Part 32

3.7K 436 82
                                    

Hujan datang, sirami raut wajahnya, sadarkan dia dari mimpi-mimpinya, bahwa siang sudah beranjak pergi, hujan datang, tawarkan selimut hati, menahan langkahnya.

Kepalanya menengadah matanya ia picingkan, tetesan-tetsan hujan itu masih sangat terasa jatuh mendinginkan raut wajah sedihnya.

Kakinya mulai melangkah menerobos hujan yang masih sangat terasa, alunan nada rindu yang terus mengerogoti setiap dingding dalam hatinya, membuat ia selalu tak pernah siap menatap dunia tanpa hadir pelipur hatinya.

"Ah sial, buku gw jadi basah kan"

Dia terus menggerutu, mengibaskan tangannya yang terasa basah. Tetesan hujan diluar sana terus bergemuruh beradu dengan deru nafasnya yang tak teratur.

"Kinal"

Gadis bergingsul itu memalingkan kepalanya, tersenyum cukup manis, memberikan sapaan ramahnya.

"Hai, Ka"

"Hujan-hujanan?"

"Seperti yang kaka liat"

"Nanti kalau sakit gimana?"

"Kan ada kaka hehe" ucap Kinal enteng.

Kaka senior yang sekarang menjadi lawan bicaranya hanya tersipu malu menanggapi semua ucapan Kinal, gadis dengan bahu tegap ini memang selalu bisa mencuri hati siapapun itu. Termasuk si ketua BEM yang terkenal galak, Melody.

Menjadi seorang Melody itu seperti mendapatkan keindahan juga tangisan, Melody sangat tahu, saat Veranda memutuskan untuk meinggalkan Kinal beberap minggu terakhir, dia selalu berusaha menjadi sosok yang selalu siaga untuk ada didekat Kinal. Namun ia juga tahu kalau Kinal hanya menganggapnya seorang kaka. Dia seperti jalan dilorong hitam dengan harapan yang tak akan bisa ia gapai, gelap.

"Dasar deh, Yuk makan, pasti kamu belum makan kan?"

Kinal mengangguk, melengkungkan senyumnya kepada Melody.

**

Rintikan nya yang merdu bagaikan dentingan gelas-gelas kaca, membawakan simfony begitu indah, tubuhnya kaku membawa ia dalam lamunannya.

Dengan semilir angin yang lembut membawa tetesan sejuk membasahi setiap tanah yang kering, ia tersenyum begitu kecut namun masih terlihat manis menatap nanar sosok orang ia cintai pergi dengan yang lain.

Matanya ia pejamkan meredam segala sesak yang mengusik hatinya, sudah 2 minggu berlalu, dia hanya bisa menatap orang ia cintai dari jauh, lidahnya keluh tak bisa mengungkapkan kata yang sebenarnya. Air matanya jatuh menetes secara perlahan, dengan berani membuat wajah bidadari itu terlihat sendu.

Hujan selalu membawa makna pada setiap redanya, kakinya mulai ia langkahkan, baginya Kinal hanya secercah masa lalu yang memang harus ia lupakan, dia terlalu takut untuk mengatakan yang sebenarnya.
Ternyata bidadari juga mempunyai sifat pengecut.

Hatinya merasakan perih namun bukan luka, mungkin semacam rindu yang dilapisi rasa gengsi. Selalu ada rahasia seusai hujan reda, begitu juga dengan Veranda yang mempunyai banyak hal yang ia rahasiakan.

Ia mulai memakai kaca mata tebalnya, membuka lembar demi lembar kertas putih berisi sebuah tulisan yang tak terlihat begitu jelas, namun disana tertulis jelas kata Sherlock Holmes.

Tubuhnya ia sandarkan pada kursi bercat putih yang berada ditaman kampusnya, udara sejuk akibat ulah si hujan terasa menusuk, menyegarkan saluran pernafasannya.

Kini tangannya bergerak membuka lembaran yang ntah sudah berapa kali ia buka, dia, Veranda memang sangat menyukai novel. Jangan tidak percaya, kalian bisa melihat dari isi kamarnya yang dipenuhi dengan Novel yang bertajuk Sherlock Holmes.

KINAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang