Part 53

2.9K 356 53
                                    

Tubuhnya mematung menatap kosong hamparan air yang bergelombang, kadang kakinya basah akibat ombak yang terlalu besar, dia berjalan menelusuri pasir putih yang lembut.

Tangan nya ia masukan kedalam kantong jaket nya, angin pantai yang kencang membuat rambutnya jadi berantakan dan tanganya sesekali membenarkan rambutnya yang terbawa angin.

1 bulan berlalu, dan selama itu pula dia hidup bagai tak mempunyai nyawa, cintanya hilang, cintanya pergi dibawa sang pencipta lukanya. Bayangan sosok Beby tak semudah itu dia lupakan, bahkan sampai detik ini nama itu selalu melekat dalam hatinya.

"Gab, pulang yuk udah sore nih!"

Gaby yang dipanggil seketika menoleh, disana terlihat Jeje yang berlari kecil menghampiri nya.

"Mau sampai kapan sih? Liat tuh matahari aja udah tenggelem." Ucap Jeje matanya menunjuk pada senja di ujung sana.

"Kenapa? Bosen ya?" Gaby menoleh menatap Jeje, dengan raut wajah yang tak bisa diartikan.

Jeje tak enak hati melihat wajah Gaby yang seperti itu, dia bukan tidak mau menemani Gaby, tapi keadaan memang harus memaksa mereka untuk segera pulang.

"Gak gitu Gab, tapi ini udah mau malem, gw takut nyampe jakarta kemaleman"

Gaby mengangguk setuju, mereka berdua berjalan meninggalkan jejak senja yang semakin hilang di telan ombak.

Mereka memang berada di pantai Anyer, pantai yang berada di provinsi Banten, cukup jauh dari jakarta wajar saja Jeje mengatakan seperti tadi.

"Makasih ya, udah mau nemenin."
Gaby tersenyum menoleh pada Jeje yang berada disampingnya, mereka berjalan beriringan menuju mobil Jeje yang terparkir tak jauh dari mereka.

"Jangan sering2 deh lo galau gini, nyusahin. "

Gaby hanya tersenyum menimpali ucapan Jeje yang dia tau itu hanya bercanda.

"Gak seru tau Gab, liat lo jadi pendiem gini, aneh liatnya" Lanjut Jeje, terkadang kakinya dengan usil menendang pasir yang lembut.

"Gw jadi gak ada bahan ledekan lagi, gw mau bully lo gak tega kalau keadaan nya begini" Jeje menoleh pada Gaby, menatap wajah samping Gaby dengan rasa iba.

Gaby memang sudah menceritakan semuanya pada Jeje.

"Tuh kan gw ngeri dah dikit2 lo nyengir, gitu aja trus" Ucap Jeje lagi saat lagi-lagi Gaby hanya tersenyum menimpali setiap ucapannya.

.


Gaby baru saja keluar dari mobil Jeje dia melambaikan tanganya pada Jeje, mobil yang dikendarai Jeje sudah berjalan meninggalkan halaman rumah nya.

Langkahnya terhenti, dahinya mengerut, menatap pada sosok, seseorang yang sedang terduduk, menyembunyikan kepalanya di antara sela-sela kaki nya.

Dengan langkah yang begitu pelan namun pasti, Gaby menghampiri seseorang itu, tersadar akan adanya gerakan, seseorang itu menegakan kepalanya, seseorang itu terlihat terkejut, langsung berdiri merapihkan penampilannya.

"Eu, Gab"

Gaby yang tak kalah terkejut hanya diam, mematung, seakan syaraf-syaraf dalam tubuhnya tidak berfungsi. Saat dia sadar akan siapa yang ada didepan nya.

Beby.

Kakinya dengan tergesa melangkah meninggalkan sosok itu.

"Gab, tunggu!" Ucap beby menggenggam tangan Gaby, menahannya agar tidak pergi.

"Kita udah gak ada urusan lagi, permisi" Gaby melepaskan tangan itu, mencoba melangkah kan kakinya lagi.

"Apa gak ada kesempatan kedua untuk aku memulai semuanya? Memperbaiki semuanya?" Lanjut Beby lagi, memandang punggung Gaby yang berada di depannya, suaranya bergetar mengisaratkan kesedihan yang mendalam.

KINAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang