97. Roda kehidupan.

1K 60 0
                                    

Roda kehidupan selalu berputar. Waktu yang lalu mama Shinta dan Tania berduka karena Om Broto, kini Tania bahagia karena sudah resmi bertunangan dengan Diki. Kini Tania tidak lagi kos tapi tinggal lagi dengan mamanya. Dan ternyata Diki anak pak Arman pemilik kos kosan yang pernah ditempati Tania.

Hari itu aku sedang dikantor distro. Aku sudah jarang kekantor karena kesibukan masing masing. Dikantor ku bertemu Indri yang kebetulan mengajak putranya.

"Ka lama kita tak bertemu?": kata Indri.
"Iya, sibuk akhir akhir ini kalo Deni kemana jarang ketemu nih cuma sering sapa aja sosmed": kataku
"Deni sibuk lagi persiapan nyalonin jadi anggota DPRD": kata Indri.
"Hebat dong": kataku.
"Ah aku gak suka Deni ingin jadi anggota DPRD, penghasilan dari usaha aja udah cukup buat hidup. Aku malah iri sama Viona, kamu lebih sering ngehabisin waktu sama keluarga. ": kata Indri.
"Ah kamu tau dari mana": kataku.
"Aku kan suka chat sama Viona": kata Indri.
"Viona pernah bilang ingin lebih banyak waktu denganku ya aku turutin, lagi pula aku nikah dengan Viona untuk lebih banyak waktu dengannya. Anjas sekarang berapa tahun": kataku.
"Udah 16 bulan, seandainya Deni punya pemikiran seperti kamu": kata Indri.
"Berdoa aja, aku bisa seperti ini karena doa dari Viona juga": kataku.
"Iya, aku ikutin saran kamu": kata Indri.

Hpku berdering kulihat ada telpon dari ibu.

"Asalamualaikum bu, ada apa?": kataku.
"Walaikum salam nak cepet kerumah sakit, ibu dapat kabar dari pa Rt tania dan Viona kecelakaan": kata ibu.
"Astagfirullah rumah sakit mana":tanyaku.
"Rumah sakit Internasional, ibu dan Shinta sedang kesana": kata ibu.
"Ya ibu aku berangkat sekarang kesana": kataku.
Telpon ditutup.

"Aka ada apa?": kata Indri
"Viona dan Tania kecelakaan": kataku.
"Terus bagaimana kabarnya?": kata indri
"Aku belum tau aku berangkat dulu": kataku
"Hati hati ka, kabarin aku secepatnya": kata Indri.
"Iya indri": kataku.

Aku bergegas mengendarai mobil ke rumah sakit dan ternyata jalanan padat, perasaanku sangat kacau,pikiranku tertuju hanya pada keadaan Viona dan Tania.
Waktu berjalan seperti lama hingga akhirnya aku sampai dirumah sakit. Aku segera menelpon ibu menanyakan apa sudah sampai. Ibu memberitahuku sudah berada di IGD. Aku segera menuju IGD. Kulihat Ibu, mama Shinta dan pa Rt ada disana.

"Ibu bagaimana kabar Viona dan Tania": kataku
"Sedang dalam perawatan, ibu juga sedang menunggu kabar": kata ibu.
"Pa Rt tau kenapa istriku bisa kecelakaan": kataku.
"Gini nak bapak waktu itu ada didepan komplek lagi beli makanan. Bapak liat Tania pake motir menggonceng Viona berhenti gak jauh dari bapak kayanya mau beli makanan. Tiba tiba ada mobil nabrak motor Tania terus kabur Bapak sama beberapa orang fokus nolongin tapi kayanya ada pedagang yg nyatet nopol mobil itu": kata Pa Rt.
"Ya makasih pa Rt": kataku.

Seorang dokter menemui kami. Dokter memberitahu kami kalau Tania mendapat luka yang mesti dijahit dan beberapa luka ringan. Yang parah adalah Viona yang mengalami pendarahan. Dokter menyarankan operasi cesar agar bayinya bisa diselamatkan mengingat usia kandungan pun sudah mencapai 7 bulan.
Aku dan ibu menyetujui operasi. Aku membereskan administrasi Viona sedang ibu dan mama shinta menunggu.

Beres menyelesaikan administrasi aku balik ke Ibu. Ibu mengajakku menemui Tania. Aku memasuki ruangan kulihat Tania sedang duduk diatas ranjang. Beberapa luka ringan ditubuhnya sedang ditangannya luka jahitan.

"Kaka maaf aku ga bisa jaga kaka Viona": kata Tania sambil menangis.
"Ga apa apa bukan salah kamu": kataku.

Dalam hatiku sangat sedih aku sangat terpukul atas kejadian ini. Padahal beberapa malam sebelumnya aku bermimpi Viona celaka. Aku tak yakin itu akan menjadi kenyataan.

"Kak, maafin aku. Aku yang ngajak ka Viona pergi beli makanan": kata Tania.
"Bukan salah kamu, semuanya sudah terjadi, tak perlu mencari kesalahan. Bantu doain Viona ya": kataku.
"Pasti kak, aku akan selalu mendoakan kak Viona": kata Tania.
"Bu, sebaiknya ibu pulang dulu aku khawatir kasian Anisa dirumah": kataku.
"Iya nak, ibu juga kepikiran Anisa takut nangis nyariin ibunya": kata ibu.
"Bareng aja sama kami, Tania sudah boleh pulang"' kata mama Shinta.
Tak lama kemudian Ibu, mama Shinta, Tania pulang. Pak Rt pamit padaku dan memberitahu motor Viona yang tertabrak di titipkan dibengkel. Aku berterimakasih pada pak Rt atas segala bantuannya.

Aku sendiri menunggu kabar dari ruang operasi. Indri menelponku menanyakan kabar Viona. Ku memberitahukan bahwa sedang dioperasi. Indri mendoakan untuk kesembuhan Viona.

Waktu serasa berjalan lambat. Hingga seorang dokter menemuiku memberitahu bahwa operasi berhasil. Anak keduaku lahir dengan selamat dan seorang laki laki. Tapi Viona masih dalam kondisi tidak baik dan harus dirawat di ICU. Rasa bahagia memiliki putra bercampur dengan rasa sedih atas kondisi Viona membuatku tak bisa berkata kata. Aku berdiri terdiam hingga tepukan dibahuku menyadarkanku. Kulihat Joko dan Irene ada disini.

"Bagaimana keadaan Viona": tanya Joko.
"Masih harus dirawat di ICU. Tapi putra ku sudah lahir lewat operasi cesar": kataku.
"Sabar ya ka, aku yakin kamu mampu lewati ini semua": kata Irene.
"Bisa nengok Viona?": kata Joko.
"Belum bisa paling jam besuk malam": kataku.
"Kalo putramu, bisa kami melihatnya": kata Joko.
"Bisa ada diruang untuk bayi, ayo kita liat aku juga belum liat": kataku.

Kami berjalan menuju ruang khusus bayi. Sesampainya disana kami melihat dari kaca diluar ruangan. Ada beberapa bayi dalam inkubator. Kucari yang ada namaku disana. Kulihat bayi yang disisi namanya ada namaku. Rasa bahagia terbesit dalam hatiku. Tapi sedih kurasa ketika ku ingat Viona. Aku berjalan menuju bangku dan duduk. Joko dan Irene duduk disampingku.

"Sabar ya ka, kamu harus kuat demi kedua anakmu": kata Irene.
"Iya ka, gue akan bantu semampu gue": kata Joko.
Hp Joko berdering, Joko menjawab telpon.
"Ka, kamu pasti belum makan": kata Irene.
"Belum, aku belum ingin makan": kataku.
"Kamu harus makan, jangan sampai sakit kamu harus sehat biar bisa jaga keluarga kamu, aku pergi cari makanan dulu jangan kemana mana": kata Irene.
"Ka aku kedepan dulu jemput Erni. Dia sudah sampe didepan": kata Joko.
"Iya": jawabku.

Aku termenung sendiri. Tiba tiba harum semerbak bunga melati tercium kuat. Dan kulihat disisiku tiba tiba muncul wanita cantik berbaju hijau.

"Jangan khawatir anakmu akan kujaga": kata wanita itu.

Aku jadi teringat ancaman makhluk yang dulu pernah mengatakan menginginkan anakku.


"Aku akan menjaga anak mu seperti aku menjaga orang orang sebelum kamu": kata sosok wanita itu.

Dan tiba tiba sosok wanita itu hilang. Dan nampak Joko dan Erni menghampiriku.

"Aneh koq wangi melati ya disini padahal ga ada pohon melati disekitar sini": kata Joko.
"Paling ada yang pake parfum melati, ka yang sabar ya kami semua berdoa untuk kesembuhan Viona": kata Erni.
"Makasih ya, kalian tau dari mana Viona kecelakaan": kataku.
"Dari Indri dia bbm aku, eh putranya udah lahir ya bisa liat?": kata Erni.
"Ayo gue anter": kata Joko.

Erni dan Joko pergi melihat putraku. Tak lama Irene datang dan duduk disebelahku.

"Makan dulu": kata Irene.
"Makasih ya": kataku.
"Iya, kamu dan Viona baik sekali sama aku. Pas aku sakit kalian bantu aku. Apapun akan kulakukan untuk balas budi pada kalian": kata Irene.
"Udah ga usah kamu pikirkan balas budi segala, aku hanya minta bantu doa dari kamu agar Viona kembali seperti biasa": kataku.
"Iya, tanpa kamu minta aku selalu doain kamu dan Viona": kata Irene.
Aku memakan roti yang dibawa Irene, pikiranku masih memikirkan keadaan Viona.

"Ka, anakmu putih ya mirip bundanya": kata Erni.
"Eh ka kamu malem nunggu disinikan sama siapa?": kata Joko.
"Iya, aku nunggu sendiri": kataku
"Gue temenin ya, eh Anisa dirumah siapa yang temenin": kata Joko.
"Ada Ibu, aku takut Anisa rewel ga ada bundanya": kataku.
"Ga lah kan ada neneknya": kata Erni.
"Udah mau magrib aku cari musola dulu": kataku.
"Iya ka, aku pamit dulu besok aku balik lagi kesini": kata Erni.
"Iya, Irene kamu pulang bareng Erni aja": kataku.
"Iya aku bareng Erni aja": kata Irene. Aku dan joko pergi mencari mushola. Irene dan Erni pulang.

Singkat cerita setelah ke mushola dan sholat berjamaah, aku dan Joko kembali keruang tunggu ICU. Ada beberapa orang yang sama menunggu kerabatnya yang dirawat di ICU.

Jam besuk malam aku diperbolehkan menemui Viona. Aku memasuki ruang dimana Viona dirawat. Kulihat Viona terbaring belum sadarkan diri dengan beberapa alat yang menempel didirinya. Wajahnya pucat, kupandangi wajah yang bertahun menemaniku. Masih ku ingat ketika ku pergi Viona mencium tanganku, dan tersenyum. Senyum yang selalu kulihat setiap pagi. Kuingat suara lembutnya, harum rambutnya yang menelusup relung hatiku. Kini penyemangat hidupku terbaring tak berdaya. Kukecup lembut keningnya tak terasa air mata menetes. Ku berbisik ditelinganya.."kamu harus sembuh sayang, kedua anak kita butuh kasih sayang bundanya".
Kupegang lembut tangannya. Aku merasa waktu terasa singkat. Belum lama aku bersama Viona waktu besuk sudah habis. Aku mesti keluar dari ruangan ini. Aku merasa waktu bersama Viona begitu berharga.

Gelap Tak Selamanya Kelam (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang