KARMA

131K 5.7K 125
                                    

HAPPY READING...

Sudah lebih dari 4 bulan sejak kepergian Luna, tidak ada yang berubah masih belum ada tanda-tanda dimana keberadaan gadis itu yang seperti lenyap tanpa jejak.
.
.
.
Galang menatap langit sore berwarna kelabu gelap sesuai dengan kedaan hatinya yang semakin hari kian suram, bahkan bulir-bulir air langit mulai berjatuhan menyapa bumi. Galang masih duduk diam tak bergeming meski air langit kini tlah membasahi sekujur tubuhnya berharap dapat mengikis setiap luka dalam hatinya, bahkan kini air langit itu bersatu dengan airmatanya yang menetes deras.
.
.
.
.
Dengan langkah terhuyung ia memasuki rumah, terlalu lama dibawah guyuran hujan. Matanya kianbbayu dengan kantung mata hitam menghiasi, wajah pucat pasi tanpa ekspresi, badan kurus yang tak lagi berisi, otot-otot bisep dan trisep nya tak lagi nampak hanya sebuah tubuh tanpa daya.

Beginilah keadaan Galang dari hari kehari bahkan sudah beberapa bulan ia terlihat seperti mayat hidup, tatapan kosong, wajah muram, tak ada tawa dan senyuman hanya ada kemarahan yang tersisa dari dirinya dulu. Galang berubah menjadi sosok yang memperihatinkan. Patah hati, penyesalan, rasa rindu semua bercampur menghiasi hidupnya.

Galang menderita ya dia menderita, bagaimana tidak, saat ia menyadari tentang perasaannya, seseorang yang ia cintai tlah pergi meninggalkannya. Bagaimana ia bisa bahagia saat hatinya terbawa pergi oleh Luna, itulah penyesalan terbesar saat dirinya terlambat menyadari perasaan cintanya untuk Luna. Ia masih terus mencari gadis itu dimanapun tapi sedikitpun tak ada tanda-tanda keberadaan gadis itu, Luna bukan hanya pergi tapi dia seperti lenyap Dan menghilang dari kehidupan Galang, sepertinya Tuhan tlah mengabulkan keinginan Galang dulu. ya harusnya Galang bahagia tapi saat ini hatinya tlah menyadari cintanya untuk Luna, bagaimana bisa bahagia saat orang yang ia cintai meninggalkannya.

Mungkin ini yang di dinamakan KARMA atas perbuatannya terhadap Luna, atas sikapnya yang tidak pernah bersyukur memiliki seseorang yang tulus seperti Luna, Dan ketika ia menyadarinya semua sudah terlambat yang bisa ia lakukan hanya menyesal, ia mencoba untuk memperbaiki setiap kesalahannya tapi semua nihil karena Luna tlah menghilang dari kehidupannya membawa penderitaan yang menghancurkan hidupnya.
.
.
.
Dengan langkah yang terhuyung galang menaiki tangga untuk bisa sampai ke kamarnya yang terletak di lantai atas.

"Galang"panggil sang mamah melihat anaknya berjalan kesusahan

"Kenapa baju kamu basah sayang, kamu abis hujan-hujanan?" tanya mamahnya menatap miris sang anak

"Galang baik-baik aja mah"jawab Galang mencoba trus melangkah tanpa menghiraukan, si mamah menatap miris punggung sang anak yang terlihat penuh beban

"Bagaimana kamu bisa bilang baik-baik aja, dengan keadaan seperti itu...hiiks"mamahnya menitikan airmata melihat penderitaan Galang.
.
.
.
Pagi datang menjelang, terlihat matahari pagi yang cerah menyapa wajah pucat yang masih terlelap.

Galang mencoba membuka matanya yang terasa begitu berat, tubuhnya terasa sakit semua.

"Sepertinya gue demam.. Huffh"dengan suara serak Galang menyentuh dahinya yang terasa panas.

"Sayang, kamu belum bangun sudah siang?"mamahnya masuk ke dalam kamar

"Kamu sakit"ujar sang mamah panik saat melihat wajah pucat Galang

"Gapapa mah cuma demam dikit, Galang mau ngampus" Galang mencoba bangkit tapi di tahan oleh mamahnya

"Demam dikit apanya badan kamu panas banget kamu sakit, mamah bakal hubungin dokter dulu dan kamu ga boleh ke kampus titik!"titah mamahnya melihat anaknya yang ngeyel dengan kondisinya

"Iya tapi Galang ga mau dipanggilin dokter, Galang cukup minum obat Dan tidur bentar, nanti juga demamnya ilang"ujar Galang

"Ya udah kalo gitu mamah buatin bubur dulu yah sebelum kamu minum obat"mamahnya bergegas meninggalkan kamar Galang.

SETULUS CINTA LUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang