36. Sebuah Tanda

1.3K 61 0
                                    

Sebenarnya badan ini masih sakit, tapi ada urusan yang harus kuselesaikan. Untung hari ini ga ada kuliah. Selesai sarapan aku pamit pada Ibu pergi ke kantor distro. Biasa kebiasaanku selalu cium tangan ibu sebelum pergi. Ku mengendarai motor pelan karena angin yang berhembus terasa sakit ke dadaku. Sampai di kantor ku parkirkan motorku. Rumah yang dipake kantor ini lumayan luas halaman pun luas masih ada beberapa ruang dalam rumah belum terpakai.
Kulihat mobil deni terparkir dihalaman tumben udah dateng pagi pagi.

"Tumben pagi pagi udah kesini": kata Deni melihatku masuk keruangan.
"iya nih mau desain kartu undangan buat kaka aku": kataku.
"wah teh Ida mau nikah kapan": kata Indri.
"dua bulan lagi, Den bawa roko minta sebatanglah": kataku
"wah tumben lu mau roko filter biasanya kretek": kata Deni.
"dada aku sakit nih apalagi kalo narik nafas": kataku.
"coba gue liat nanti gue coba obatin pake tenaga dalam, buka kaos lu": Kata Deni.
Aku membuka kausku.
"Astaga kamu kenapa?": kata Indri
"emang kenapa?": tanyaku
"itu dada kamu": kata Indri.

Kulihat dadaku bagian kanan yang sakit. Astaga aku baru sadar dadaku lebam biru kehijauan padahal tadi pagi tidak ada. Separah inikah lukaku.

"Permisi, ih kaka aka koq buka baju segala": kata Viona
"ah pake pura pura kaget padahal seneng kan liat aku buka baju": kataku.
"kaka aka jelek": kata viona sambil nyubit aku.
"aduh": kataku kali ini memang terasa sakit mungkin karena kondisi badanku.
"jangan dicubit aka lagi sakit tuh liat dadanya, viona tumben kamu pagi pagi kesini": kata Indri.
"ada perlu ama kaka aka, ih koq punggung nya koq biru biru": kata viona.. ternyata beberapa badanku pada lebam.
"udah cerita aja ka, sambil gue obati": kata Deni.

Deni duduk dibelakangku menempelkan telapak tangannya dan aliran rasa hangat mulai terasa. Penguasaan tenaga Dalam Deni semakin meningkat. Aku mulai menceritakan kejadian semalam sampai ku bertemu sosok wanita misterius.

"Den, kayanya bila ada gangguan lagi ke Om Hadi kayanya kita mesti minta bantuan pa Jamil": kataku.
"iya aka jangan kamu hadapi sendiri kamu sampai babak belur gitu": kata Deni.
"keadaan papah kamu ga apa apa kan Viona?" : tanyaku.
"ga apa apa cuma malam keadaannya ngeri seperti ada suara suara angin terus ada benda jatuh sendiri": kata Viona
"Kalo abah panca gimana kabarnya?": kataku
"Dia didesa menjalani hidup sebagai petani": kata Deni.
"kurasa yg dendam kepada om Hadi masih penasaran mungkin masih mencari dukun santet yg lain karena dia banyak duit"' kataku
"kaka tau siapa orangnya?": kata Viona.
"aku ga bisa bilang takut jadi fitnah karena tidak ada bukti": kataku.
"coba kita ketemu aja abah panca minta pendapatnya": kata Deni.
"kalo aku sih setuju, bagaimana pendapat Viona": kataku.
"Aku malah disuruh minta pendapat kaka aka.": kata Viona
"Ya udah kapan kita ketempat abah panca": kataku.
"besok boleh": kata Deni.
"aku ikut boleh ga": kata Viona.
"aku juga ikut": kata Indri.
"minta ijin dulu sama papah boleh ga": kataku.
"iya kaka bawel": kata Viona.
Viona mengambil hp dan menelpon om Hadi.
"permisi, aka nya ada": suara cw diluar ruangan.
"ada masuk aja": kata Indri.
"maaf ya ngeganggu": kata cw itu.
ku lihat siapa yang datang.
"intan, koq kamu tau aku disini": kataku
"kan bareng Irene": kata Intan.
"hai aka": suara Irene lirih.
"tumben Irene pagi pagi kesini": kataku.
"ini nganter Intan mau pesen kaos buat komunitas": kata Irene
"oh langsung aja sama bos Indri": kataku.
"kamu kenapa ka?": tanya Intan.
"ga kenapa kenapa lagi main pijet pijetan ama Deni": kataku.
"Dah ah ga konsen gue nanti dilanjut lagi": kata Deni.
Aku memakai kaosku lagi.
"kenapa badannya biru biru gitu aka": kata Irene.
"tuh yang mijitnya kekencengan jadi biru biru badanku": kataku sambil nunjuk Deni.
"hahaha emang tenaga gue sekuat itu apa dasar aka oon": kata Deni.
"Mana rokonya Den aku minta": kataku.
"Lagi sakit masih aja ngeroko": kata Indri.
"Aku ngeroko diluar ya": kataku
"iya jangan didalem bau": kata Indri

aku melangkah keluar ruangan duduk dikursi diteras depan. Kuhisap dalam dalam roko dari Deni. Kulihat Irene mengikutiku.

"aka aku boleh duduk disini": kata Irene.
"silahkan": kataku. Irene duduk disamping kiriku.
"kamu kenapa sakit?": kata Irene.
"sedikit tapi ga apa apa": kataku.
"maafin aku yah kalo selama ini aku nyakitin kamu": kata Irene.
"ga ada yang perlu di maafin": kataku.
"aka apa yang harus kuperbuat agar kamu mau memberi aku kesempatan bisa dekat dengan kamu lagi": kata Irene.
"lah ini kan dekat kamu duduk disebelah aku": kataku.
"maksudku hubungan kita aku ingin memulai kembali dari awal": kata Irene.
Aku terdiam.
"aku akan lakukan apapun asal kamu mau kasih kesempatan": kata Irene memelas.
"apapun?": kataku.
"iya apapun kamu yg kamu mau aku akan turuti. Aku udah bilang mantan aku jangan hubungi aku lagi no hp aku sudah ganti, bbm,line,wa aku ganti biar dia tidak ganggu aku lagi": kata Irene.
"Horeeee aku boleh ikut sama papah": kata Viona yang tiba tiba muncul dan langsung duduk disamping ku.
"yang bener": kataku
"bener malah disuruh papah bawa mobil disupiri pa yayat": kata Viona.
"pada mau kemana aku koq ga diajak aka": kata Irene.

Muka viona langsung berubah jutek denger kata kata Irene, dan Irene menatapku dengan wajah yang memelas. Hari yang aneh bagiku..

Gelap Tak Selamanya Kelam (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang