49.Jiwa yg tersesat

1.3K 64 0
                                    


Hidup bagaikan roda yang berputar. Senang sedih silih berganti. Tangis dan tawa datang berganti ada waktu dimana roda berhenti dan kita tak ada yang tau ketika roda kehidupan berhenti kita akan ada dimana diatas atau dibawah. Tapi selalu ada tangis dalam kematian.

Hari itu hari dimana Viona di radioaktif atau dioperasi pake sinar gamma atau apalah aku ga ngerti secara aku bukan anak kedokteran. Aku, Om Hadi dan Tante Shinta menunggu proses operasi. Om Hadi menyuruhku pulang istirahat dulu sehingga malam bisa gantian jaga. Aku menurut pergi ke parkiran dan menyalakan motor pergi menuju rumah. Aku tak merasa ada yang aneh tapi ketika aku baru menginjakkan kaki didepan rumah tiba tiba pandanganku gelap. Yang kuingat suara motor jatuh.

Gelap dan gelap hanya itu yang kurasa. Lalu suara tangisan ibuku terdengar aku tak bisa lihat dimana ibu. Suara suara orang orang yg kukenal tapi dimana mereka. Aku dimana... gelap..aku tak bisa lihat satupun dari mereka tapi aku dengar suara mereka yang menghawatirkanku... apa aku mati.. ah aku ga mengerti dimana aku...
Aku tak bisa merasakan tubuhku seperti pikiran yang berjalan tanpa tubuh.. Hingga suara suara mereka menghilang hening dan gelap.. Dimana aku apa yang terjadi denganku.
Tiba tiba muncul makhluk berbulu lebat bermata merah menarik aku. Aku berusaha menolak aku berteriak tapi makhluk itu terus berusaha menarik aku. Aku melawan tapi aku sendiri tak merasakan tubuhku hanya rasa pikiran dan batinku tertarik oleh makhluk itu. Aku tertarik hingga disuatu tempat berwarna serba merah ya serba merah dengan teriakan teriakan minta tolong. Teriakan yang menyayat jiwa terdengar pilu sosok makhluk itu hilang. Siapa mereka yang berteriak minta tolong.
Berulang ulang kali teriakan minta tolong itu terdengar ingin ku menutup telinga tapi aku seperti jiwa tanpa tubuh..

Perlahan muncul wanita bertubuh setengah ular. Cantik sekali tapi aneh ya aneh setengah badan kebawah adalah ular. Sosok itu mendekatiku dan berkata ikutlah aku bahagia ditempatku bila tidak kamu akan disini di tempat jiwa yang tersesat.

Aku menolak sosok wanita ular itu menghilang... aku masih ditempat ini.. tak lama muncul sosok wanita itu lagi meminta hal yang sama.. berulang ulang kali kejadian sama terus berulang hingga akhirnya aku seperti berlari mencari jalan keluar tempat itu.. ya sedikit cahaya terlihat didepan tapi sesosok makhluk besar menghalangi aku merasa melayang dan menabrak tubuh besar makhluk dan makhluk itu terjatuh dan aku segera melarikan diri yah pikiranku seperti tubuh berlari dan aku sampai ditempat seperti alam pegunungan tapi aneh langit berwarna ungu awan berwarna jingga aneh tidak seperti didunia manusia. Dimana aku ... dimana aku...
Kulihat beberapa makhluk mengejarku aku berlari dialam yang tak kukenal. Dimana aku siapa yang mengejar aku siapa wanita itu apa yang dia mau....

Makhluk makhluk menyeramkan terus mengejarku, aku berlari tak menentu arah aku harus pergi dari sini tapi lewat mana jalan pun berbeda. Kembali wanita berbadan ular itu muncul dan mengajakku kerumahnya menemaninya dan dia menunjukkan rumahnya yang jauh disana seperti Istana. Dia berjanji memberi apa yang ku mau asal mau menemaninya.
Tidak itu bukan rumahku ini bukan alam ku. Ini bahkan bukan mimpiku.
Aneh setiap muncul wanita berbadan ular, makhluk makhluk berbulu bermata merah mengerikan berhenti seakan memberi waktu.
Sosok wanita itu mendekat dan kulihat matanya bukan mata manusia bila bola mata manusia yang tengah berbentuk bulat ini berbentuk oval tegak dari atas kebawah.. seperti mata kucing.. telinganya tak seperti telinga manusia..
Aku coba berlari ya aku yang hanya jiwa tanpa tubuh berlari atau lebih tepat melayang layang mencari jalan keluar. Hingga keputus asaanku membuatku terdiam semua makhluk yang mengejarku mendekat begitu pula sosok wanita itu.
Aku terdiam berdoa mohon diberi pertolongan. Hatiku berteriak ingin bertemu Ibuku.

"Jangan ganggu anakku": suara ibuku menggelegar membuat getaran kuat. Semua makhluk dan sosok wanita yang mengejarku mundur.. Ibu mana ibu kulihat sekeliling tidak ada sosokku tapi aura kemarahan terasa kuat tapi aura ini bukan ditujukan kepadaku. Siapa yang berdiri disampingku.. Wanita ini ya wanita ini pernah hadir membantuku wanita cantik bermahkota berbaju hijau menatap marah ke arah makhluk itu dan sosok wanita berbadan ular. Kemarahannya membuat aura panas sekitarku. Wanita itu bukan ibuku tapi kenapa suaranya sama persis suara ibuku. "Jangan ganggu anakku": sekali lagi suara ibuku keluar dari sosok wanita berbaju hijau. Suara itu mendorong makhluk makhluk seram itu kebelakang dan membuat sosok wanita berbadan ular mental kebelakang.

"nak ini bukan tempatmu pulanglah": kata wanita itu.
"Ibuuu" : aku berteriak... dan ....aku terbangun dimana ini. Ini kamarku kasurku.. Ibu ku masuk kamar dan memelukku sambil menangis dan kulihat kakaku masuk kamar.

"ibu aku dimana": kataku
"dirumah nak alhamdulillah kamu sudah sadar": kata Ibu.
"ibu aku lapar": tiba tiba aku merasa sangat lapar..
"iya nak ibu ambilkan": kata Ibuku.
"aka jangan bikin takut ibu dan teteh seperti ini lagi": kata teh Ida.
"ka apa yang terjadi denganku": kataku.
"kamu tak sadarkan diri sudah 5 hari, dokter angkat tangan tak tau penyebabnya": kata teh Ida
selama itukah aku tak sadar perasaan aku hanya hitungan jam du alam lain. Ibuku datang membawa makanan. Aku makan dengan lahap bahkan habis 2 piring. Suara pintu diketuk teh Ida keluar kamar. Tak lama teh Ida masuk kamar dengan tante Shinta yg langsung memelukku dan kemudian menelepon Om Hadi.
Aku jadi teringat Viona bagaimana kabar Viona.. Tante Shinta seperti mengerti dia memberikan hpnya ke aku sambil memberi kode hpnya sedang menelpon.

"hallo": kataku.
"aka kemana aja katanya janji mau nemenin aku koq ga muncul juga sebel": suara Viona
"aku aku sakit": kataku
"ah ga mau tau pokonya kesini": kata Viona.

Tante Shinta memberi isyarat meminta Hpnya.. Tante seperti memberi penjelasan pada Viona keadaanku. Selesai menelpon Tante Shinta bilang mereka semua tidak bilang keadaanku sebenarnya pada Viona takut mengganggu proses penyembuhan Viona.
Tanganku meraba kasur kenapa ada bunga dan kulihat banyak bunga kantil tersebar dikasurku.
Aku menanyakan kenapa banyak bunga kantil dikasurku. Ibu dan teh Ida terheran heran padahal kasur ini asalnya bersih.
Aku mencoba bangkit dari kasur tapi tubuhku serasa lemas Ibuku menyuruhku tiduran saja. Aku merasa sangat kasihan pada orang orang terdekatku pasti mereka sangat khawatir.
Aku meminta maaf pada semua orang yang ada bila aku membuat mereka khawatir. Ibu memeluk aku dan bilang aku tak ada salah. Teh Ida menelpon pa Karim orang pintar kenalan mas Indra yang beberapa hari yang lalu mencoba mengobatiku. Teh Ida ingin memastikan Aku sudah kembali seperti sedia kala.

Gelap Tak Selamanya Kelam (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang