Part 30

4K 434 71
                                    

"Ghaida!"


Dengan langkah cepat Naomi menarik tangan Ghaida yang sudah berada dikerah baju Veranda.

"Apa yang lo mau lakuin??"

"Apaan sih Mi, gw cuman ngerapihin bajunya aja, biar dia nyaman tidurnya"

Naomi berdecak sebal kerarah Ghaida, jelas-jelas dia melihat kalau tadi Ghaida ingin menyentuh Veranda.

"Mending sekarang lo keluar, Veranda urusan gw, lo cuman butuh foto kan? Jadi sekarang lo keluar"

"Yaa gak bisa gitu dong mi, biar gw aja yang ngambil foto"

"Gw gak bodoh Ghaida, cepet keluar atau kita batalin perjanjian ini"

"Oke oke, gw keluar"


Ghaida pergi meninggalkan Naomi dan Veranda.

Naomi menghela nafasnya kasar, dia meremas kepalanya sendiri sedikit mengacak rambutnya frustasi, sebenarnya ia tak ingin bersekutu dengan orang busuk seperti Ghaida tapi apa boleh buat hanya itu yang mampu ia lakukan.

Naomi menatap tubuh Veranda yang terlihat begitu nyenyak dalam tidurnya.

"Maafin gw Ve"

Saat ia pastikan kalau Ghaida sudah tidak ada, dia mulai membuka pakaian Veranda satu persatu. Kemudian Naomi memfoto Veranda dengan keadaan tubuh polos nya yang ditutupi selimut tebal.

Naomi pun pergi meninggalkan Ve sendiri, tersenyum puas akan aksinya.

Malam yang dingin sudah berganti dengan pagi yang cerah, sinar matahari masuk dari celah-celah gorden kamar.

Veranda mengerjapkan matanya, kepalanya masih terasa pusing, ia memegangi kepalanya berusaha mengingat apa yang sudah terjadi pada dirinya.

"Ini dimana?"

Veranda bertanya pada dirinya sendiri, lehernya terasa pegal akibat posisi tidur yang tak berubah. Dia merasa ada yang aneh pada dirinya sendiri.







"Aaaaaaaaaaaak"



Veranda berteriak saat ia menyadari kalau ia tak memakai pakaian sama sekali, dia menarik selimutnya, meremas ujung selimut itu menggeleng tidak percaya.

"Gak, ini gak mungkin"

Dia mengingat kejadian semalam, dia terakhir berbincang dengan Ghaida dan dia tak mengingat apapun lagi.

"Ghaida"

Lirihnya, tangannya mengepal kuat, lagi-lagi ia menggeleng tak mempercayai apa yang sudah terjadi.

"Ini gak mungkin, gak, Ghaida gak ngelakuiin apa-apa, ia ini gak mungkin"

Dia terus merancau, kini air matanya sudah menetes membasahi pipi mochinya.

Matanya melirik sebuah kertas kecil yang berada disamping nakas tempat tidurnya.

"Terimakasih untuk malam yang paling indah untuku sayang, maaf aku ada kelas pagi. Ghaida"

Veranda terus menggeleng, membungkam mulutnya sendiri menahan tangis yang akan segera pecah.

Tubuhnya terduduk lemas diatas lantai kamar mandi yang dingin, ia mengguyur tubuhnya dengan air yang terasa dingin menusuk hingga tulang yang paling dalam. Dia menangis air matany tercampur dengan air yang turun dari shower yang terus menetes membasahi tubuh yang ia anggap sudah tak mempunyai harganya lagi.



KINAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang