94. Hitam

1K 62 0
                                    


Hari hari berlalu, kami silih berganti menemani dan menyemangati Irene. Kini Irene mulai bangkit dari keterpurukannya. Kini Viona pun mulai akrab dengan Irene. Diawali niat Viona agar Irene tak sedih, Viona suka mengajak Irene jalan jalan. Seperti hari ini Viona habis pulang dari supermarket dengan Irene membeli keperluan sehari hari. Anehnya putriku kini malah lengket denganku jadi kemana aku pergi selalu ingin ikut. Ibunya pergi ke supermarket, putriku malah ingin bersamaku di cafe mengawasi karyawan, walau kadang digendong Erni, kadang Tia. Memang Anisa putriku sedang lucu lucunya banyak orang yang bertemu ingin menggendongnya kadang ingin mencubitnya.

Viona,Irene, dan Erni sedang sibuk ngobrol masalah belanjaan. Sedangkan Joko dan Tomi asik main gitar sambil bernyanyi. Memang cafe saat ini belum begitu rame. Anisa duduk dipangkuanku, kini umurnya 3 tahun dan mulai pintar bicara.

"Ayah kenapa tante itu senyum terus": kata Anisa
"Biasa nisa perempuan kalo ngobrol belanjaan begitu pada rame": kataku tak begitu memperhatikan perkataan Anisa.
"Bukan ayah, itu Tante yg pake baju ijo": kata Anisa.
Dug.. Jantungku bergetar. Aku kaget sebab tak ada yang pakai baju hijau hari ini.
"Yang mana sayang": tanyaku.
"Itu yang berdiri sendiri": kata Anisa sambil menunjuk ke sudut ruangan. Astaga apakah Anisa pun bisa melihat seperti apa yang kulihat. Kucoba tingkatkan rasa dan indera ku. Dan benar saja disudut ruangan itu ada sosok wanita cantik berbaju hijau bermahkota tersenyum kearah kami. Sosok ini kukenal karena beberapa kali datang menemuiku.

Aku heran kenapa sosok wanita ini menemuiku pada sore hari. Sosok itu melayang mendekati kami. Herannya Anisa malah tertawa. Setelah dekat sosok itu berkata "hati hati ada yang mengincar keluargamu".
Setelah berkata sosok itu melayang pergi.
"Ayah itu tadi tante siapa": kata Anisa
Aku bingung mau menjawab bagaimana. Kujawab sekenanya saja.
"Tadi temennya ayah": jawabku.

Viona menghampiri aku dan Anisa.
"Anisa ga kangen ama ibu nak, sini ibu beli kue kesenangan kamu": kata Viona.
Anisa turun dari pangkuanku dan duduk di pangkuan Viona.
"Ibu tadi ada tante cantik terbang": kata Anisa
"Masa sih koq ibu ga liat": kata Viona.
"Ayah liat, tadi terbang dari sana kesini terus kesana": kata Anisa.
Viona terlihat kaget dan menatapku. Aku mengangguk. Viona mencium dan mengusap rambut Viona. Aku kaget selama ini Anisa tak menunjukkan dia bisa melihat mereka tapi hari ini. Aku harap Anisa bisa tumbuh normal jangan sepertiku.

Baru saja aku hendak berdiri tiba tiba kepalaku sakit sekali dan ada sesosok makhluk hitam didepanku. Aku merasa pusing hingga aku jatuh dan semua pandanganku tiba tiba menjadi gelap dan hitam.

Apa yang terjadi denganku telingaku berdengung. Aku bisa merasakan orang yang memapahku dan membantuku duduk disela dengungan ditelingaku terdengar suara suara viona. Tiba tiba aku seperti bermimpi tapi kepalaku sakit sekali aku melihat kilasan kilasan kehidupan orang orang sekitarku. Semua itu menjejali pikiranku. Argggh sakit... Sakit sekali.... Terdengar suara Viona mengucap istigfar ditelingaku. Aku mencoba mengucap istigfar perlahan lahan pandanganku mulai terang tapi rasa sakit masih terasa. Kini dengungan ditelingaku mulai hilang. Aku masih memegangi kepalaku.

