18. Jungkook Part III

2K 269 50
                                    

Apa kita sedang dipermainkan oleh takdir?
Kenapa begitu sulit menemukanmu?
Padahal kita berada dinegara yang sama, diwaktu yang sama bahkan ditempat yang sama
Tapi kenapa seolah-olah takdir mempermainkan kisah kita?
Tapi, tak apa jika itu yang terbaik
Karna kisah cinta yang indah, adalah yang seperti ini
Saling mencari dan setelahnya berlabuh dalam kebahagiaan

Jungkook mengulurkan tangannya, membiarkan telapak tangan kanannya basah oleh air hujan.
Ia menengadahkan kepalanya, menatap langit gelap yang menghiasi kala sore ini.
Ujung sepatunya sudah sedikit lembab karna terkena cipratan air hujan.

"akhir-akhir ini sering hujan."

Jungkook menoleh dengan anggukan kepala setuju.

"tapi.. Aku menyukainya." sahut Jungkook dengan senyum tipis terukir diwajahnya.

"ahh.. Pasti wanita itu yang ada dibayanganmu sekarang."

Jungkook tertawa renyah, ia menurunkan tangannya kemudian mengelap telapak tangannya yang basah dengan sapu tangan yang ia ambil dari saku celana jeansnya.

"ya.. Dan sampai sekarang aku tak bisa menemukannya dimanapun.
Padahal aku sering kerumah sakit, tapi ketika aku datang dia pergi.
Dan begitu sebaliknya, bukankah itu menyebalkan."

Pria disebelah jungkook mengangguk menyetujui ucapan Jungkook.

"jujur saja aku merindukan setiap cerita yang keluar dari bibirnya, lebih tepatnya senyum dan ekspresi wajahnya ketika sedang bercerita."

"woahh.. Baru kali ini, aku melihat seorang Jungkook yang tidak banyak omong dan minim ekspresi.
Menjadi orang yang banyak omong dan banyak tersenyum.
Hebat sekali wanita itu." puji Pria disebelah Jungkook.

"Aishh.. Taehyung Hyung!"

❤❤❤

Sinb melangkah turun dari bus yang ia taiki tadi, matanya menjelajah kesekeliling dengan senyum terkembang.
Myeong-dong, pilihan Sinb kali ini.
Jujur saja, ia baru pertama kali berkeliaran keluar rumahnya tanpa ditemani siapapun.
Ia mengerat genggamannya pada tas slingbag-nya.
Surai hitamnya berterbangan seiring dengan angin kencang yang menerpa tubuhnya.
Ia menegadahkan wajahnya kelangit, dengan senyum terukir indah diwajahnya. Bau tanah basah, yang selalu Sinb sukai terhirup kedalam rongga hidungnya.

Ia melangkah dengan riang, dengan senyum yang terus terkembang.
Biar saja ia dikatakan tidak waras, toh tak ada yang mengenalnya ini dan ia juga tidak perduli.
Langkah kakinya terhenti didepan sebuah toko accessories bergaya vintage.
Tanpa ragu, ia meraih gagang pintu tersebut hingga menimbulkan bunyi lonceng berdering.

"selamat datang." sapa seorang pelayan wanita paruh baya.

"ahh.. Haloo."

"ada yang bisa kubantu?"

Sinb menggeleng, ia menghampiri wanita yang tengah membersihkan meja kasir dengan kemoceng.

"aku ingin melihat-lihat dulu."

"ahh iya, silahkan. Kalau butuh bantuan, kau bisa memanggilku."

Sinb mengangguk, kemudian ia mulai menyusuri sisi sebelah kiri, melihat-lihat berbagai macam accessories didalam rak.
Tidak bisa dibilang accessories juga sih, seperti barang-barang antik yang tidak bisa kau temukan dimana-mana.
Dan entah mengapa Sinb sangat menyukainya.

"barang-barangmu bagus, Nyonya... " Sinb menghentikan ucapannya, ketika ia sadar belum mengetahui nama wanita tersebut.

"panggil aku Seulbi." potong wanita bernama Seulbi.

Sinb with The BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang