Sinb memandang langit-langit kamar inapnya, tubuhnya sudah terbebas dari alat-alat rumah sakit.
Namun selang pernafasan masih menempel dihidungnya, mengingat ia sedikut sulit untuk bernafas.
Dan juga selang infusnya kali ini hanya satu saja.
Wajahnya benar-benar pucat, kantung matanya sedikit mengendur dan bibir yang pucat dan sedikit kering."dokter bilang keadaanmu sudah sedikit lebih baik."
"kalau begitu, apa aku diizinkan pulang? Aku merindukan Eun Byul." balas Sinb tanpa mau menatap Ayahnya.
"pernafasanmu masih belum lancar, tapi jika kau bersikeras ingin pulang.
Ya mau tak mau kau akan kembali kerumah dengan memakai selang pernafasan kemana-mana.""tidak mau, aku akan menunggu sampai aku bisa bernafas dengan baik."
"kalau begitu ikuti apa kata dokter dan buktikan kalau kau bisa cepat sembuh."
Sinb mengangguk, kamudian beringsut menarik selimut hingga menutupi wajahnya.
"Dad.. Kau boleh pulang, aku tak apa sendiri."
"kau yakin?"
"eum.."
Setelah mendengar pintu tertutup Sinb membuka perlahan selimutnya dengan air mata yang mengalir deras dari pelupuk matanya.
"dokter bilang 2 bulan lagi? Apa dia Tuhan? Bisa memprediksi umurku begitu cepatnya!!" isak Sinb.
🌿🌿🌿
"apa kau tau kemana perginya Sinb?"
Yerin menggeleng lesu.
"aku tak bisa menemukannya dimanapun, ketika aku mendatangi rumahnya, Eun Byul bilang ia juga tidak tau kemana Sinb pergi dan seakan tak perdulu dengan menghilangnya Sinb.
Bahkan aku tak dapat menghubungi nomor teleponnya.""kemana dia?" tanya Taehyung.
"lalu bagaimana dengan kuliahnya?"
"ia sudah mengambil cuti sejak lama."
"cuti?" ulang Taehyung.
"iya, aku tidak tau alasan kenapa Sinb mengambil cuti."
Taehyung bangkit berdiri, menyampirkan tali tas dibahu sebelah kanan dan menarik tangan Yerin.
"eh? Kau mau membawaku kemana?"
🌿🌿🌿
Ibunya membenarkan jaket yang dikenakan Sinb, membantu Sinb mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda.
"jangan membuat dirimu lelah, mengerti."
Sinb mengangguk paham, kemudian menghampiri Jimin yang sudah menunggunya sejak tadi.
"kau yakin?" tanya Jimin ragu.
"aku tak pernah seyakin ini, jadi ayoo!!"
Jimin memandangi punggung Sinb, kemudian berbalik menatap Ibu Sinb yang tersenyum pedih.
"tolong jaga Sinb." pinta Ibu Sinb.
Jimin mengangguk kemudian berlari mengejar langkah Sinb.
Jimin tak pernah menyangka Sinb yang terlihat ceria, menyimpan begitu banyak masalah dan penyakit tentunya.
Ia tidak akan pernah tau, kalau saja ia tidak berpapasan dilorong rumah sakit, kalau saja ia menolak Hoseok untuk menjenguk Jungkook mungkin Jimin tidak akan pernah tau tentang penyakit Sinb.
Bahkan ketika menceritakan penyakitnya, Sinb masih bisa tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinb with The Boys
Fanfictiononeshoot and drabble monggoooo dicek dulu, siapa tau aja suka.. karya baru lagi dari aku 😘😘😘