Kini rasa sakit mulai berkurang. Viona terus mengucapkan istigfar ditelingaku.

"Ayah.. Ayah kenapa": kaya Anisa sambil memegang kakiku.
Aku meraih Anisa dan memangkunya. Anehnya kilasan kilasan peristiwa terlihat lagi. Kilasan kilasan peristiwa itu membuat kepalaku sakit aku mengucap istigfar berulang kali dan akhirnya kilasan peristiwa itu hilang, begitu pula rasa sakit dikepalaku.

Ku usap kepala Anisa sambil berdoa agar apa yang terjadi denganku tak terjadi pada Anisa.

"Yang, masih kerasa sakit": kata Viona.
Aku menggelengkan kepala. Viona mengambilkan air putih. Kulihat Irene, Joko,Erni dan Intan sudah ada didekatku. Mungkin mereka khawatir dengan apa yang terjadi barusan.

"Ren, bentar lagi adik kamu telpon ngasih tau kalau udah dekat terminal. Joko udah jangan khawatir ortu kamu setuju kamu mau ngelamar Erni. Intan ntar lagi Bapak kamu sampe sini. Erni siap siap ntar lagi banyak konsumen": kataku tiba tiba berkata seperti itu.
Irene, Joko,Erni dan Intan keheranan dengan kata kataku. Tak lama hp Irene berdering. Irene menjawab telpon tersebut. Tak lama hp Intan berdering dan Intan pun menjawab telpon tersebut.

"Ka, koq kamu tau kalo adik aku mau dateng kesini aku juga ga tau sebelumnya kalo adikku mau kesini": kata Irene.
"Bener ka, katamu bapakku bentar lagi sampe": kata Intan.
"Kalo gitu gue mesti telpon kekampung sapa tau kata kata lu bener ka": kata Joko yang kemudian mengambil hp dan menelpon ke orangtuanya.
"Aka bener lu, ortu gue setuju mau lamar Erni. Yes makasih ya aka": kata Joko kegirangan.
Aku hanya terdiam kilasan peristiwa yang terlihat tadi sama persis dengan yang terjadi.
"Erni siap siap bentar lagi tamu tamu bakal dateng ke cafe ini": kataku.

Baru saja aku bicara tak lama kemudian berdatangan tamu kecafe. Sehingga mulai sibuk.

"Yang, kita pulang badanku serasa gak enak": kataku pada Viona.
"Iya, yang kenapa hidungmu berdarah"; tanya Viona.
"Mungkin mimisan ": kataku.
"Ya udah sekarang pulang aja biar bisa istirahat. Aku yang nyetir aja": kata Viona.
"Erni aku pulang dulu ya": kataku
"Ya ka istirahat aja biar cepet sehat lagi": kata Erni.

Aku menggendong Anisa kearah mobil. Anisa membukakan pintu mobil. Setelah kami dalam mobil Viona menyetir mobil menuju rumah. Singkat cerita kamipun sampai dirumah. Aku segera kekamar dan merebahkan diri. Astaga tiba tiba aku merasa tubuhku seperti dipegangi beberapa makhluk dan aku merasa aku berpindah pindah tempat.

Hingga aku merasa berada disuatu tempat. Tempat ini seperti didalam gua gelap dan hanya terdengar suara tetes air. Dinginpun terasa diseluruh tubuhku.
Terdengar suara suara bergeser dan tiba tiba terdengar suara ular mendesis desis. Aku tak bisa melihat karena keadaan sangat gelap tiba tiba muncul setitik cahaya yang makin lama makin terang. Astaga kini jelas didepanku ada sosok ular besar didepanku.
Aku tak bisa menggerakkan badanku yang terbujur kaku. Apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Gelap Tak Selamanya Kelam (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang