Hujan gerimis mewarnai hari ini. Dan terulang lagi hal yang tidak kusuka. Aku berdiri di tanah merah di pemakaman umum dikampung halaman Irene. Mama Irene menghembuskan nafas terakhirnya ketika baru saja tiba dirumahnya. Aku,bersama Joko, Intan mengantar Irene dari kota kekampung halamannya. Berulangkali Irene pingsan melihat jenazah ibunya. Adik Irene yang masih duduk dibangku SMA pun terlihat sangat terpukul.
Aku, Joko dan Intan berusaha menguatkan hati Irene. Apalagi Irene pun masih dalam masa penyembuhan pasca operasi. Kami semua takut hal yang tak diinginkan terjadi dengan Irene.
Setelah selesai pemakaman orang orang sudah mulai meninggalkan area pemakaman tapi Irene masih bersimpuh didepan makam mamanya. Aku dan paman Irene membujuknya, akhirnya Irene mau pulang.
Sungguh aku tak tega melihat Irene seperti ini. Matanya seperti bengkak karena terlalu lama menangis. Malam itu aku terpaksa menginap. Aku terlalu cape untuk menyetir mobil kekota. Saran Intan dan Joko agar besok pagi saja kembali kekota. Malam itu keluarga Irene sedang berunding, aku, Joko dan Intan yang bukan termasuk keluarga duduk diteras rumah Irene.
Karena mengantuk aku memilih tiduran di dalam mobil. Tak lama aku tertidur dan aku bermimpi. Aku bermimpi bertemu dengan mama Irene. Beliau seperti berpesan agar aku mau menjaga Irene.Keesokan paginya aku, Joko dan Intan bersiap kembali kekota. Dan Irene hendak ikut kami kekota.
"Irene bukan sebaiknya kamu disini dahulu untuk beberapa hari": kataku.
"Ka, kalau aku terus disini, aku akan terus teringat mama. Aku ingin bisa melanjutkan hidupku": kata Irene.
"Ya kalo gitu baiklah, tapi kamu sudah bicarakan sama adik dan paman kamu": kataku.
"Sudah mereka setuju, biar disini adik dan pamanku yang mengurus. Kata paman, aku harus konsentrasi penyembuhan penyakitku dulu.": kata Irene
"Aku belum pamitan sama keluarga kamu Irene, antar aku pamitan sama paman dan adik kamu": kata Joko
Irene dan Joko kedalam rumah untuk pamitan. Aku dan Intan menunggu didepan mobil.Aku dan Intan sedang memandang kearah Irene dan Joko berjalan tiba tiba... Muncul bayangan dan berubah menjadi jelas. Muncul dihadapan aku dan Intan sosok mirip mama Irene yang tersenyum kearah kami. Intan mencengkram kuat tanganku karena kaget dan ketakutan. Aku yakin Intan pun melihatnya. Sosok mama Irene terlihat seperti bicara. Dan aneh walau sosoknya didepan tapi suara terdengar dibelakang telingaku.
[i]"tolong jaga anak tante ya":/i] suara lirih terdengar dan perlahan sosok mama Irene menghilang.
Tak lama Joko dan Irene menghampiri kami.
"Ayo berangkat, malah pada bengong aja": kata Joko.
Kuusap muka Intan dan kemudian sepertinya Intan tersadar. Aku masuk kedalam mobil dan menyalakan mesin. Irene duduk didepan disampingku.
Irene mencoba tersenyum padaku. Kubalas senyumannya kuusap sisa air mata dipipinya dengan tisu."Ka maafkan aku yah, selama ini selalu menyusahkanmu dan Viona": kata Irene.
"Ga apa apa, Irene kamu harus kuat dan tegar menghadapi semua cobaan ini": kataku.
"Iya, aku akan berusaha kuat dan tegar. Aka kamu jangan jauhi aku ya": kata Irene.
"Gak lah, aku dan Viona sudah nganggap kamu seperti saudara sendiri. Viona juga minta maaf ga bisa dateng kesini": kataku.
"Kalian berdua baik banget aku jadi malu dulu ingin memiliki kamu walau sudah punya Viona": kata Irene.
"Emang sekarang udah ga kepingin?": tanyaku.
"Sekarang inginnya jadi saudara aja": kata Irene sambil tersenyum malu. Akhirnya Irene bisa tersenyum juga tanpa dipaksa.
"Gue ga diaku juga sebagai sodara?": kata Joko.
"Kalo Irene dan Aka ngaku kakak adik juga orang percaya kan mukanya mirip. Nah elo beda banget udah item jelek lagi hehehehe": kata Intan.
"Enak aja gue ganteng lagi nih buktinya": kata Joko sambil menggoda beberapa dan gadis yg lewat dekat mobil. Dan alhasil para gadis itu lari menjauhi mobil.
Intan dan Irene tersenyum melihat hal itu.
"Aka udah cepet jalan ntar gue bakal dibully lagi ama Intan": kata Joko sewot.
"Berangkat": kataku sambil memacu mobil meninggalkan tempat ini.
Kulihat di spion sosok mama Irene dikejauhan melambai seperti mengucapkan selamat jalan.
Kali ini sepertinya hanya aku saja yang melihatnya. Mobil meninggalkan rumah Irene menuju kota. Irene menyetel lagu lawas kesukaan kami berdua ketika dahulu masih bersama.
Irene berbisik padaku: "ka, walau kita tak bisa bersatu aku akan tetap sayang pada kamu, walaupun hanya sebagai teman atau saudara. Aku juga akan menyayangi Viona seperti adikku sendiri".Aku hanya bisa tersenyum. Semoga Irene dipertemukan dengan orang yang baik dan bisa menjaga dan membimbingnya dengan baik.
"Ayo bisik bisik apaan": kata Joko
"Gak kata Irene apa Joko ga malu ngegodain cewe eh cewenya malah kabur": kataku.
"Waduh Irene ikutan ngebully gue": kata Joko.
"Ntar aku bilang Erni kalo Joko godain Cewe disini": kata Intan.
"Haduh Intan jangan ember dong": kata Joko
"Traktir dulu nanti ga akan dibilangin": kata Intan.
"Kan gue gak bawa duit ": kata Joko.
"Gampang pake duit aku dulu ntar potong gaji": kataku.
"Nah bener tuh": kata Intan.
"Apes bener nih gue ": kata Joko lemes.
Kami mentertawakan Joko yang wajahnya jadi seperti memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelap Tak Selamanya Kelam (Tamat)
HorrorHarapan adalah sebuah impian dan impian adalah sebuah harapan, gelap tak selamanya gelap dan terang tak selamanya terang, mencari baikk terang adalah tujuan hidup, Tuhan pasti tau apa yang kita harapakan, jangan putus asa untuk mencari titik terang...