17. Sehun Part III

2.1K 226 47
                                    

Belajarlah untuk tidak terlalu berharap, bahkan pada dia yang kamu cintai..

Sehun merasa janggal dengan sikap Sinb akhir-akhir ini, ia merasa Sinb seakan menjauhinya bahkan lebih banyak diam.
Terlebih Sinb sekarang, lebih suka menginap dirumah Somi atau diapartment Umji, ketimbang berada dirumah.

"Bee.. " panggil Sehun sambil mengetukkan tangannya dipintu kamar Sinb.

"heum."

"Sayang, boleh aku masuk."

Sehun mendengar derap langkah mendekat, kemudian suara kunci diputar, setelahnya pintu terbuka lebar, menampilkan wajah tak bersemangat Sinb dan isi kamarnya yang berantakan.
Seperti bukan Sinb, sebenarnya apa yang terjadi, hingga membuat sikapnya berubah drastis seperti ini.

"kau ada masalah dikampus?" tanya Sehun dengan tangan mengusap lembut surai hitam Sinb.

Sinb membuka matanya perlahan, menghilangkan kantuk yang menderanya dan memang sulit terbuka karna setiap malam ia selalu menangis.

"matamu membengkak, Bee."

Sehun menyentuk kelopak mata Sinb khawatir.

"Aku akan mengompresnya nanti, jangan khawatir." balas Sinb sekenanya.

"Bee.. Kau tak pandai berbohong padaku, ada masalah apa?"

Sinb menyingkirkan tangan Sehun dari kepalanya.

"terlalu banyak tugas, jadi aku sering bergadang hingga pagi.
Sungguh.. Aku tidak apa-apa.
Kau mau sarapan apa? Aku akan membuatkannya."

Sinb berjalan melewati tubuh Sehun yang terpaku, dengan kepala tertunduk ia hampir saja menabrak tubuh seorang wanita yang akan menjadi mama barunya.
"kau sudah bangun? Aku sudah membuatkan sarapan untuk kalian." ucapnya ceria.

Sinb mendongak, menganggukkan kepalanya dan memutar tubuhnya kembali kekamar.

"aku tidak jadi membuat sarapan, sarapannya sudah dibuatkan Tante Irene."
Sinb mendorong tubuh Sehun yang masih berdiri didepan pintunya.

"aku akan tidur sebentar lagi, jadi kalian makan duluan saja."

Setelahnya Sinb menutup pintu kamarnya, lebih tepatnya mengunci pintu kamarnya.
Helaan nafas gusar dan wajah memerah, menahan tangis tercetak jelas diwajahnya.
"ayolah Sinb, kau harus kuat. Kau tidak boleh seperti ini." yakinnya.

❤❤❤

"SINB!!"

Sinb menoleh cepat, ketika tau siapa yang memanggilnya ia buru-buru berlari menghindari pria yang barusan memanggilnya yang tak lain Jhonny.
Namun Sinb kalah cepat, walaupun ia menyukai olahraga, tetap saja langkah kakinya tak bisa secepat Yuju dan Sejeong si atlet lari dan seniornya dikampus.

Sinb mengerang begitu pergelangan tangannya ditarik kencang oleh Jhonny, hingga meninggalkan bekas merah yang ia yakini akan membiru setelahnya.
Cengkraman tangan Jhonny begitu kuat, rasanya tulangnya akan remuk jika saja Somi dan Umji tidak datang membantunya.

"Sunbaenim.. Bisakah kau tak kasar pada Sinb!!" kesal Somi, begitu selasai melepaskan tangan Sinb dari cengkraman tangan Jhonny.

"siapa suruh ia menghindariku! Dan Sinb kau berbohong padaku! Pria yang berada direstaurant waktu itu adalah Ayahmu bukan?"

Sinb meneguk ludahnya susah payah, ia menatap Somi dan Umji meminta pertolongan.

"siapa yang mengatakannya? Mana ada Ayah semuda itu mempunyai anak yang umurnya terpaut 8 tahun saja." bela Umji.

Sinb with The BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang