Aku terbangun badanku terasa tak enak. Badanku terasa panas, bahkan ketika aku akan bangkit dari ranjang aku merasa sakit diseluruh badan akhirnya aku kembali berbaring. Viona masuk kekamar.
"Aka ga ke kantor distro kan Deni dan Indri belum pulang": kata Viona.
"Badanku sakit semua": kataku.
Viona mendekatiku dan meraba dahiku.
"Yang kamu panas tinggi kedokter yah": kata Viona
"Berdiri aja aku susah": kataku.
"Ya udah aku bantu": kata Viona
"Yang nyetir mobil siapa kamu juga lagi hamil tua": kataku.
"Ntar aku telpon Tania siapa tau ga kuliah": kata Viona.
Vionapun menelpon Tania. Tak lama Tania pun datang."Kaka masa sakit sih ah ga percaya": kata Tania sambil memegang tanganku.
"sakit beneran Tania ayo bantu bawa Aka ke mobil": kata Viona
Aku dipapah Tania dan Viona menuju mobil. Kamipun berangkat menuju rumah sakit sedangkan ibuku dan bibi menunggu dirumah.Sampai dirumah sakit Viona mendaftar dan aku menunggu dipanggil dokter. Setelah diperiksa aku disarankan dirawat karena diduga kena demam berdarah. Akhirnya aku dirawat dirumah sakit.
"Ayang koq sakit sih": kata Viona disamping tempat tidur.
"Kamu koq nanya gitu kan sakit tuh takdir": kataku.
"Kaka dari pada sakit mending nginep di hotel": kata Tania.
Aku males jawab, badanku ga enak sakit dan panas kurasa."Aduh koq perutku mules sih": kata Viona.
"Banyak makan sambel kali": jawab Tania.
"Jangan jangan mau lahiran kan udah masuk waktunya": kataku
"Iya mungkin, aduh": kata Viona sambil menahan sakit.
"Aduh gimana dong, telpon mama aja deh": kata Tania panik.
Aku ingin sekali menolong Viona tapi apa daya badanku untuk bergerakpun sulit.Hampir setengah jam Viona merasakan sakit diperutnya. Mama Shinta dan Ibuku tiba dirumah sakit. Mama Shinta dan Ibu mengajak Viona diperiksa dokter. Waktu berjalan serasa lama aku sudah tidak jelas apa yang kurasa dari rasa sakit dan rasa cemas dihatiku. Bahkan perasaanku kini kadang seperti diruang rawat inap rumah sakit kadang aku merasa ditempat antah berantah. Kadang aku melihat makhluk makhluk aneh. Dan ada saat dimana aku merasa ada sosok nenek tua duduk disamping kasurku. Tiba tiba aku merasa disebuah tempat dipegunungan dikelilingi makhluk hitam bertanduk.
Hingga suatu saat ada sosok wanita berbaju hijau bermahkota emas berkata..berdoalah, ingat sama Tuhan.Aku berdoa terus berdoa demi keselamatan Viona demi keselamatan anakku yang akan lahir. Walau mataku terpejam tetap saja aku bisa melihat makhluk makhluk menunjukkan dirinya. Sesosok wanita berbadan ular merayuku memintaku menghentikan doaku.
Aku terus berdoa berdzikir hingga kupasrahkan semua pada Allah. Aku makhluk lemah menggerakan tubuhku saja sulit. Aku merasa begitu besar nikmat yang Allah SWT berikan. Bahkan dalam keadaan ini masih diberi kesempatan berdoa..Kudengar suster berbicara dengan ibuku tapi aku tak bisa membuka mataku. Aku hanya tetap berdoa. Aku seperti dalam gelap tapi aku sadar kuucapkan dzikir. Hidup tak ada yang abadi. Bagaikan daun yang tua mulai layu kemudian berguguran dan muncul tunas daun muda.
"Nak bangun nak, jangan kamu menyerah dulu": kata suara yang begitu lembut.
"Ayolah kamu kuat": terdengar suara lagi.
Tapi masih gelap dan gelap yang kurasa aku ingin bangun tapi seperti ada banyak tangan memegangi tubuhku. Aku kembali berdoa. Kudengar suara sedang mengaji..Ya itu suara ibuku sedang mengaji Quran. Aku kembali berdoa aku mendoakan ibuku diberi kebahagiaan, maafkan aku ibu belum bisa membuat mu bahagia malah aku selalu merepotkan mu. Ku pasrahkan semua padaMu ya Allah. Semoga Engkau berikan kebahagiaan pada orang orang yang kucintai. Ku pasrah bila ini akhir hidupku. Pegangan tangan pada tubuhku mulai melemah. Perlahan lahan tubuhku mulai ringan. Setitik cahaya mulai nampak dan semakin membesar terang kulihat. Aku membuka mata kulihat Ibuku disampingku. Sedang membaca Quran."Nak kamu sudah sadar": kata Ibu.
"Viona mana bu": kataku.
"Viona diruang rawat untuk ibu, anakmu telah lahir sehat perempuan. Viona juga ga apa apa kini lagi ditunggui mama Shinta": kata Ibu.Alhamdulillah begitu besar Nikmat yang telah Engkau berikan padaku.
"Kapan aku bisa lihat anakku": kataku.
"Nanti setelah dokter mengijinkan segera sehat nak biar kamu bisa liat anakmu": kata Ibu.Keesokan harinya Viona sudah boleh pulang kerumah sedangkan aku masih harus dirumah sakit karena kesehatanku belum pulih benar. Hari ini banyak yang menengokku. Joko, Erni,Intan dan Irene. Dan yang bikin kesel sempat sempatnya Irene ngecup pipiku sambil bilang cepat sembuh. Tetangga tetangga dikomplekku juga menjengukku. Dan terakhir ada Deni dan Indri.
Malam hari yang menemaniku Tania. Dan dari jam 8 malem Tania udah tidur nyenyak sedang aku tak bisa tidur kangen ingin segera ketemu Viona dan anak pertamaku. Beberapa bayangan yg mengganggu tak ku hiraukan. Setelah lewat tengah malam baru aku bisa tertidur. Siang harinya mba Desi dan Dewa menengokku. Seperti biasa Dewa ingin di gendongku tapi mba Desi tak mengijinkan. Aku menanyakan apa masih ada gangguan pada keluarga mba Desi. Jawab mba Desi tak ada yang berarti dan setiap hari pak Dayat dan istrinya suka menengok kerumahnya takut ada gangguan. Akhirnya dokter mengijinkankan ku pulang mas Indra menjemputku kerumah sakit.
Singkat cerita aku sampai dirumah. Rumahku ramai ternyata kerabat dari ibu pada kumpul. Aku segera melihat anakku dan menggendongnya. Viona menanyakan nama yang akan diberikan. Aku meminta Ibu memberi nama untuk cucunya. Ibu memberi nama Annisa sama surat dalam Quran. Ibu berharap cucunya menjadi anak yang sholehah. Viona merasa sangat senang belum lagi kehadiran keluarga besar Ibuku membuat Viona mempunyai keluarga.Viona memelukku yang sedang menimang anakku. Kebahagiaan meliputi keluargaku. Keponakanku anak teh Ida kini sudah 4 tahunan sudah pinter berlari. Ya Allah semoga kebahagianku bertahan lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelap Tak Selamanya Kelam (Tamat)
TerrorHarapan adalah sebuah impian dan impian adalah sebuah harapan, gelap tak selamanya gelap dan terang tak selamanya terang, mencari baikk terang adalah tujuan hidup, Tuhan pasti tau apa yang kita harapakan, jangan putus asa untuk mencari titik terang...