18. Jungkook

3.4K 288 29
                                    

Bukankah pertemuan kita adalah takdir
Kenapa aku bisa berbicara seperti itu?
Karna aku memang yakin, kalau kamu memang takdirku
Jadi.. Jangan pernah coba-coba menyangkalnya

Jeon Jungkook, pria berusia 21 tahun yang tengah mendorong cepat roda pada kursi rodanya dengan kepala tertunduk.
Ia tidak mempedulikan beberapa orang yang memekik tak suka dengan tingkah kekanakkan Jungkook.
Namun ia menghentikan cepat laju roda pada kursi rodanya, lewat kedua tangannya hingga hampir saja terhuyung kedepan.
Matanya menangkap kaki yang dibalut dengan celana panjang khas pasien rumah sakit, sepasang kaki yang terbalut kaus kaki putih lengkap dengan sendal selop pink senanda dengan celananya berdiri bersamaan dengan tiang infus disebelahnya.

Jungkook mendongak perlahan, menilik wajah seorang gadis bersurai hitam legam yang sepertinya berusia dibawahnya.
Ia mengerutkan keningnya, ketika gadis dihadapannya mengulurkan tangan kanannya dengan senyum simpul.
Gadis dihadapannya masih setia mengulurkan tangannya, walau jungkook hanya memandangi uluran tangan itu dengan sebelah alis yang terangkat.
Dengan ragu Jungkook mengangkat tangan kanannya, membalas uluran tangan gadis tersebut, membuat seukir senyuman sumringah tercetak jelas diwajah gadis dihadapannya.

"Hwang Sinb, senang berkenalan denganmu." sapanya dengan suara lembut yang mampu membuat siapa saja terhanyut dengan suara indahnya.

Setelahnya gadis bernama Hwang Sinb, memutar tubuhnya dan berlalu begitu saja tanpa mau menunggu balasan Jungkook.
Sedangkan Jungkook memandangi punggung Sinb yang berjalan riang dan perlahan menghilang dari pandangannya.

"gadis aneh."

❤❤❤

"kau sudah meminum obatmu?"

Sinb mengangguk sebagai jawaban, karna ia terlalu menikmati usapan lembut dikepalanya.

"Mom.. tadi aku bertemu seorang pria, seumuran denganku mungkin.
Atau mungkin lebih tua dariku, entahlah. Aku tak bertanya tadi."

Ibunya menaikkan sebelah alisnya, setelahnya ia terkekeh ringan dengan kepala menunduk, menilik raut wajah Sinb yang terlihat kesal karna ditertawakan.

"siapa? Dokter kah? Pengunjung? Atau Pasien rumah sakit?"

"pasien! dia memakai topi putih, jaket abu-abu dan duduk dikursi roda, aku melihat kaki kanannya digips dan wajahnya benar-benar terlihat frustasi."

"apa tampan?" goda Ibunya.

"Moommmm!!" kesal Sinb.

"kurasa sangat tampan."

Sinb menekuk wajahnya dengan bibir mencebik.

"tidak ada yang lebih tampan dari Daddy."

Ibunya tertawa renyah, ia mencubit gemas ujung hidung Sinb, membuat kikikkan lolos dari bibir Sinb.

"kalau Daddy dengar, ia bisa besar kepala sekarang."

Sinb semakin tergelak.

"ya, Mom kau benar! Daddy kan sangat narsis."

"sudah jangan tertawa lagi, sebaiknya kau istirahat."

Sinb mengangguk sebagai jawaban, Ibunya bangkit berdiri membenarkan letak selimut Sinb, dan mendaratkan kecupan sayang dikening Sinb.

"selamat malam, sayang."

"selamat malam juga, Mom. Aku mencintaimu."

❤❤❤

"Hai.. " sapa Sinb.

Sinb merengut sebal begitu tak mendapat respon dari pria yang tengah duduk dikursi rodanya yang bersebelahan dengan kursi kayu.
Ia menggelengkan kepalanya begitu sadar, ada sebuah earphone terpasang dikedua telinga pria tersebut.

Sinb with The BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang