91. Dia yang terluka part 2

1.1K 58 0
                                    


Hari ini aku bersama Erni mengantar Irene ke rumah sakit. Setelah menunggu beberapa lama Aku dan Irene masuk keruangan dokter. Setelah memeriksa hasil usg dan biopsi, dokter memberitahu kalau Irene kena kanker payudara stadium dua dan menyarankan segera operasi. Irene langsung nangis, aku bisa ngerti menghadapi operasi saja sudah berat apalagi salah satu payudara Irene mesti diangkat walau nanti bisa diperbaiki dengan operasi rekonstruksi. Istilah kedokteran yang asing bagiku bahkan aku baru tau kalo usg bukan hanya untuk cek janin saja.
Keluar dari ruangan dokter Irene menangis memeluk Erni. Sungguhku jadi ikut sedih. Belum ku melihat beberapa pasien yang ikut antri. Entah mengapa ketika melihat salah satu pasien tiba tiba sekelebatan bayangan pasien itu meninggal membuatku ingin cepat cepat meninggalkan tempat ini.

Aku menyetir mobil menuju kosan Irene dan Erni duduk dibelakang. Irene menyandarkan kepalanya di bahu Erni. Sedih juga lihat Irene seperti itu. Aku tahu dari Intan bahwa mamanya Irene akan datang hari ini setelah malam sebelumnya ditelpon Irene. Sesampainya di kosan Irene kulihat Intan dan Mamanya Irene sudah disana.
Turun dari mobil Irene setengah berlari menemui mamanya dan memeluknya. Keduanya menangis, sungguh gak enak ada dalam situasi seperti ini.
Kami masuk dalam kamar. Irene menjelaskan apa yang dideritanya dan saran dari dokter. Mama Irene mendengarkan sambil terisak, dari wajahnya kulihat mama Irene pun sebenarnya belum begitu sehat.

"Mama ingin kamu segera operasi Irene, tapi tunggu tanah dikampung laku dulu": kata Mama Irene.
"Jangan pikirin masalah biaya, saya tanggung biaya operasinya": kataku.
"Terimakasih nak tapi mama malu dulu nak ini juga yang bayarin rumah sakit waktu Irene sakit": kata Mama Irene.
"Ga apa apa, kan kewajiban kita saling bantu": kataku.
"Ini ma, ada uang 5 juta sumbangan dari temen temen": kata Erni.
"Makasih semuanya kalian baik sekali pada anak mama": kataku.
"Sama sama ma, kami siap membantu bila ada yang perlu dibantu": kata Erni.
"Maaf ma saya ga bisa lama lama mesti pergi ke tempat kerja": kataku
"Oh iya terimakasih nak": kata mama Irene hendak mencium tanganku.
"Mama jangan seperti itu seharusnya saya yang lebih muda mencium tangan mama": kataku sambil mencium tangan mama Irene.
"Saya juga pergi dulu ya ma": kata Erni sambil memeluk mama Irene kemudian memeluk Irene.

Aku pergi kecafe dengan Erni. Sampai di cafe kulihat Viona ada didalam.
"Yang koq ada disini mana Anisa": kataku
"Tuh Anisa lagi digendong Tia, yang Tania tuh lagi bt makanya ngajak aku kesini": kata Viona.
"Bt kenapa sih?": tanyaku
"Mama Shinta akan segera menikah": kata Viona.
"Tanianya mana?": tanyaku.
"Lagi ngelamun dipojokan": kata Viona.
Aku melangkah menuju Tania dan duduk didepannya.
"Kenapa koq ngelamun?": tanyaku pada Tania.
"Ah pasti ka Viona udah cerita": kata Tania.
"Terus kenapa kamu kaya bt harusnya senang mau punya papa baru": kataku
"Rasanya aneh aja, ga ada yang bisa gantiin almarhum papa": kata Tania, matanya berkaca kaca.

"Kan papa baru bukan untuk gantiin almarhum papa, tapi kasian bila kamu nanti sudah menikah mama kamu hari harinya sendirian. Kalau ada papa baru kan ada yang jagain mama, ada yg nemenin, ada tempat curhat": kataku.
"Iya sih tapi sulit menerima orang baru diantara aku dan mama": kata Tania.
"Nah kalo aku sama Viona kan asalnya juga asing bagi kamu": kataku.
"Hihihi kaka berdua beda aku kan bisa minta jajan sama kadang pinjem mobil": kata Tania.
"Yang ternyata selama ini kita dimanfaatin Tania, besok Tania kita pecat jadi adik": kata Viona sambil becanda..

"Kaka jangan dong ntar aku terlantar": kata Tania merengek.
"Kalo gitu gue juga mau dong. Aka angkat gue jadi adik lu sehingga gue bisa minta jajan sama pinjem mobil": kata Joko yang datang ikut nimbrung.
"Aku juga mau": kata Erni yang dari tadi dengerin percakapan kami.
"Haduh punya adik atu aja udah puyeng": kataku.
"Ih ga bisa hanya aku adik satu satunya. Ka bantuin pindahan dong aku mau ngekos": kata Tania.
"Ngapain ngekos, paling biar bebas pacaran ya?": kataku.
"Ih ngga, kan biar bisa mandiri": kata Tania
"Kalo mandiri jangan minta jajan": kataku.
"Yeeeeee masih lah minta jajan": kata Tania.
"Mestinya Tania suruh cepet nikah biar ga minta jajan": kata Joko

Gelap Tak Selamanya Kelam (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang