101. Tabir masa lalu

1K 53 0
                                    


Angin bertiup kencang terasa dingin. Pak Rt mengarahkan sinar senternya keatas rumah pak Beni. Dan tampak bayangan putih melayang layang kemudian turun seperti menabrak pintu rumah beberapa kali lalu terbang keatas. Aku merasakan merinding bulu kudukku. Pak Rt kulihat bergetar tubuhnya. 
Dan kini terdengar suara tangisan dari bayangan putih yang terbang.

"Nak, appa..aaa...appaaa ituuu?": kata pak Rt terbata bata.
"Aku gak tau pa": kataku.
"Haduuhhh.... Bagaimana ini....gimana": kata pak Rt

Suara tangisan bayangan putih itu mengerikan karena melayang layang suaranya kadang seperti menjauh dan kadang mendekat. Pak RT malah memegangku erat. 
Aku mengeluarkan rokok dan menyalakannya sebatang. 

"Pak Rt ngerokok dulu": kataku sambil menawari pak RT rokok.
"Nak koq malah ngerokok": kata pak Rt
"Biar ga tegang": kataku.
pak RT mengikutiku mengambil rokok dan menyalakannya.

Aku menajamkan rasa mencari tau apa sebenarnya yang melayang layang itu. Sambil merokok aku meraba kekuatan bayangan itu.

"Nak, aka bagaimana ini ": kata pak RT setengah ketakutan.
"Ya udah kita kerumah pak Beni": kataku.
"Tapi itu yang melayang layang bagaimana": kata pak Rt.
"Ya biar aja melayang layang ntar cape sendiri": kataku.
Aku melangkah mendekati rumah pak Beni. Pak Rt mengikuti berusaha tak ada jarak denganku. Kini makin jelas bayangan putih itu sosok berambut panjang tempo hari. Suara tangisannya makin jelas suara yg menyayat hati sekaligus mengerikan. 

Sampai depan rumah pak Beni kuketuk pintu pak Beni.

"Asalamualaikum, pak Beni. Ini aku Aka dan pak RT.": kataku sambil mengetuk pintu.
"Wa alaikum salam": jawab pak Beni sambil membuka pintu.
"Untung pak Rt sama Aka disini saya sekeluarga takut": kata pak Beni.
"Iya pak, hati hati makhluk itu masih ada diluar.": kata Pak Rt.
"Waduh bagaimana ini": kata pak Beni.
"Ya udah bapak bapak masuk kedalam rumah , biar saja saya yang menghadapi": kataku.
"Ngga nak, saya pak Rt disini saya bertanggung jawab atas yang terjadi kita hadapi bersama.": kata pak Rt.
"Saya juga disini bersama sama kita hadapi": kata pak Beni.
"Baik mari kita hadapi, kita berdoa semoga diberi kekuatan dan keselamatan": kataku.

Kami mulai berdoa. Sosok bayangan putih itu kini mulai melayang layang mendekati kami yang berada diteras rumah pak Beni. Suara tangisan dan kadang tertawa makhluk itu makin keras terdengar. Pak Beni makin keras membaca doa. 

Sosok itu kini turun mendekati kami. Kini jelas itu sosok yang kemarin berambut panjang, wajahnya tetap seperti kemarin tak jelas seperti membusuk dan matanya merah darah. Taringnya muncul disela sela kulit wajahnya yang tak jelas bentuknya.

"Jangan takut pak makhluk itu sengaja menakuti kita": kataku.
"Tapi saya takut nak": kata Pak Beni.
"Jangan takut kita lebih mulia dari makhluk itu": kataku.

Sosok itu melayang mendekati sambil tertawa melengking.
Pak RT dan pak Beni salimg berpegangan. Aku diam dan dalam hati mulai membaca beberapa ayat. Ketika sudah dekat makhluk itu hendak kembali menjauh ku serang makhluk itu secara batin dan rasa. Sosok itu tak siap diserang hingga terpelantingke belakang dengan jeritan yang keras. 

Makhluk itu marah dan bangkit kembali berusaha menyerangku dengan cakar cakarnya yang panjang dan hitam tapi ketika dekat seperti membentur benteng yang tak terlihat sehingga mundur lagi.

Aku terus membaca doa. Akan kuserang lagi. Tapi tiba tiba angin menerpaku dari samping. Dan tiba tiba disampingku ada sosok eyang dan harimaunya.

"Nak, cepat kerumah bahaya sebenarnya ada dirumahmu": kata sosok eyang.
"Bagaimana dengan sosok ini": kataku.
"Biar eyang yg hadapi": kata sosok eyang.

Kulihat sosok harimau disisi eyang melompat dan menyerang sosok itu. Sosok itu kewalahan melawan harimau eyang. Bila dilihat kasat mata hanya angin menderu deru mengejar sosok itu. Sosok itu melayang layang menjerit jerit dikejar harimau eyang.

"Pak RT aku harus kerumah ada gangguan dirumah"; kataku.
"Bagaimana dengan sosok itu": kata pak Rt.
"liat sosok itu sudah kabur makin menjauh": kataku sambil berjalan setengah lari.

Pak Beni kembali masuk rumah dan mengunci pintunya. Pak Rt berlari mengikutiku. Ditengah jalan aku bertemu dengan pak Dayat dan Pak Toni yang baru kembali dari depan.

"Ada apa nak sepertinya buru buru": kata Pak Dayat.
"Ada gangguan dirumahku": kataku.
"Ayo kita kesana": kata pak Dayat.

Aku,pak Rt,pak Dayat, dan pak Toni melangkah menuju rumahku. Sesampainya didepan pagar rumahku ada beberapa orang berpakaian hitam berusaha masuk kedalam rumahku.

"Hai siapa kalian, mau apa kalian": kataku. Aku mengambil sepotong balok kayu sebagai senjata, karena kulihat sebagian dari mereka membawa senjata tajam.

"Siapa kalian!!": teriakku.
"Hati hati nak, sepertinya mereka berbahaya": kata pak Dayat.
"Pak Rt hubungi yang lain lewat ht": kata pak Toni.

Pak Rt menghubungi satpam pake ht yang dibawanya. Tiba tiba mereka orang orang yang memakai penutup muka maju merangsek kearah kami.
Kuhitung mereka ada 7 orang sedang kami hanya berempat.

Pak Dayat, pak Rt dan pak Toni mempersenjatai diri dengan barang seadanya yang ada disekitar.
Salah seorang dari mereka mengayunkan golok kearahku, segera aku mengelak sambil memukul tangan orang itu dengan kayu yang kupegang. Brukkk..... Orang itu terpekik dan golok yang dipegangnya terlepas jatuh dan cepat pak Dayat mengambil golok itu. 2 orang langsung menyerangku dengan goloknya, aku mundur sambil menyabetkan kayu yang dipegangku. Ku manfaatkan kelebihan kayu yang lebih panjang dari golok mereka.

Pak Rt dan pak Toni tak tinggal diam mereka mengambil batu disekitar dan melempari orang itu. Kejadian selanjutnya mirip tawuran saling lempar batu. Sedang aku dan pak Dayat bertarung jarak dekat dengan mereka. Aku dikelilingi tiga orang sedang pak Dayat dilawan dua orang. Pak RT dan pak Toni saling lempar batu dengan dua orang yang lain.

Sepertinya pak Dayat memiliki ilmu bela diri hingga mampu melawan mereka berdua. Kembali dua orang bareng menyerangku aku mundur tapi orang dibelakangku menyerang. Hingga terpaksaku menyabetkan kayuku memutar hingga mereka mundur. Aku harus mencari cara agar bisa mengalahkan mereka atau setidaknya mengulur waktu hingga bantuan tiba.Ditempat lain pak Dayat bertarung. Saling serang terjadi. Satu waktu pak Dayat kewalahan diserang bertubi tubi dari mereka. Satu sabetan golok tak bisa dihindari pak Dayat. Pak Dayat menangkis dengan tangan kirinya. Ketika salah satu menyabetkan goloknya pak Dayat mendahului menyabetkan goloknya hingga lengan orang itu terkena golok yang dipegang pak dayat. Pak Dayat terluka salah satu dari mereka juga terluka.

Pak Rt dan Pak Toni saling lempar dengan dua orang dari mereka. Pak Toni meleset lemparannya bukan mengenai mereka tapi malah mengenai kaca rumahku hingga pecah berantakan. Jeritan kaget istriku dan mama shinta terdengar. Lemparan dari mereka salah satunya mengenai pak Rt hingga pak Rt terjatuh.

Dua orang menyerangku membabi buta aku tidak bisa mundur karena salah seorang yang dibelakangku mengincarku. Serangan mereka kusambut ayunan kayu. Setiap kali mereka menyerang ku pukulkan kayuku. Orang dibelakangku menyerang, untung aku sempat mendengar langkahnya hingga aku sempat loncat kekiri. Dan tiba tiba salah satu dari mereka menyerang aku sabetkan kayu dan sempat mengenai mereka. Tapi tiba tiba ..brettt.. Satu sabetan muncul dari arah tak terduga ...
  
Sreeeeeeet...
Rasa panas terasa dibagian belakang punggungku terasa panas dan pedih. .. Ahhhh aku terkena sabetan. Kulihat muncul seseorang yang tadi menyerangku. Ternyata ada satu orang lagi yang bersembunyi dan membokongku dari belakang.
Darah pun menetes dari punggungku. Aku belum sempat menjaga jarak.. Brukkk tendangan dari salah satu dari mereka mengenaiku dan membuatku terjatuh.

Aku cepat bangkit dan dua orang menyerangku tiba tiba. Aku memukulkan kayuku mengenai salah satu dari mereka. Membuat salah satu mereka menjerit kesakitan tapi kembali seorang dari mereka menyerang ku.  aku sempat mengelak tapi kembali orang yang membokongku menyerang.

Tak kulihat senjatanya apa aku menghindar tapi, astaga walau jaraknya sejengkal dari tanganku, panas dari senjata orang itu terasa membakar tanganku hingga kayu yang kupegang terlepas. Orang yang menyerangku tertawa.

Bruuukkkk ....

Pukulan dan tendangan membuatku jatuh tersungkur dan mataku berkunang kunang.

Gelap Tak Selamanya Kelam (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang