"
Papah Ve memberikan kunci mobil pada Kinal, sebelum itu Kinal memasukan koper Ve kedalam bagasi mobilnya.
"Makasih ya Nal, udah mau nganter Ve ke bandara, dari kemaren anaknya uring-uringan trus, dia iri sama Melody dan Ghaida yang dapet KKN dijakarta"
"Padahal kan kalau eksplor lebih jauh lebih bagus iya kan nal?"
Tangan Kinal terus memutar stir mobil yang ia kemudikan, ada keringat menetes di ujung dahinya, ditatap oleh mamah Veranda begitu membuatnya gugup walau itu hanya dari kaca.
"Iya tante hehe" Hanya itu yang bisa Kinal jawab, tangannya kini menyibukan diri dengan memutar audio yang berada didalam mobil milik Veranda.
"Masih aja kaku Nal, kan udah dibilang manggil mamah aja jangan tante."
Lagi-Kinal hanya memberikan senyum canggung nya. Menanggapi semua ucapan mamah kekasihnya itu.
"Nanti pulang dari bandara kita makan dulu ya, Nal"
"Mamah mau sharing tentang sastra sama kamu nih, kan jarang-jarang punya temen"
"Iya tan.. eh Mah"
"Iya deh yang udah punya temen, pasti nanti papah yang dicuekiin"
"Ah papah juga suka gitu kalau udah ngobrol sama Ve, mamah dicuekiin"
Veranda hanya senyum-senyum sendiri, melirik dari sudut matanya wajah Kinal yang begitu tegang. Seakan sedang melaksanakan Ujian Nasional.
Tatapan Ve dan Kinal bertemu hanya persekian detik, Veranda hanya memberikan senyum seakan meledek dan berkata good luck ya sayang.
Selama perjalanan di bandara yang terlibat obrolan hanya kedua orang tua Veranda yang sesekali di iya kan oleh Kinal, sedangkan Veranda lebih memilih diam, menikmati setiap momen yang ia dengar.
Bahagia.
Ia, Veranda merasakan bahagia dalam hatinya saat Kinal bisa diterima dengan baik oleh kedua orang tuanya.
Walau kedua orang tua Ve hanya tau kalau Kinal adalah teman dekat Veranda.
Ya tidak apa-apa. Itu sudah cukup bahagia.
Untuk Veranda.
--
"Gimana?"
"Beres dong, Melody" Ucap Melody sombong, memberikan senyum bangganya kepada Lidya.
Kini keduanya berjalan menelusuri koridor rumah sakit yang akan menjadi tempat KKN Melody.
Berjalan nya waktu hubungan antara Lidya dan Melody memang semakin dekat, walaupun sampai detik ini Melody belum membalas cinta Lidya.
Tapi Lidya yakin suatu hari nanti Melody akan mengatakn iya untuk cinta nya yang tulus.
"Ke kantin dulu dong ka, laper nih dari pagi belum makan"
Melody memandang Lidya dengan malas, mulutnya itu bohong sekali, padahal baru setengah jam yang lalu dia memakan bakso saat menunggu Melody.
"Yaudah ayok, aku juga laper"
Kini keduanya sudah berada di kantin rumah sakit, duduk berhadapan, dua mangkuk soto dan nasi sudah tersedia didepan mereka.
"Jadi mulai besok aku gak bisa liat kamu dong?" Ucap Lidya dengan tangan yang menyuapkan makanan nya kedalam mulut.
"Kok gitu?" Tangan Melody menyendok sambel, memasukannya kedalam soto yang masih terlihat panas, bertanya kepada Lidya.
"Ya kan kamu disini, aku di kampus, nanti kalau Lidsky kangen Mels gimana?" Mata Lidya fokus menatap Melody, yang ditatap hanya memberikan wajah santainya, mengunyah makanan nya.
"Jyjyk Lid, gak usah sok manis gitu"
"Hahahaha, serius deh aku takut kangen"
"Apaaan sih"
"Ih sambel soto gak bisa banget di gombalin, gak seru."
"Gak usah sok gegayaan pake gombal-gombal ke aku, nanti aku baper gimana?"
"Ciee Mels baper sama Lids?"
"Udah makan ah, katanya tadi laper gembel emperan"
"Mana ada gembel cakep kaya aku"
"Ya kan gembel dihati aku"
"Cieee"
Berikutnya mereka terbahak tertawa akan ketidak faedahan itu.
Yang terpenting bahagia.
To be Continue
#TeamVeNalID"Nanti kalau aku kangen gimana?"
-Veranda & Lidya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KINAL [END]
FanfictionRank#40 In Factfiction. 7/8/17. Seorang Gadis 19 tahun dengan gaya petakilannya, memulai hidupnya menjadi seorang mahasiswi disalah satu universitas ternama diJakarta, memulai hidupnya dengan segala keunikannya.