Part 55

2.4K 360 27
                                    

Tolong hentikan detak jarum jam itu, mungkin sakitnya membuatku tak percaya, atau mungkin hentikan jantungku agar aku tak mendengar apa yang membuatku tak percaya.

Kantong kresek yang sedari tadi ku pegang jatuh begitu saja, isinya menyebar ntah kemana, aku menggeleng megeyahkan segala kekecewaan hati.

"Kinal!!"

Hanya teriakan suara mami yang terakhir aku dengar, aku pergi dari mereka semua, menyeka air mata yang jatuh begitu saja.

Bagaimana bisa orang tuaku menjodohkanku dengan Yona?

Tidak masuk diakal.

Bukankah aku dan Yona seorang saudara? aku perempuan dan Yona juga perempuan.


Mereka gila!


Mungkin ini semua jawaban dari sikap mami yang seminggu terakhir terlihat aneh untukku, mami selalu menyuruhku untuk menemani Yona, mami selalu memuji Yona.

Omong kosong apa ini?!


Apa Yona mengetahuinya? Bagaimana dia setenang itu tadi?

Sinting, kalau dia benar tau namun dia menerimanya begitu saja.


Aku melirik hapeku yang sedari tadi terus bergetar menampilkan nama mami disana. Aku sama sekali tak ada niat untuk menjawabnya, apa mreka sudah merencanakan ini? Iya, tentang perjodohan ini.

Aku merasa bodoh disini, menjadi manusia yang tidak tahu apa-apa.





"Aku tau kamu pasti kecewa, aku juga Kinal."

Aku mengangkat kepalaku, Yona duduk disebelahku dengan tatapan yang menyakitkan menatap kedepan. Kemudian dia tersenyum begitu getir.

"Aku juga tidak ingin semuanya terjadi"

Lanjutnya mengeluarkan suaranya lagi kali ini dia meliriku, tersenyum seakan memaksakan senyumannya.

"Aku tau ini tidak mudah untuk kamu, aku juga begitu."

"Lo tau ini udah lama?" Mataku bergerak menatap manik matanya yang terlihat sayu.

Dia mengangguk.

Aku menarik nafasku, sudah kuduga Yona mengetahui nya sebelum aku mengetahui kenyatan pahit ini.

"Kenapa gak ngasih tau gw?"

"Untuk apa? Membuatmu sakit lebih cepat?" Dia menoleh kearahku.

"Aku hanya tidak ingin kamu kecewa". Lanjutnya kembali menatap kedepan.

"Tapi gw sekarang lebih kecewa, jadi sama aja"

Hening, Yona tidak menjawab ucapanku lagi, dan kita memilih memandang hamparan kebun teh yang menyejukan.

Terpaan angin membuatku memejamkan mata, pikiranku jauh melayang, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan selanjutnya.

Aku tidak mungkin menerima Yona, dia saudaraku.
Kalaupun dia bukan saudaraku aku tidak mungkin menerima dia. Aku tidak ingin menyakiti Veranda.

Dan aku tidak akan membuatnya kecewa.

Tidak akan.


"Aku bukan anak dari mamah"

"Maksud kamu??" Aku menyeringitkan dahiku menatap wajah sampingnya dengan rambut yang terlihat berantakan karna angin.

"Aku bukan anak mamah dan papah, aku anak pungut--"

KINAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang