95. Hitam part 2

1K 58 0
                                    

Ular itu tiba tiba seperti bicara. Bicara dengan bahasa yang tidak kumengerti. Perlahan lahan desisan suara ular itu berubah jadi suara seorang wanita.

"Salah satu diantara kalian harus jadi pengikutku": kata ular itu.

Aku berdoa memohon perlindungan. Perlahan rasa dingin mulai menghilang. Dan berganti kehangatan. Tiba tiba aku terbangun dikamarku. Kudengar adan magrib berkumandang aku bangkit dan menuju kamar mandi. Aku mandi lalu mengambil wudhu dan kemudian sholat magrib. Beres sholat magrib aku berdoa mohon perlindungan untukku, keluargaku, dan orang orang terdekat dari segala gangguan. Selesai berdoa aku menghampiri putriku yang sedang dipangku ibuku. Putriku terlihat senang mendengarkan ibuku mengaji. Kutinggalkan mereka berdua, aku menuju ruang tengah kulihat Viona sedang asik menonton tv kuhampiri dan duduk disampingnya. Viona menyandarkan dirinya padaku. 

"Yang apa kamu udah baikan?": tanya Viona.
"Udah, Anisa lucu deh lagi dipangku ibu, terus seperti mau ngikutin ibu ngaji belum bisa mulutnya komat kamit ga jelas": kataku.
"Iya, semoga jadi anak sholehah. Yang sebenarnya aku ingin kasih tau sesuatu sama kamu": kata Viona.
"Kasih tau apa?": tanyaku.
"Anggota keluarga kita akan bertambah, aku hamil": kata Viona.
"Alhamdulillah, udah dicek ke dokter?": kataku.
"Sudah kemarin, kata dokter udah dua bulan. Tadi siang mau cerita eh kamunya sakit kepala": kata Viona.
"Semoga kita bisa menjaga amanah yang diberikan amanah": kataku.
"Ya yang, sekarang aku mau ganti manggilnya ga ayang lagi ganti aa aja boleh?, kalo ayang ayangan kaya masih pacaran ": kata Viona sambil tertawa kecil.
"Gapapa panggil ayang juga kan biar romantis": kataku.
"Malu ah romantis kan udah mau punya anak dua": kata Viona.
"Biarin aja ngapain malu, toh kalo jalan berdua banyak orang yang kira kita masih pacaran. Umurmu juga belum genap 24 tahun": kataku.
"Hihihi iya, masa pas keundangan sama ibu, dikira anak ibu dan belum menikah sama temen pengajian ibu": kata Viona.
"Waduh bahaya ntar kalo keluar rumah mesti diperhatiin takut banyak yang godain kamu, apalagi kamu cantik masih kaya gadis": kataku.
"Hihihi gak lah, apalagi ntar perutku buncit karena hamil": kata Viona.
Kupeluk Viona kuusap rambutnya dengan lembut. Wanita terbaik yang kini mengisi hari hariku dan memberiku kebahagiaan.

Tidak, jangan, jangan lagi ada penglihatan. Ah penglihatan itu muncul kembali ... Bayi laki laki ..tidak tidak jangan... Jangan ganggu.... Astaga berarti ada makhluk yang mengincar jabang bayi dalam rahim istriku. 

Aku berdoa mohon agar Tuhan melindungi keluargaku, menjauhkan kami dari segala gangguan dan perbuatan jahat.
Terdengar suar bel. Ada tamu didepan rumahku.

"Yang, aku kedepan dulu kayanya ada tamu": kataku.
"Iya yang": kata Viona.

Aku melangkah kedepan menuju pintu depan. Suara bel terdengar lagi. Kubuka pintu. Tiba tiba saja seorang wanita memelukku sambil menangis. 

Viona muncul dari belakangku.
"Ada apa yang?": tanya Viona.

Kupandang wanita yang memelukku, ternyata dia Tania. Heran tak seperti biasanya Tania menangis selama ini dia selalu ceria. Paling cemberut kalo pada ngeledekkin. 

" Ada apa Tania koq kamu nangis?"; tanyaku
" Iya tumben tumbenan"; kata Viona
"Aku habis ditampar"; ucap Tania sambil terisak.
" Siapa yang menampar kamu?'; tanyaku
" Apa kamu ditampar mama Shinta?'; tanya Viona
"Bukan tapi pacarnya mama": kata Tania
"Berani amat orang itu nampar kamu": kataku tersulut emosi
"Iya sekarang pacarnya mama lagi marah marah dirumah"; kata Tania
"Ya udah aku kerumah kamu sekarang, kamu disini aja": kataku
"Yang, hati hati": kata Viona

Aku berjalan menuju kerumah Tania. Sebelumnya aku lapor dulu Pak RT bahwa ada keributan dirumah Tania. Pak Rt pun mengajak keamanan komplek mendatangai rumah Tania. Sesampainya disana ku lihat halaman rumah Tania berantakan. Kursi dan pot bunga berantakan. Kami langsung masuk kedalam rumah. Kulihat Om Broto pacar Mama Shinta sedang marah marah. Dan Mama Shinta sedang terduduk menangis.

"Ada apa ini, bukannya lebih baik dibicarakan secara baik baik"; kata Pa RT.
"Ini bukan urusan kalian pergi dari sini": kata Om Broto 
"Bapak sudah mengganggu ketentraman warga disini, itu sudah termasuk urusan saya": kata Pa Rt
"Ah banyak omong"; teriak Om Broto

Bruugggg
tinju om Broto mendarat di wajah Pa Rt yang membuatnya terhuyung. Satpam Komplek yang hendak membantu pa Rt berdiri tegak ditendang om Broto hingga terjatuh.

Aku yang melihat kejadian itu jadi emosi kutarik badan om Broto entah kekuatan dari mana tenagaku menjadi kuat. Sekali tarik dan kulemparkan om Broto keluar rumah. Aku menyusulnya ke luar rumah. Om Broto berdiri dan menyerangku.

Bugggg

pukulannya kena wajahku tapi aneh aku tak merasa sakit sedikit pun. Om broto memukulku beberapa kali dan malah kubiarkan pukulannya mengenaiku. Pandanganku serasa merah dan emosiku semakin meningkat. Kupukul ulu hati Om Broto hingga dia terjatuh berlutut. 

Dan bruggg ..... kupukul mulut om Broto hingga dia jatuh terjengkang kebelakang dan darah segar mengalir dari mulutnya. Ketika aku hendak mendekati dan memukul om Broto tiba tiba tanganku dipegang seseorang.

"Sudah nak, sudah. istigfar nak istigfar"; suara mama Shinta
Ku berbalik kulihat mama Shinta yang memegang tanganku. Emosiku meningkat melihat pipi mama Shinta merah seperti bekas ditampar. Aku berbalik hendak menghajar om Broto tapi kembali mama Shinta melarangku bahkan kini mama Shinta memelukku erat hingga aku tak bisa bergerak. 
"Istigfar nak, istigfar nak"; kata mama Shinta
"Astagfirullah, astagfirullah": berulangkali aku mengucap istigfar.
Emosiku menurun dan pandangan mataku yang serasa merah kini kembali biasa.

Satpam komplek segera menghampiri om Broto yang tergeletak. Beberapa warga mulai berdatangan kesini. Tak lama datang Tania, Viona dan Mas Indra yang ternyata datang kerumahku untuk menengok ibu dan keluargaku.

"Kalian gak apa apa": kata mas Indra
"Gak mas, mama yang terluka kayanya"; kataku

Mas Indra menelpon tak lama kemudian datang polisi dan membawa om Broto ke kantor Polisi. Mas Indra menyarankan mama Shinta, Tania dan Pak Rt kerumah sakit untuk meminta catatan medis untuk laporan kekantor polisi. Akhirnya kami kerumahsakit .Lalu pergi ke kantor polisi bikin laporan. Setelah sekian waktu akhirnya beres juga dan kami pulang.

Setelah beres kami pun pulang kerumah, kusarankan mama Shinta dan Tania menginap dirumahku dulu. Mereka pun mengiyakan.

" ma, sebenarnya kenapa Om Broto sampai ngamuk dan menampar mama sama Tania?": tanyaku.
"Brotohendak pinjam mobil mama, tapi Tania melarangnya terus Tania dan Broto bertengkar, mama minta putus sama Broto, belum nikah aja sudah galak sama anak mama. Tapi Broto malah kalap menampar Tania terus mama menghalangi ikut ditampar pula": kata Mama Shinta.
"Bagus gak dikasih mungkin mobilnya bisa disalahgunakan"; kataku.
"dari awal Tania gak setuju mama pacaran sama Om Broto orangnya mau ngeret harta mama aja"; kata Tania
"maafin mama karena gak mau dengerin kata Tania: kata mama Shinta
"ya udah yang penting sekarang sudah beres masalahnya": kataku.
"nak, mama tadi takut sekali liat kamu marah. Kaya beda sekali dengan keseharian kamu. Mama takut Broto mati kamu pukulin makanya maa halangin kamu. Jangan seperti itu lagi ya nak"; kata mama Shinta
"gak akan mati lah ma, orang cuma dua kali pukul. Aku emosi liat Tania sama Mama di tampar dipukul. Tanya Viona aku gak pernah sekalipun pukul perempuan kalo lagi marah aku hanya diem aja gak mau ngomong":kataku.
"Iya tapi aku lebih suka kalo kamu marah ngomong jadi aku tau salah aku apa bukannya diem aja"; kata Viona
"Kalo ngomong gak akan jadi marahnya. Kalo liat wajah kamu suka langsung luluh hatiku":kataku.
"Huuuuuu gombal": kata Tania.
"Makanya cepet punya pacar lagi biar ada yang ngegombalin"; kata Viona
"Gak mau ah ntar kdrt"; kata Tania
"yang kdrt paling kamu Tania, kan galakan kamu ama cowoknya"; kataku
"Ih kaka jeleeeeeeeeeekkkk"; kata Tania sambil nyubitku keras.
"sakit tauuu"; kataku.
"oh ya kalian juga harus siap nanti kalau diminta melengkapi laporan"; kata Mas Indra
"iya terimakasih banyak mas"; kata Tania
"Mas koq teh ida dan putranya gak diajak, aku kangen loh": kata Viona
"Nanti kan mas tugas disini lagi 2 bulanan lagi pindah ke kota ini lagi"; kata mas Indra

Anehnya aku merasa semua masalah ini belum berakhir bakan masalah berat akan menghadang didepan kehidupanku dan orang orang sekitarku. Malam ini aku habiskan untuk merenung apa yang terjadi denganku kenapa apabila aku emosi selalu terjadi hal yang berbeda. Aku hanya ingin jadi manusia biasa.

Gelap Tak Selamanya Kelam (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang