61.Dua Dunia (irene)

1.2K 58 0
                                    

Malam itu kulihat Viona, mama Shinta, Tania dan Bibi sudah tertidur di ruang keluarga. Aku mencoba mencari arti kejadian kejadian ini. Lama aku menajamkan batin sambil berdoa. Seperti ada yang berbisik disisiku suara lembut. Tapi tak begitu kuperhatikan aku tau itu cuma gangguan. Hingga aku seperti sedang berhadapan dengan sosok tanpa wujud hanya bayangan tak jelas. Kali ini ada suara jelas disampingku.

"kali ini dia yang terkuat yang akan kamu hadapi": kata suara itu.
"apa yang harus kulakukan?": kataku dalam hati.
"selesaikan satu persatu dari yang termudah": kata suara itu.

Tiba tiba wajah Irene terbayang, memang kemarin ada masalah dengan Irene gara gara foto itu. Tapi sosok tak jelas itu siapa dan bagaimana menyelesaikannya.
Tiba tiba terbayang wajah ibuku mungkin aku harus ketemu ibu meminta doa. Kubuka mataku kulihat jam 4 pagi bentar lagi adzan subuh ku bangkit ke kamar mandi mengambil wudhu.

Aku terbangun sudah pukul 10 siang gara gara semalam begadang. Hpku berdering ternyata Ibu menelpon. 

"hallo, ibu apa kabar": kataku.
"sehat nak bagaimana kabarmu": kata ibuku.
"baik, bagaimana kabar teh Ida": kataku
"teh Ida baik sekarang lagi hamil udah 7 bulan, Ibu kangen nak ibu mau ketemu sama mantu ibu": kata Ibu.
"ya ibu aku juga kangen ntar aku ada waktu kerumah ibu": kataku
"ga usah besok ibu main kerumah kamu dianter sama mas Indra": kata Ibu.
"oh iya bu kutunggu": kataku.
"ya udah dulu ya nak": kata ibu.
Telpon terputus. 
"siapa yang?": kata Viona.
"ibu katanya kangen sama kamu": kataku
"sama aku juga kapan dong main kerumah ibu": kata Viona
"ga usah besok ibu kesini": kataku.
"asik, udah mandi dulu katanya mau liat tempat untuk cafe temen temen": kata Viona
"iya aku mandi": kataku.

Aku mandi beres mandi aku langsung makan. Pamit pada Viona dan bilang ga usah kuatir kejadian seperti kemarin tak akan terjadi lagi.
Aku mengeluarkan mobil dari garasi dan menuju kosan Intan menjemput Intan untuk melihat tempat yang rencananya untuk usaha cafe kami bersama. Tak lama aku sampai di kosan Intan aku telpon dia aku sudah didepan kosan. Kulihat Intan keluar dari kosan dan masuk kemobil.

"ka, Opik,Joko,dan Erni udah ditempat kita langsung kesana ya": kata Intan
"iya kasih tau jalannya aku ga apal": kataku.
"siip": kata Intan.

Mobil meluncur memasuki jalan utama. Lalu lintas agak macet hari itu.

"opik ga cemburu nih kamu naik mobil sama aku": kataku.
"ya ga lah kan opik tau kamu dah merit terus aku sama kamu dan Viona sobat": kata Intan.
"baguslah kalo gitu": kataku.
"ka liat itu,itu kan irene": kata Intan

Ku melihat dipinggir jalan Irene sedang bertengkar dengan wanita setengah baya dan 2 orang perempuan muda. Kulihat Irene didorong dorong dan ditampar kemudian mobil yang biasa dipakai Irene dibawa pergi.

"ka, samperin Irene kasian": kata Intan.
"iya": kataku.

Mobil kuhentikan dekat Irene. Aku dan Intan turun menghampiri Irene yang sedang menangis. Intan mengajak Irene naik mobil dibelakang. Akupun kembali ke mobil.

"Irene kenapa?" kata Intan.
Irene hanya menangis.
"kemana nih apa balik lagi kekosan nganter Irene?": tanyaku.
"ga usah aku ikut kemana kalian pergi": kata Irene.
"kamu gak terluka apa perlu lapor polisi mobil kamu dibawa pergi": kataku.
Irene masih menangis.
"udah aka jangan ditanya aja udah jalan aja": kata Intan.
"iya ibu, koq ane serasa jadi sopir": kataku becanda.
"hihihihihi kaya sinetron dong kalo punya supir ganteng kaya kamu ka": kata Intan.
"kalo supirnya ganteng gajinya gede dong": kataku.
"gedelah apalagi jadi supir plus plus": kata Intan.
"supir plus merangkap pembantu plus merangkap tukang kebun ya": kataku.
"iya hihihihi tauuu aja": kata Intan
Irene sedikit tersenyum. Mobil melaju menuju tkp.

Mobil memasuki pelataran parkir tempat ini.
“Ren hapus dulu air matamu ga enak diliat temen temen”: kataku
“iya”: jawab Irene sambil menghapus air mata.
Aku,Intan dan Irene pun turun dari mobil. Aku memghampiri Joko dan Erni yang sedang mengatur meja dan kursi. Opik mendatangiku sambil membawa kertas.
“Ini daftar peralatan yang kurang, sama uang yang kemarin sudah habis untuk dp tempat sama peralatan meja, kursi dll”: kata opik
“jadi kurangnya berapa biar aku transfer hari ini biar cepet beres dan buka cafenya”: kataku
“Totalnya ada dicatatan itu sama no rek yg punya tempat untuk pembayaran sewa tempatnya”: kata Opik.
“ya udah aku beresin hari ini, rencananya buka kapan?”: kataku
“Minggu depan, besok mau cari karyawan”: kata Erni.
“Ya udah aku kedalam liat liat ruangannya”: kataku
Aku masuk kedalam sebenarnya tempat ini adalah rumah karena harga sewanya murah dan tempat strategis Joko memilih tempat ini. Aku menuju lantai 2 ternyata lantai 2 tempatnya ga terlalu luas cocok buat kantor cafe dan ada kamar bisa untuk istirahat karyawan. Terdengar langkah kaki menaiki tangga. Kulihat Irene mendatangiku. 
“aka aku ingin bicara”: kata Irene
“Ada apa”: kataku.
“soal tadi dijalan itu istri dan anak dari pacarku. Mereka mengambil mobil yang diberikan pacarku.”: kata Irene.
“Ya kamu salah kenapa ga milih yg singel ini malah milih yang dobel atau ganda campuran “: kataku
“Emang bulutangkis ada ganda campuran, itu juga semua gara gara kamu aka”: kata Irene
“Kenapa aku jadi yang salah”: kataku.
“Karena kamu gak memberi kesempatan kedua pada aku, kamu memilih Viona yg kaya. Seandainya aku kaya kamu mesti mau memberiku kesempatan”: kata Irene.
“Kamu yg salah mengerti kamu tau dulu pas pertama kita jadian kita punya impian sama menjalani hidup dengan orang yang benar sayang dan menerima apa adanya tapi kamu khianati dengan membagi cinta kamu dengan yang lain”: kataku.
“Tapi aka aku berusaha agae kamu kembali padaku tapi kamu menjauh. Kamu tak pernah memberiku kesempatan, kamu jahat, kamu tak pernah mengerti aku”: kata Irene.
“Seandainya kamu mau mengerti, dan memahami takdir kita kamu kan tau kalo aku selalu ada sebagai sahabat. Aku tak perlu cerita apa yang pernah kulakukan untukmu”: kataku
“Aku tau kamu pernah menyelamatkan ku ketika ku sakit kamu yang nganter aku kerumah aakit bahkan uang kamu terpakai kamu tak pernah menagih uang itu. Sakit tau hati ini liat orang yg baik sama aku menikah dengan orang lain.”: kata Irene.
“Kamu harus terima kenyataan ini. Aku akan jadi sahabat kamu walau apapun yang terjadi antara kita dahulu”: kataku.

“baiklah aku coba mengerti bahwa kita hanya sahabat tak bisa lebih”: kata Irene
“Nah gitu kan kata orang cinta tak harus memiliki, aku harap kamu mengerti”: kataku
“Iya aku mengerti ka”: kata Irene
“Aku lebih suka kamu yang dulu yang sederhana, terus jangan kirim pelet lagi terakhir buang susuk diwajah kamu ga baik tau”: kataku.
“Aka koq tau sih tapi aka ga marah kan”: kata Irene
“ga lah ya udah kita balik ke temen temen ga enak berdua aja tanpa orang lain”: kataku.
Aku dan Irene turun dari lantai 2. Ku menghampiri teman teman. Ku ambil hp dan mentransfer pelunasan sewa tempat dan modal awal usaha. Aku tunjukkan bukti transfer ke opik. 
“maaf ya teman teman aku pulang duluan ada perlu lagi”: kataku.
“ok nanti biar Irene sama aku pulangnya naik taksi”: kata Intan.
Aku menuju mobil dan mengendarainya menuju rumah. Daripada suntuk aku menyetel mp3 . Tapi anehnya musik berhenti ditengah tengah lagu, sesaat kemudian berganti suara menggeram dan berkata”sebentar lagi kamu mati” suara itu terdengar . siapakah makhluk itu dan apa yang dia incar.

Gelap Tak Selamanya Kelam (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang