HAPPY READING....
Awan gelap menghiasi langit tepi pantai ditemani angin yang bergerak gusar menyapa gadis yang masih setia duduk dengan menekuk lututnya, sesekali membenamkan wajahnya diatas lututnya.
Ini masih pagi tapi awan muram itu berbondong-bondong menghiasi langit menemani seorang gadis yang duduk ditepian pantai dengan segala kekalutannya.
Mendung dengan awan kelam seperti gambaran hatinya pagi ini entah kenapa semua terasa begitu berat dan rumit, meski sudah dapat penjelasan dari Riko dan Satya tak mampu menenangkan hatinya dan membuatnya mengerti kalau semua salah paham sekali lagi SALAH PAHAM.
Bukan tanpa alasan ia bersikap seperti ini, hanya takut lebih tepatnya trauma, dua kali diusir Galang dengan alasan yang sama membuatnya tak berdaya, kata-kata Galang selalu teringat dipikirannya. dia sumber penderitaan Galang, dia yang buat Galang terluka seperti ini. Ia merasa jika dirinya pembawa sial dalam kehidupan Galang.
.
.
.
.
Dari kejauhan Satya menatap nanar Luna mengerti perasaan gadis itu Satya pun menghampiri."Pagi"Satya menepuk bahu Luna yang masih setia tertunduk
"Udah sarapan, ayo masuk bentar lagi hujan kayanya"ajaknya, benar saja langit semakin gelap mereka berdua bangkit menuju rumah Luna.
Tak lama hujan turun begitu derasnya, padahal ini bukan musim hujan tapi pagi ini langit tampak sangat muram hingga mengeluarkan air matanya begitu deras.
Mereka berdua menikmati sarapan yang dibawa Satya, lebih tepatnya Satya sih karena Luna hanya mengaduk-aduk makanan yang Satya bawa.
"Masih belum mau ketemu Galang?"Luna menggeleng dengan bibir cemberut
"Lu gak khawatir, kemarin pas gue liat keadaan lukanya parah, Luna"Luna menghentikan kegiatannya mengaduk-aduk makannya, menatap lekat orang disebelahnya.
"Beneran gue ga bohong, apalagi pas gue jelasin kejadian sebenarnya Galang langsung syok dan berontak maksa mau ketemu lu untuk minta maaf"mata Luna mulai berkaca mendengar penjelasan Satya.
"Ga kak, ga mau ketemu Galang,gue ga mau buat masalah lagi, gue percaya Riko bisa menjaga Galang...hiks"Luna mulai menangis Satya menghela nafas, ia lupa kalau adeknya adalah gadis yang keras kepala.
'Dreet dreet'
"Halo"
"Luna lagi sama lu?"
"Ya Rik dia lagi sama gue"
"Bisa kasihin hape lu ke dia"
Satya memberikan ponselnya, Luna sedikit males karena pasti ini berhubungan dengan Galang, ia masih belum siap bertemu Galang.
"Halo"
"Luna lu harus kerumah sakit"
"Gue bilang gue ga ma kete—"
"Galang udah ga ada Luna"
"Lu ngomong apa sih Rik"
"Galang udah pergi untuk selama-lamanya...hiks"
"Rik lu jangan becanda!!"
"GUE GA MUNGKIN BECANDA SAMA NYAWA SAHABAT GUE, DIA UDAH PERGI NINGGALIN KITA SEMUA!!!"
"GALANG"
Luna langsung berlari setelah mendengar semua, kekalutan mengusai hatinya untung hujan sudah reda jadi ia tak harus basah karena berlari.
.
.
Satya mengejar Luna dengan motornya cukup kemarin gadis itu berlari dari rumah kerumah sakit. Tidak akan membiarkan Luna melakukan itu lagi, ia sendiri tak habis pikir jika Luna bisa melakukan itu berlari tanpa memikirkan keadaan dirinya sendiri.
.
.
"Naik"pintanya, Luna sudah nampak sangat kacau dengan wajah yang basah dengan airmata, seperti jalanan yang basah terguyur hujan.
.
.
.
.
.
Setibanya dirumah sakit Luna masih menangis sesegukan, ia langsung berlari melewati koridor tanpa menghiraukan Satya, terus meyakinkan hatinya kalau semua bohong, Galang masih hidup, Riko hanya becanda ya dia sangat berharap Riko hanya becanda, tapi gak mungkin juga Riko becanda dengan bawa-bawa nyawa seseorang itu sama sekali tidak lucu bukan. Luna kembali menangis ia menyesal karena menolak bertemu Galang kemarin andai ia tak keras kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS CINTA LUNA (END)
RomanceCOMPLETED Luna amat mencintai Galang, tapi Galang sangat membencinya. Luna mengharapkan Galang, tapi Galang mengharapkan gadis lain. Mampukah Luna mendapatkan cinta Galang ketika hati Galang yang masih mencintai mantan kekasihnya. Mampukah Luna teru...