15. Chanyeol

2.9K 233 89
                                    

Apa diagnosis penulis puisi adalah sakit kepala?  Atau apalah sejenisnya?
Aku rasa, kata-kata aksara atau tanda baca bukan jadi kendala mereka
Atau mungkin banyak diantaranya 'pengidap insomnia'
Ya 'insomnia' sebab ada yang sibuk menari didalam kepalanya.

Sinb melangkah mengendap-ngendap dengan senyuman riang terpatri jelas diwajahnya.
Tak jauh didepannya ada pria tinggi dengan ciri khas kupingnya yang sedikit, tidak-tidak lumayan caplang untuk ukuran manusia normal.
Ya katakan Sinb berlebihan, tapi begitulah yang bisa Sinb deskripsikan.

"eoh? Dia kemana?" panik Sinb begitu matanya tidak menemukan pria tadi.

"ahh.. Aku kehilangan jejaknya lagi." gumamnya kecewa.

Sinb berbalik pergi merapatkan coat putihnya, begitu merasakan udara semakin dingin menembus kulit pucatnya.
Ia melangkahkan kakinya memasuki cafe bergaya vintage.
Matanya menjelajah seisi cafe, kemudian ia mengembangkan senyumnya ketika melihat pria tadi sudah duduk didekat jendela besar dengan secup kopi ditangannya.

"kucatat sebagai hari keberuntunganku."

Sinb melangkah cepat kedepan meja kasir, memesan greentea latte panas, kemudian ia mengambil duduk dipojok ruangan, mengambil spot yang agak jauh dari si pria caplang tadi supaya tidak terlalu kentara kalau ia memandanginya sedari tadi.

"dia benar-benar mempesona, ada banyak kilauan yang mengelilingi tubuhnya."

"apa yang berkilauan?"

Sinb mendongakkan kepalanya cepat, ia memperlihatkan senyum lima jarinya kepada wanita yang sudah mengambil duduk tepat dikursi yang berhadapan dengannya.

"kau fikir dia berlian."

"kau mengagetkanku, Sowon Eonni."

"masih betah melihatnya dari jauh? Kenapa tidak menghampirinya dan mencoba berkenalan?"

Sinb terlihat berfikir sebentar, kemudian ia menggeleng.

"aku tidak bisa, cukup melihatnya dari jauh aku merasa senang."

"dasar penguntit." sembur Sowon.

"hei.. Apa aku perlu membawakan kaca untukmu?
Bahkan kau dulu mendapatkan Seokjin Oppa dengan cara menguntitnya seperti ini." ingat Sinb.

"ya, setidaknya aku mengambil langkah besar dan Boom berhasil.
Hebat bukan?"

"ya, terserah kau saja kaki sumpit."

❤❤❤

Sore hari tepatnya sekitar jam 4 sore, Sinb melangkahkan kakinya dengan riang.
Ia memotret orang-orang yang berlalu lalang disekitar sungai han, senyumnya terkembang lebar ketika hasil bidikannya mendekati kata sempurna.

"Xiumin Oppa harus membayarku lebih melihat hasil foto ini."

Sinb menghentikan langkahnya ketika melihat si pria caplang tengah duduk disalah satu bangku kayu.
Ia mengulum senyumnya ketika si pria caplang terlihat serius dengan tablet dalam genggamannya.
Rasanya Sinb ingin mengusap kening pria caplang tersebut supaya kerutan dikeningnya menghilang.

Tanpa sadar kaki Sinb sudah melangkah. Menghampiri pria caplang tersebut dan duduk dipaling pinggir bangku kayu yang ditempatinya.
Sinb berpura-pura mengamati hasil bidikan fotonya, padahal matanya sesekali melirik pria caplang disampingnya.

"emm.. Permisi Nona, apa kau punya tisu?"

Sinb berjengit, ia menoleh menatap pria caplang disebelahnya tanpa berkedip karna terlalu shock, sedetik kemudian ia merogoh tisu dalam tas sling bagnya dan menyodorkan beberapa lembar tisu kepada pria caplang disebelahnya.

Sinb with The BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang