19. Taehyung.

2.5K 204 52
                                    

Sinb menumpukan dagunya pada lengannya dijendela besar, menatap langit malam dengan pandangan sendu.
Ia memejamkan matanya begitu merasakan semilir angin menerpa wajahnya.

"belum tidur?"

Sinb menegakkan punggungnya, kemudian menoleh.

"hai Mom.."

"sudah malam, cepat naik kekasurmu." perintah Ibunya.

Sinb beranjak dari sofa, menutup jendela kamarnya kemudian menutup hordengnya.
Ia merangkak naik keatas kasur, menarik selimut hingga sebatas dadanya.
Ibunya mematikan lampu kamar Sinb, lalu bergerak menyalakan lampu tidur diatas nakas.
Ibunya membenarkan letak selimut Sinb, kemudian mendaratkan kecupan lembut dikening Sinb.

"selamat malam, semoga mimpi indah."

"selamat malam, aku menyayangimu Mom."

Ibunya beranjak pergi, menutup perlahan pintu kamar Sinb.
Setelah kepergian Ibunya, Sinb menegakkan punggungnya, mengambil buku cerita pop up bertema Tinker Bell yang tersimpan dibawah bantalnya.
Ia membuka setiap halaman, kemudian matanya terpaku pada pop up Tinker Bell dan Peter Pan yang berterbangan indah dilangit malam dengan bertabur serbuk emas.

Sinb selalu suka dan selalu kagum dengan pop up ini, ketika membuka halaman ini senyum indah selalu terkembang namun sesaat kemudian senyumnya indahnya berubah dengan senyum pedih.

"Peter Pan menyukai Wendy, begitu juga sebaliknya.
Tapi mereka tidak ditakdirkan bersama, karna Peter Pan yang tak pernah bisa menua dan Wendy yang menua, lalu akhirnya meninggal.
Tinker Bell menyukai Peter Pan, tapi Peter Pan hanya menganggapnya sebagai sahabat tidak lebih.
Dan Tinker Bell yang tidak akan bisa terbang tanpa bubuk emas."

Sinb menghela nafas panjang, menutup cepat buku cerita tersebut, kemudian mendekapnya erat.

"dan aku merasa seperti Tinker Bell sekarang."

🌿🌿🌿

"sudah merasa baikkan?"

Sinb mendongak kemudian mengangguk sebagai jawaban, ia menerima gelas berisi air mineral yang disodorkan Ibunya, kemudian meneguknya perlahan.

"boleh aku keluar sebentar?"

"kemana?"

"aku ingin pergi ke mini market diujung jalan, boleh ya?" mohon Sinb.

Ibunya mengangguk, mengusap lembut surai hitam putrinya.

"jangan terlalu jauh, Mom takut kau kelelahan."

Sinb terkekeh ringan, ia mengangguk membiarkan tubuhnya dipasangkan jaket tebal oleh Ibunya.

"aku tidak akan kelelahan, aku janji."

Sinb mendaratkan kecupan singkat dipipi Ibunya, kemudian melangkah pergi keluar rumah dengam perasaan riang.
Ia tersenyum sopan begitu melihat Paman Ahn membukakan cepat pintu gerbang rumah untuknya.

"terima kasih, Paman Seo."

"hati-hati, Nona."

Ia melangkah dengan bibir terus bersenandung, menggumamkan lagu-lagu kesukaannya.
Kedua tangannya ia masukkan kedalam saku jaket, tangan kanannya mengenggam warm pack, demi menghangatkan telapak tangannya yang sedingin es.
Mengingat sudah memasuki bulan desember, udara semakin dingin dan berkabut.

Sinb with The BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang