80. Dewa

1K 61 0
                                    



Sore itu aku baru pulang dari kantor. Kulihat Viona sedang mengobrol dengan seorang wanita dan ada anak kecil bermain di halaman rumahku. Kuhampiri mereka.

"Aka kenalin ini tetangga baru kita terhalang tiga rumah. Namanya mba Desi": kata Viona
"Aka": kataku sambil mengulurkan tangan untuk salaman
"Desi": kata mba Desi sambil bersalaman.

Kulihat anak laki laki yang sedang bermain di halaman Rumahku. Kira kira umurnya kurang lebih 5 tahun. Kenapa aku merasa seperti pernah melihat anak itu. Astaga itu kan anak yang hadir dalam mimpiku. 

"Namanya Dewa, lucu yah ka": kata Viona.
"Iya udah sekolah belum?": tanyaku.
"Baru TK": kata mba Desi.

Aku masih memandang Dewa yang sedang bermain. Astaga ada sosok lain yang sedang bermain dengan Dewa. Sosok itu bersembunyi dibalik tanaman yang setinggi dada orang dewasa. Sosok itu seperti anak kecil berambut pirang.

Tiba tiba Dewa menghampiriku dan menarik tanganku menuju sosok anak kecil berambut pirang. Setelah dekat baru aku bisa jelas melihatnya Sosok anak kecil buke berambut pirang bermata biru tampak malu malu.

"aku Wilma sepertinya kamu orang baik": kata sosok anak kecil itu.
"Aku aka": jawabku dalam hati.
Aku berkomunikasi dengan sosok menyerupai gadis kecil.
"Kamu sama seperti Dewa bisa melihat aku, hati hati ada makhluk yang tak suka dengan kemampuan kalian.": kata Wilma.
"Om bisa liat Wilma kan?"' kata Dewa sambil menggoyangkan tanganku. Aku menggangguk.
Dewa menarik kembali tanganku mengajak ke ibunya.

"Mama om ini bisa liat Wilma": kata Dewa.
"Maaf ya mas Aka anak saya ini sering cerita punya teman namanya Wilma tapi saya belum pernah melihatnya mungkin ini teman khayalannya.": kata mba Desi.
"Om mama ga bisa liat Wilma:" kata Dewa.
Aku membuka tas kecil dari tadi kubawa. Kukeluarkan sebatang coklat lalu kuberikan pada Dewa. 
Dewa terlihat sangat senang dan segera membuka bungkus coklat itu. Dewa meminta aku menggendongnya dan aku menggendongnya.

"Dewa jangan nakal om baru pulang kerja koq minta gendong": kata mba Desi.
"Ga papa koq mba, aku seneng anak kecil": kataku.
"Iya mba ga apa apa itung itung latihan kan ntar lagi punya anak": kata Viona.

Dewa memintaku menggendongnya kearah Wilma berada. Aku berjalan kearah Wilma. Tapi entah kenapa Wilma seperti ketakutan. 

"Hati hati makhluk itu memperhatikan kamu dan Dewa": kata Wilma kemudian lari bersembunyi.
"Ada yang jahat om": kata Dewa.
Aku mencoba meningkatkan rasa. Getaran getaran kekuatan negatif mulai terasa segera aku membaca doa. 
"Om yang jahat takut sama om, tuh udah pergi": kata Dewa.
"Kamu orang yang ditunggu": kata sosok Wilma yang tiba tiba muncul disisiku.
"Tolong lindungi Dewa yah": kata wilma sambil memegang lenganku.
Rasa dingin seperti disentuh es terasa dibagian lenganku yang dipegang Wilma. Wilma berjalan menjauh dan melambaikan tangannya. Dewa membalas lambaian tangan Wilma dan Wilma berjalan menjauh dan tiba tiba ada sosok wanita seperti noni belanda memegang tangan Wilma dan kemudian keduanya menghilang.

Aku sempat terkaget melihat pemandangan itu. Mba Desi menghampiri kami. 

"Dewa ayo pulang sudah hampir magrib": kata mba Desi.
"Iya ma, om besok Dewa main lagi kesini boleh ya?": kata Dewa.
"Boleh": kataku sambil menurunkan Dewa dari gendonganku.
"Dewa ga boleh gitu kan om besok kerja": kata mba Desi.
"Kan sore dah pulang": kata Dewa.
"Iya besok sore ya": kataku.
Mba Desi dan Dewa pamit lalu pulang kerumahnya.

"yang, lucu yah Dewa": kata Viona
"Iya, pasti kamu ga sabar ingin segera nimang anak": kataku
"Iya lah, mungkin anak kita cowo": kata Viona.
"kataku sih cewe": jawabku
"Kalo aku seneng cewe bisa didandanin, pasti ayang maunya cowo yah": kata Viona
"Cowo sama cewe sama aja yg penting sehat": kataku sambil mengusap perut Viona aku berharap anakku tidak seperti aku bisa merasakan hal hal yang orang lain tak tau.

Gelap Tak Selamanya Kelam (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang