Part 52

3K 373 20
                                    

Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu, apa haknya untuk melarang kinal pergi, tidak ada. Dia tersenyum getir memikirkan semua tentang Kinal. Sebenarnya dia tidak mengerti kenapa rasanya dia selalu tidak suka saat Kinal pergi dengan alasan Veranda, di dadanya ada rasa sesak yang mendalam.

"Neng"

"Yona!"

Dengan tangan yang terus memetik kangkung, ibunya menyenggol tangan putri semata wayang, yang berada disebelah nya.

"Eh" Yona langsung tersadar dari lamunanya menatap ibunya yang sudah menatapnya begitu khawatir.

"Ku naon?" Tanya ibunya lagi dengan logat khas Sunda.

"Gapapa, mah"

"Mikirin apa?"

"Gapapa mamah" Yona melengos, menghindar dari tatapan ibunya, membuka kulkas meminum air dingin menyegarkan tenggorokannya.

Dia dan ibunya berada didapur, dia hanya membantu ibu nya yang memasak, ya hanya memotong cabe atau bawang itu juga dengan drama yang begitu berlebihan.

Kali ini dia duduk di kursi, menghadap ibunya yang dengan cekatan dari sudut satu ke sudut lainnya membolak balikan masakanya dia menopang dagunya, matanya memutar seakan sedang berfikir.

"Kapan pulang?"

Chat beberpa jam yang lalu saja belum di baca, tapi tanganya malah mengirim pesan lagi, untuk siapa lagi kalau tidak untuk Kinal.

"Kamu tuh kenapa sih, dari kemaren mamah liatin diem terus?" Ibunya berjalan disisi Yona menaruh makanan dimeja makan.

"Aku marah-marah trus salah, aku diem salah" Jawabnya dengan tangan yang masih setia di dagunya.

"Ya gak marah-marah juga, ya kamu kaya gak biasa nya aja" Ibunya menarik kursi duduk disebelahnya.

"Mah, mamah sayang sama aku gak?" Tanyanya, tatapannya serius, menghadap ibunya.

"Enggak, kamu galak"

"Mamah mah serius ih" Dia memanyunkan bibirnya protes.

"Ya sayang atuh, kamu gak bakal segede ini kalau mamah sama papah gak sayang, Yona."

"Hm..Sekalipun aku bukan anak kalian?" Tanya yona lagi kali ini dengan nada yang begitu pelan dan ragu.

Ibunya diam, tangan yang sedang mengambil makanan pun seakan kaku, menoleh pun dia tak bisa.

"Maaf mah, bukanya aku nguping pembicaraan mamah sama uwa, cuman waktu itu, aku gak sengaja ngedenger hal itu" Lanjutnya lagi saat ibu nya hanya diam.

Ibunya menaruh sendok pada piring, menatap mata Yona yang sudah memerah.

Ibunya menarik nafasnya, memejamkan mata seakan mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan semuanya.

"Maafin mamah" Lanjutnya begitu lirih.

"Mah, aku malah berterimakasih sama mamah sama papah, yang udah mau ngerawat aku." Tangan ibunya dia genggam, dia mencoba kuat menerima semuanya, sekalipun itu paling menyakitkan untuknya.

"Mah, mamah mau bantu aku kan?" Genggaman itu di erat kan, ibunya hanya menatapnya ragu.

"Kasih tau aku mah siapa orang tua kandungku? Apa dia membuangku?" Air mata jatuh menetes di pipi nya, sekuat apapun dia mencoba menahannya, tetap saja dia hanya seorang anak yang merindukan orang tua kandungnya.

Ibunya menggeleng "Jangan ngomong gitu sayang, orang tua kamu gak ngebuang kamu"

Ibunya memeluknya, dia menyandarkan kepalanya dalam pelukan ibunya.

KINAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang