65.Pertarungan

1.2K 54 0
                                    

Kulihat makhluk itu berdiri didepan pintu dapur. Sedang banyak aura tak enak dibelakang makhluk itu. Apakah aku mampu melawan makhluk makhluk itu, aku yakinkan dalam hati semua mungkin bila ada pertolongan Tuhan. Dan tiba tiba .. Semua lampu dirumah padam dan kurasa bukan hanya dirumahku saja mungkin seluruh komplek perumahan dalam keadaan gelap. Aku menyalakan hp menerangi sekedarnya aku mencari posisi dekat Viona, lalu kududuk bersila dekat Viona. Ku pejamkan mata mulai berdoa biarlah gelap tak jadi penghalang.
Dan terlihat terang didepanku bagaikan melihat klise film kulihat sosok almarhum kakek dari ibu yang dulu sering menolong orang, banyak orang datang kekakekku meminta pertolongan kulihat kakek tanpa pamrih menolong. Kulihat kini sosok eyang dan harimaunya setia menemani kakek, ada sosok wanita berbaju hijau bermahkota emas menemui kakekku dan banyak makhluk beraura baik ingin membantu kakek... Pandangan seperti klise itu berubah menjadi sosok kakek dari bapakku yang sedang bertapa digua dalam gunung. Kakek itu meminta kedigjayaan pada penguasa gunung itu makhluk mirip raksasa berambut gimbal bertaring panjang. Ah makhluk itu menawarkan kedigjayaan kekuatan pilih tanding dengan meminta imbalan orang orang yang dikasihi. Kakek bersedia memeberikan anak dan cucunya dengankesaktian.
Pandangan ku berubah jadi disuatu padang luas berdiri malhluk raksasa bermata merah melotot berambut gimbal lidah menjulur sampai pusarnya sungguh makhluk yang tak ingin kulihat. Didepannya berkumpul pula para prajuritnya siap menyerang.
Kurasa tanah disekitarku bergoyang seperti gempa. Disertai desiran angin muncul eyang dengan harimaunya, tak lama kemudian kembali tanah bergoyang dan suara petir terdengar menggelegar muncul kakek pemilik ilmu batara karang dengan pakaian khas jawara dengan ikat kepala aura hitam menyelimuti kakek itu dengan muncul pula hawa panas.
"aku pernah membela kakekmu dan aku akan tetap membela keturunannya": kata eyang.
"Jadi kamu berani menantang aku penguasa hutan larangan, anak itu milik aku": kata Pemimpin para raksasa.
"Berarti kamu harus melawan aku": kata eyang.
Raja dari para raksasa menyuruh prajuritnya menyerang dan beberapa raksasa maju harimau eyang maju menyerang aku tak bisa melihat pertarungan hanya suara angin berderu deru dan ledakan ledakan kecil terjadi. Bahkan dialam manusia pun yaitu dirumahku benda benda berjatuhan seperti tersenggol sesuatu. Kini aku merasakan makhluk yang lebih kuat maju dari arah pasukan raksasa aura hitam dan angin bertiup kencang dari arah sana. Kulihat sosok kakek pemilik ilmu batara karang maju kedepan pertarungan pun terjadi dan lagi lagi hanya bisa kurasakan dari aura yang berbeda walau sama sama hitam tapi memiliki perbedaan aura milik kakek disertai hawa panas seperti membakar apa yang didekatnya. Jangan kan melihat sosok yang bertarung suara angin seperti angin puyuh Cumiakan telinga. Kembali terdengar suara ledakkan ledakkan kali ini dengan bercampur dengan suara auman geraman dan suara mengaduh. Aku tak mampu melihat pertarungan ini yang kulihat hanya bayangan bayangan berkelebat aura harimau eyang, dan aura kakek masih kuat hanya aura pasukan raksasa menghilang satu persatu. Mungkin satu persatu pasukan raksasa kalah. Lalu kulihat seekor macan kumbang maju dari arah pasukan raksasa loncat menyerang harimau eyang. Lagi lagi tanah yang kupijak bergetar hebat kali ini raungan keras terdengar beberapa kali bahkan angin yang bertiup lebih dahsyat. Bayangan hitam dan bayangan belang silih berganti menyambar bila ada kedua bayangan tersebut beradu pasti terdengar dentuman. Kali ini mereka sama kuat aura yang terpancar masih sama sama kuat. Bahkan sosok kakek kini mengeluarkan aura lebih menakutkan aura hitamnya bercampur seperti api membara. Aku hanya bisa terus berdoa agar mereka bisa mengalahkan para raksasa.
Ini menjadi pertarungan para pendamping leluhurku yang memiliki jalan berbeda. Yang satu menginginkan nyawaku yang satu membela aku.

Kulihat makhluk itu berdiri didepan pintu dapur. Sedang banyak aura tak enak dibelakang makhluk itu. Apakah aku mampu melawan makhluk makhluk itu, aku yakinkan dalam hati semua mungkin bila ada pertolongan Tuhan. Dan tiba tiba .. Semua lampu dirumah padam dan kurasa bukan hanya dirumahku saja mungkin seluruh komplek perumahan dalam keadaan gelap. Aku menyalakan hp menerangi sekedarnya aku mencari posisi dekat Viona, lalu kududuk bersila dekat Viona. Ku pejamkan mata mulai berdoa biarlah gelap tak jadi penghalang.
Dan terlihat terang didepanku bagaikan melihat klise film kulihat sosok almarhum kakek dari ibu yang dulu sering menolong orang, banyak orang datang kekakekku meminta pertolongan kulihat kakek tanpa pamrih menolong. Kulihat kini sosok eyang dan harimaunya setia menemani kakek, ada sosok wanita berbaju hijau bermahkota emas menemui kakekku dan banyak makhluk beraura baik ingin membantu kakek... Pandangan seperti klise itu berubah menjadi sosok kakek dari bapakku yang sedang bertapa digua dalam gunung. Kakek itu meminta kedigjayaan pada penguasa gunung itu makhluk mirip raksasa berambut gimbal bertaring panjang. Ah makhluk itu menawarkan kedigjayaan kekuatan pilih tanding dengan meminta imbalan orang orang yang dikasihi. Kakek bersedia memeberikan anak dan cucunya dengankesaktian.
Pandangan ku berubah jadi disuatu padang luas berdiri malhluk raksasa bermata merah melotot berambut gimbal lidah menjulur sampai pusarnya sungguh makhluk yang tak ingin kulihat. Didepannya berkumpul pula para prajuritnya siap menyerang.
Kurasa tanah disekitarku bergoyang seperti gempa. Disertai desiran angin muncul eyang dengan harimaunya, tak lama kemudian kembali tanah bergoyang dan suara petir terdengar menggelegar muncul kakek pemilik ilmu batara karang dengan pakaian khas jawara dengan ikat kepala aura hitam menyelimuti kakek itu dengan muncul pula hawa panas.
"aku pernah membela kakekmu dan aku akan tetap membela keturunannya": kata eyang.
"Jadi kamu berani menantang aku penguasa hutan larangan, anak itu milik aku": kata Pemimpin para raksasa.
"Berarti kamu harus melawan aku": kata eyang.
Raja dari para raksasa menyuruh prajuritnya menyerang dan beberapa raksasa maju harimau eyang maju menyerang aku tak bisa melihat pertarungan hanya suara angin berderu deru dan ledakan ledakan kecil terjadi. Bahkan dialam manusia pun yaitu dirumahku benda benda berjatuhan seperti tersenggol sesuatu. Kini aku merasakan makhluk yang lebih kuat maju dari arah pasukan raksasa aura hitam dan angin bertiup kencang dari arah sana. Kulihat sosok kakek pemilik ilmu batara karang maju kedepan pertarungan pun terjadi dan lagi lagi hanya bisa kurasakan dari aura yang berbeda walau sama sama hitam tapi memiliki perbedaan aura milik kakek disertai hawa panas seperti membakar apa yang didekatnya. Jangan kan melihat sosok yang bertarung suara angin seperti angin puyuh Cumiakan telinga. Kembali terdengar suara ledakkan ledakkan kali ini dengan bercampur dengan suara auman geraman dan suara mengaduh. Aku tak mampu melihat pertarungan ini yang kulihat hanya bayangan bayangan berkelebat aura harimau eyang, dan aura kakek masih kuat hanya aura pasukan raksasa menghilang satu persatu. Mungkin satu persatu pasukan raksasa kalah. Lalu kulihat seekor macan kumbang maju dari arah pasukan raksasa loncat menyerang harimau eyang. Lagi lagi tanah yang kupijak bergetar hebat kali ini raungan keras terdengar beberapa kali bahkan angin yang bertiup lebih dahsyat. Bayangan hitam dan bayangan belang silih berganti menyambar bila ada kedua bayangan tersebut beradu pasti terdengar dentuman. Kali ini mereka sama kuat aura yang terpancar masih sama sama kuat. Bahkan sosok kakek kini mengeluarkan aura lebih menakutkan aura hitamnya bercampur seperti api membara. Aku hanya bisa terus berdoa agar mereka bisa mengalahkan para raksasa.
Ini menjadi pertarungan para pendamping leluhurku yang memiliki jalan berbeda. Yang satu menginginkan nyawaku yang satu membela aku.

Aku hanya bisa rasakan kekuatan makhluk masing masing. Tak kusangka muncul sosok yang mempunyai aura sama dengan sosok kakek bahkan ini lebih hitam lebih gelap lebih menakutkan mendekati sosok kakek. Belum lagi beberapa sosok sosok yang datang lagi. Sosok eyang disisiku pun maju kedepan. Aku seorang diri dan beberapa makhluk mendekati ku baca doa dan makhluk itu terpental kebelakang seperti menghantam tembok tak terlihat. Aku sudah tidak bisa merasakan sosok sosok yang bertarung karena aku konsentrasi membaca doa. Aku tak tau bagaimana keadaan eyang, kakek yang membelaku karena lawan begitu banyak mereka penguasa kerajaan dihutan larangan. Sedang aku hanya manusia biasa.

Aku terus membaca doa hingga beberapa sosok bisa mendekat aku memukul mereka hingga terjatuh. Tapi muncul lagi makhluk yang lain. terus seperti itu dan ada sosok yang berputar putar terbang mengelilingi aku hingga ada satu makhluk besar lengannya mencekik aku. Kupukul makhluk itu ku tendang tapi makhluk itu seperti tak merasakan apapun.
Tidak aku tidak bisa bernafas. Apakah ini akhir hidupku......

Gelap sunyi sakit sekali yang kurasa.. kesadaranku mulai hilang...
Hitam kelam.... sakit. mataku terbuka tapi gelap... aku meronta ronta sekuat tenaga tapi badan ini mulai melemah sakit mulai menjalar diseluruh tubuhku...
Aku hanya bisa pasrah kucoba menyebut nama Allah didalam hati.. Tiba tiba kudengar lantunan ayat suci quran. Suara itu suara itu aku kenal. Suara ibuku.. ibu dimana kau ibu..
Tiba tiba ku bisa melihat ibu beres sholat tahajud berdoa mendoakan keselamatanku kemudian membaca quran. Kudengarkan suara ibu membaca Al Quran.. sedikit demi sedikit aku menirukan apa yang ibu baca.. Kini aku lihat jelas makhluk mengerikan yang mencekikku.. Mata merah menyala dengan rambut gimbal taringnya yang sepanjang tanganku dan lidahnya menjulur panjang meneteskan air liur.. Ku ikuti apa yang dibaca ibu.. Perlahan rasa sakit diseluruh tubuhku berganti rasa hangat. Entah kenapa aku sangat tentram mendengar suara ibu mengaji padahal aku tahu saat itu ibu ada jauh dikota lain. Sedikit demi sedikit badanku bisa bergerak hawa hangat menjalar diseluruh tubuhku. Dan hawa hangat yang menjalar ditubuhku menjadi rasa panas bagi makhluk yang mencekikku. Makhluk itu berusaha sekuat tenaga mencekikku tapi rasa panas dari tubuhku mulai membakar tangan makhluk itu dan makhluk itu bertahan mencekikku anehnya ada api muncul dari tubuhku memulai membakar makhluk itu. Jerit menyayat hati terdengar dari makhluk itu sambil menggeliat geliat merasakan panas. Kudengar ibu selesai membaxa Quran.. Tapi aku masih merasa bukan di alam manusia. Tiba tiba muncul wanita cantik bermahkota emas.. Dipegang tanganku diajaknya aku menuju pintu bercahaya...
"Pulanglah nak itu jalan mu bersabarlah jalan hidupmu masih panjang": kata wanita itu.
"Ke arah itu?": tanyaku.
"ya nak, jangan khawatir ibu menjagamu dari sini": kata wanita itu.
Aku melangkah kearah pintu cahaya itu dan aku tersadar tapi kenapa gelap.. Aku teringat tadi rumahku mati lampu. Aku mencari hpku belum ketemu tiba tiba lampu semua menyala. Astagfirullah rumahku berantakan barang barang terserak tidak pada tempatnya kulihat Viona dan Bibi masih tertidur. Tak lama kemudian terdengar adzan subuh.. Kemudian Viona bangun..

"aa udah bangun duluan, yang kenapa rumah berantakan gini": kata Viona
"ceritanya panjang nanti kuceritakan, sekarang kita sholat subuh aja yang": kataku.

Aku melangkah kekamar mandi dipojok dapur ada bekas seperti terbakar. Ah sudahlah yang penting keluargaku masih diberi keselamatan. Aku sangat bersyukur memiliki ibu yang rela bangun tengah malam sholat tahajud mendoakan keselamatan anakmu ini.

Aku sholat subuh dan selesai sholat subuh aku berdzikir dan terdengar bisikan lembut.

"Jangan lengah perjalananmu masih panjang takdirmu belum selesai"

Aku tahu masih berliku jalan yang akan kutempuh aku tak tau apakah Penguasa Hutan Larangan sudah merelakanku atau tidak..

Gelap Tak Selamanya Kelam (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang