82. Gangguan

1.1K 58 0
                                    


Sudah beberapa hari ini aku sangat sibuk hingga kejadian yang berhubungan dengan Dewa sempat terlupakan. Aku mesti menangani pekerjaan yang biasa ditangani Indri dan Deni, karena mereka berdua sedang liburan bulan madu. Belum cafe yang semakin ramai dan yang terakhir usaha percetakan yang baru kurintis bersama Intan.

Tapi sepertinya makhluk jahat belum mau pergi dari kehidupanku. Bermula dari ku membeli minuman mineral dalam kemasan. Dari toko tak ada yang aneh, tapi ketika di kantor pas aku mau minum, didalam botol air mineral itu ada rambut. Ya banyak rambut. padahal dari toko tidak ada apa apa hanya air saja.

Gangguan tak hanya sampai disitu ketika aku hendak kekamar mandi mendadak ada bayangan hitam seperti menghalangi jalanku. Segera ku membaca doa dan bayangan hitam mulai menghilang. Aku menjadi lebih hati hati. Suara garukan didinding, suara langkah tanpa ada orang menjadi sering terdengar.

Hpku berdering telpon dari Pak Dayat. Beliau menceritakan bahwa beliau sedang membantu mba Desi. Yang bikin pak Dayat bingung karena gangguan pada mba Desi begitu kuat. Pak Dayat melihat kursi yang bergerak sendiri. Bekas lebam ditangan mba Desi seolah bekas tangan dipegang. Bayangan bayangan seperti manusia terlihat sekilas sekilas. Suara tangis wanita yang terdengar tengah malam. Suara anak kecil tertawa dekat Dewa. Bahkan air putih yang ditawarkan mba Desi tiba tiba berwarna merah seperti darah dan kemudian seperti biasa kembali. Sepertinya gangguan ini berbeda dari biasanya. Aku tebak pak Dayat tak bisa melihat sosok Wilma sebab perasaanku suara tawa anak kecil dekat Dewa adalah Wilma.

Aku sendiri belum bisa menentukan cara menolong mba Desi. Aku berharap bisa membuka tabir apa yang terjadi dengan Dewa dan mba Desi dan bisa membantunya. Pa Dayat memintaku untuk bertemu dengannya dirumah mba Desi malam ini. Pak Dayat merasa tak mampu membantu mba Desi seorang diri.

Singkat cerita selepas magrib aku sudah dirumah mba Desi. Selain ada pak Dayat ada rekan pak Dayat yaitu pak Karim teman pak Dayat di pesantren. Kami mulai mengobrol ringan. Dewa muncul dan minta pangku pada ku. Ku pangku Dewa, kuusap lembut rambutnya kasian anak sekecil ini menanggung beban seberat ini. 
Tiba tiba pintu dapur seperti dibanting. Pak Dayat dan Pak Karim segera kebelakang sedang aku masih diruang tamu menemani Dewa dan mba Desi. Terdengar suara Pak Dayat dan Pak Karim membaca doa. Aku menurunkan Dewa dan berdiri hendak menyusul pak Dayat. Tapi tiba tiba rambut panjang turun dari langit langit kutatap ke atas astaga ada sosok wanita merayap diatas langit langit rumah rambutnya terjuntai panjang menyentuh lantai. kuku wanita itu panjang senyumnya menyeringai memperlihatkan gigi gigi runcing dan bola matanya hitam semua. Badan sosok wanita itu menghadap keatas sedangkan kepalanya 180 derajat terbalik menatap kami dari atas. Kik..kik..kik..kik..kik suara tawa yang aneh terdengar sontak Dewa dan mba Desi memelukku erat..

Aku tak tahu apa yang terjadi dibelakang nampaknya Pak Dayat dan Pak Karim pun sedang menghadapi makhluk yang berniat jahat. Kini sosok makhluk itu lompat dan berdiri didepan kami. Aku segera berdoa, ku suruh mba Desi berdoa sosok makhluk berambut panjang kini berdiri membesar bahkan tingginya hampir menyentuh langit langit. Mba Desi menyembunyikan wajahnya dilenganku dan Dewa memelukku erat sekali. Aku terus membaca doa dan mengumpulkab tenaga dalam mengatur pernafasanku. Ku membuat pagar ghaib agar makhluk itu tak bisa menyentuh kami. Berulang kali makhluk itu berusaha menyentuh kami dengan tangan yang memiliki kuku panjang, tapi seperti ada tembok penghalang yang tak nampak. Ketika makhluk itu mencoba lagi untuk memegang kami kupukulkan tanganku yang tak dipegang mba Desi. Tenaga dalam dari pukulanku membuat makhluk itu terpental dan menghilang.

Aku baru sadar mba Desi memelukku erat sekali sehingga bagian depan tubuhnya menempel padaku, dan aku merasa risih dipeluk bukan oleh muhrim.

"Maaf mba, yang ganggu udah pergi tolong lepasin pelukkannya": kataku.
"Oh maaf tadi saya ketakutan sekali": kata mba Desi tersipu malu.
"Ya mba sekarang aman kita tunggu disini kabar dari pak Dayat.": kataku.
Aku kembali duduk dan Dewa seperti enggan jauh dariku. Bila diperhatikan mba Desi lumayan cantik kupikir umurnya kisaran 28 tahunan. Tapi kemana suaminya ya.

Pak Dayat dan pak Karmin datang dari belakang. Pak Dayat bercerita bertemu makhluk seperti genderuwo dibelakang dan akhirnya Pak Dayat dan Pak Karmin berkelahi dengan makhluk itu. Susah payah pak Dayat dan Pak Karmin mengalahkan makhluk itu.

"Maaf mba saya dari tadi tidak lihat suami mba?": kataku.
"Begini mas Aka suami saya, papanya Dewa meninggal 6 bulan yang lalu karena sakit.": kata mba Desi.
"Maaf ya mba, aku turut berduka. Apakah mba sebelum ini mengalami gangguan gangguan seperti ini?": tanyaku.
"Dirumah yang dulu iya mas aka, saya jual rumah itu biar ga diganggu lagi eh sekarang malah lebih parah gangguannya": kata mba Desi.

"Om malem ini tidur disini ya": kata Dewa.
"Ga bisa Dewa, om kan harus temenin tante dirumah": kataku.
"Nanti kalo yang jahat dateng lagi gimana": kata Dewa
"Om kan jagain Dewa dari jauh": kataku.
"Oh yang malem malem harimaunya om yang dateng kekamar Dewa, pantes kata Wilma harimaunya ga galak baik jagain Dewa": kata Dewa polos.
Aku cuma tersenyum.
"Mas aka bisa liat wilma temennya Dewa": tanya mba Desi.
"Iya, pas pertama kali aku bertemu Dewa dia sedang main dengan Wilma, coba kutebak rumah yang dulu peninggalan Belanda kan?": kataku.
"Iya, apa Wilma itu roh orang Belanda?": tanya mba Desi.
"Bukan itu jin yang suka ngikutin orang Belanda itu jadi dia bisa menyerupai dan meniru tingkah laku manusia yang diikuti.": kataku.
"Mba Desi kalo malam nanti ada gangguan sms aja atau ke pos ronda yang ga jauh dari sini kebetulan Bapak giliran ronda malam ini": kata Pak Dayat.
Kemudian kami ngobrol sebentar aku kemudian pulang Pak Dayat dan pak Karmin pergi ngeronda.

Gelap Tak Selamanya Kelam (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang