Tiga Puluh Satu

5.9K 446 47
                                    

Udara dingin terasa seperti menusuk hingga ke tulang, Riva menarik selimutnya dan mendekapnya lebih erat. Mata indahnya terbuka karena sebal.

"Dingin banget" keluh Riva

Riva menoleh ke arah sampingnya dan di hadiahi pemandangan indah ciptaan Tuhan. Ara tertidur dengan pulas, senyum merekah tercipta dari bibir Riva.

Riva mendekat ke arah Ara, mencium kening Ara dengan lembut. Masih ingat jelas dalam ingatannya tentang kejadian semalam.

Flashback On

"Ara, pernyataan kamu waktu di toilet itu...." gantung Riva

"Kenapa?" tanya Ara

"Apa masih berlaku?"

Ara terdiam, perlahan tubuhnya berbalik dan berhadapan dengan Riva.

"Kalo masih berlaku, kamu mau apa?" tanya Ara

"Memberi jawaban" jawab Riva lugas

"Katakan"

Mendadak Riva menjadi bingung, bagaimana caranya? Batinnya bertanya.

Ara yang melihat Riva kebingungan pun, langsung membuka suara.

"Kalo jawaban kamu menol--"

"Aku terima" sela Riva dengan cepat

Gantian, kini Ara yang terdiam karena mendengar jawaban dari Riva. Ara terkejut, sangat terkejut. Dirinya tidak menyangka.

Riva memberanikan dirinya mendekat ke arah Ara, di tatapnya lekat-lekat gadis yang membuatnya jatuh cinta tanpa harus melakukan apapun.

Tangannya terjulur memegang pipi Ara, ia takut jika ia terlambat. Pancaran mata Ara tidak menunjukkan ekspresi bahagia atau apapun melainkan hanya tatapan kosong.

"Sekarang aku tau" kata Riva

"Tau apa?"

Riva tersenyum getir, "Aku terlambat" katanya sendu

Riva mengalihkan pandangannya ke arah lain asalkan bukan tatapan kosong dari Ara. Ia menurunkan tangannya dari pipi Ara dan menunduk.

"Kiss me Va" pinta Ara

Riva mendongak, mencari jawaban bahwa Ara sedang bercanda lewat tatapan Ara.

"Just kiss me" kata Ara lagi

Riva mendekatkan wajahnya pada Ara, tangannya ia selipkan di tengkuk leher Ara. Deru nafas keduanya seolah saling menyapa rindu, debaran jantung mereka seperti berlomba-lomba.

Debaran yang sama. Batin Ara.

Sedetik kemudian, bibir keduanya menyatu. Riva memejamkan matanya begitupun Ara, tak ada pergerakkan dari keduanya. Bibir keduanya hanya menempel.

Detik ke sekian, Riva menjauhkan wajahnya dari Ara. Matanya yang terpejam kini terbuka secara perlahan dan langsung bertabrakan dengan tatapan Ara.

Ara tersenyum menawan membuat Riva tertular senyum jua. Keduanya seperti jatuh cinta pada awal jumpa.

"Ayo tidur" ajak Ara

"Ish jadi kita ini sekarang apa?" tanya Riva kesal

"Kamu maunya apa?"

"Ya ituu"

"Apa?" desak Ara

"Jadi pacar kamu lagi" jawab Riva malu-malu

"Sini peluk" kata Ara sambil merentangkan kedua tangannya.

Tanpa babibu, Riva langsung berlari menubruk tubuh Ara dan memeluk Ara dengan erat.

Imbang Berbalas GXG [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang