HAPPY READING
Sudah dua minggu putusnya hubungan mereka, keadaan Luna sungguh tak baik-baik saja. Tubuhnya kian kurus wajahnya lebih banyak muram. Ia bisa membohongi orang lain dengan pura-pura tersenyum tapi tidak untuk teman-teman dekatnya. Seperti hari ini Luna terus melamun, bahkan saat pelanggan datang ia terus melamun ia akan sadar dari lamunannya ketika Sisil menepuk bahunya. Kejadian seperti itu bukan pertama kalinya. bahkan sudah beberapa kali ia salah memberikan pesanan saat ada yang memesan cappucino dia malah membuatkan hot coklat saat ada yang memesan red velvet dia malah memberi cheese cake, dua hari yang lalu ia menjatuhkan pesanan pelanggan dan kopi panasnya tumpah mengenai tangannya hingga melepuh.
Jujur sisil sangat prihatin dengan keadaan sahabatnya itu, ia sering menginap di rumah Luna untuk menemani gadis itu agar tak merasa kesepian, Sisil sangat memahami sahabatnya itu saat Luna menangis di tengah malam, Sisil akan memeluk sahabatnya itu membiarkan Luna menumpahkan kesedihannya, bahkan tak jarang ia ikut menangis. Luna benar-benar patah hati membuatnya menjadi rapuh.
.
.
.
.
Luna berangkat kekampus seperti biasa sudah tak memikirkan penampilannya yang kian memperihatinkan, melangkah melewati taman kampus dengan tertunduk hanya melihat kebawah. Tanpa ia sadari seseorang terus memperhatikannya.
.
.
.
.
.
Galang tengah asik mengobrol dengan Aurel, tanpa sadar perhatiannya teralihkan saat melihat seseorang melangkah dengan lesu. Galang terus memperhatikannya bahkan dahinya berkerut melihat penampilan Luna 'apa lu baik-baik aja?,kok tubuh lu makin kurus?' batinnya, entah kenapa hatinya berdenyut nyeri, terus menatap nanar gadis itu, hingga seseorang menepuk bahunya."Kamu ga dengerin aku yah?" dengus Aurel sedikit kesal, karena dari tadi ia bicara Galang hanya diam saja, Aurel mengikuti arah pandangan Galang.
"Owh. kok cuma diliatin kenapa ga disamperin aja"ujarnya makin jengkel
"Eh, Rel kamu bicara apa tadi" Galang tersadar mendengar protesan Aurel, ia hanya tersenyum canggung.
"Kenapa gak kamu samperin aja, kalau khawatir sama dia"ujar Aurel ketus
"Siapa yang khawatir sama dia, aku biasa aja kok"sanggah Galang salah tingkah, membuat Aurel kian jengkel
"Kamu cemburu ya"goda Galang mengalihkan perhatian
"Gak, siapa yang cemburu" sanggah Aurel masih cemberut
"Kamu lucu kalo cemberut"rayu Galang lagi
"Iiiiih jangan godain aku terus"ujar Aurel manja mencoba menahan senyumnya, Galang mencubit hidung mancung Aurel
"Aw sakit lang iiih"ujarnya menabok pelan lengan Galang mereka berdua pun tertawa, Galang paling tau cara menghadapi Aurel saat ngambek.
.
.
.
Luna berada di parkiran jam kuliah telah usai ia bergegas ketempat kerja. Tampak kesulitan saat ingin menaiki sepedanya sesekali ia meringis memegang telapak tangan kanannya yang diperban akibat tersiram kopi panas beberapa hari lalu.Galang memperhatikan dari dalam mobilnya saat menunggu Aurel, terus menatap dalam diam menaikan alisnya saat melihat gadis itu beberapa kali meringis memegang sepedanya. Galang kian dalam memperhatikan ia melihat tangan Luna yang dibalut perban. 'kenapa tangannya? pasti karena dia ceroboh lagi ish' batinnya tiba-tiba merasa kesal.
"kenapa gue mesti peduli sih"gerutunya tak mengerti
Luna berusaha mengendarai sepedanya meski sedikit kesulitan, memaksakan dirinya walau harus menahan sakit melewati mobil Galang tanpa menyadari pria itu ada didalamnya.
.
.
.
"Sorry ya udah buat kamu nunggu lama"ujar Aurel saat memasuki mobil Galang"Iya gak apa-apa kok rel" Galang menunjukan senyumnya
"Kita mau kemana Lang?"
"Aku langsung antar kamu pulang aja yah"
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS CINTA LUNA (END)
RomanceCOMPLETED Luna amat mencintai Galang, tapi Galang sangat membencinya. Luna mengharapkan Galang, tapi Galang mengharapkan gadis lain. Mampukah Luna mendapatkan cinta Galang ketika hati Galang yang masih mencintai mantan kekasihnya. Mampukah Luna teru...